Reaktualisasi Maulid Nabi dalam Era Millenial
Adakah efek Maulid Nabi terhadap kemajuan kehidupan kaum muslim selain bertambahnya wawasan perihal Nabi dan keimanan terhadapnya?

MONDAYREVIEW.COM – Nabi Muhammad SAW merupakan sosok revolusioner yang senantiasa menjadi inspirasi dan suri teladan bagi umatNya di seluruh dunia. Selain sebagai Nabi penyampai wahyu Ilahi kepada umatnya, Nabi Muhammad SAW adalah sosok suri teladan dalam berbagai bidang. Tak hanya dalam bidang keagamaan, Nabi Muhammad pun sukses dalam bidang kepemimpinan politik, bidang ekonomi dan perdagangan, bidang rumah tangga dan bidang lainnya. Sayangnya sebagian umat Islam masih fokus hanya kepada sosok Muhammad sebagai seorang Nabi, namun belum benar-benar menggali aspek lainnya.
Setiap tahun seluruh umat Islam di dunia memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW yang biasa disebut dengan maulid Nabi. Kegiatan ini rutin dilakukan oleh masyarakat khususnya di Indonesia. Maulid Nabi menjadi rutinitas tahunan yang tidak bisa dilepaskan dari masyarakat Indonesia. Perayaan maulid Nabi biasanya diisi dengan pembacaan riwayat kehidupan nabi dalam bahasa Arab. Diiringi juga oleh pembacaan puja puji yang disebut dengan shalawatan. Dalam kelompok muslim yang lebih , modern, perayaan maulid nabi diisi dengan taushiyah atau tabligh akbar dengan tema keteladanan Nabi Muhammad SAW.
Namun pertanyaan kritisnya adalah, adakah efek Maulid Nabi terhadap kemajuan kehidupan kaum muslim selain bertambahnya wawasan perihal Nabi dan keimanan terhadapnya? Ini yang perlu direnungkan lebih jauh. Jangan-jangan maulid Nabi hanya menjadi sekadar ritual yang harus dilakukan namun sedikt faidah yang didapatkan darinya. Jika seperti itu kenyataannya, maka diperlukan pemaknaan ulang agar maulid nabi bisa lebih bermakna bagi kemajuan generasi muslim. Tentu saja bukan berarti sim salabim dengan adanya maulid, umat Islam bisa langsung maju. Namun kita perlu memperbaharui metodologi maulid Nabi yang lebih menyentuh aspek realitas dibanding dengan sebelumnya.
Adalah Syafii Antonio seorang pemikir muslim yang juga menggagas ekonomi syariah di Indonesia menulis mengenai Nabi Muhammad dalam aspek yang lebih luas dibanding dengan literature-literatur tradisional. Beliau menulis buku berjudul Muhammad: Super Leader Super Manager. Beliau pada awalnya terinspirasi dari para penulis barat yang mencoba menggali kearifan dari para pemikir terdahulu seperti Aristoteles atau Nabi terdahulu seperti Yesus dan Musa. Jika masyarakat barat saja mencoba menggali kearifan tokohnya, mengapa umat Islam tidak mencoba menggali pemikiran sosok yang luar biasa yakni Nabinya sendiri Muhammad SAW.
Beliau tak hanya berpendapat namun juga mewujudkannya dalam bentuk konkret yakni sebuah buku yang dikembangkan menjadi sebuah ensiklopedi. Dalam buku tersebut, Nabi Muhammad tidak digambarkan seperti para ulama tradisional menggambarkan. Misalnya para ulama sering menggambarkan bahwa sosok Nabi Muhammad SAW adalah miskin dan menderita. Namun menurut Syafii Antonio, sosok Muhammad justru kaya raya dan mempunyai passive income yang banyak. Namun Nabi Muhammad terlihat miskin karena beliau begitu dermawan, tidak tega melihat seorang yang membutuhkan. Oleh karena itu dia gemar bersedekah harta yang dia punya. Karena itu dia terlihat miskin.
Nabi Muhammad SAW juga digambarkan tidak hanya sukses sebagai nabi namun juga sebagai pemimpin politik. Hal ini bisa kita lihat dalam kebijaksanaannya saat terjadi konflik antar suku mengenai siapa yang berhak menempatkan kembali batu hajar aswad. Berkat kecerdikannya, setiap suku bisa puas karena bersama-sama mengangkat batu hajar aswad. Nabi juga berhasil mempersatukan dua suku yang senantiasa bertengkar yakni Aus dan Khazraj.
Maulid Nabi hendaknya digunakan sebagai momentum untuk kembali meneladani Nabi dalam segala aspek tidak hanya dalam aspek keagamaan saja. Nabi Muhammad SAW mempunyai beragam sisi yang bisa diteladani namun banyak dilupakan. Sehingga umat Islam kadung meneladani tokoh lain yang tak sehebat Nabi Muhammad SAW.