Pakai Masker Paling Efektif Cegah Covid. Ini Hasil Risetnya!

Wabah Virus Korona memang telah berlangsung lama. Kelengahan dan ketidakberdayaan muncul dalam perilaku publik. Banyak orang semakin tak peduli dengan protokol kesehatan termasuk dalam penggunaan masker. Padahal menurut riset memakai masker di depan umum adalah cara paling efektif untuk mencegah penularan Virus Korona antar manusia. Praktik murah ini, dalam hubungannya dengan jarak sosial dan prosedur lainnya, adalah peluang yang paling mungkin untuk menghentikan COVID- 19.

Pakai Masker Paling Efektif Cegah Covid. Ini Hasil Risetnya!
Kampanye Penggunaan Masker/ ist

MONDAYREVIEW.COM – Wabah Virus Korona memang telah berlangsung lama. Kelengahan dan ketidakberdayaan muncul dalam perilaku publik. Banyak orang semakin tak peduli dengan protokol kesehatan termasuk dalam penggunaan masker. Padahal menurut riset memakai masker di depan umum adalah cara paling efektif untuk mencegah penularan Virus Korona antar manusia. Praktik murah ini, dalam hubungannya dengan jarak sosial dan prosedur lainnya, adalah peluang yang paling mungkin untuk menghentikan COVID- 19.

Data dari riset yang kredibel adalah pijakan dalam melangkahkan ikhtiar menghadapi pandemi. Para ahli terus berusaha meneliti virus korona baru ini. Salah satu kesimpulan penting riset ilmiah mengungkapkan bahwa lebih dari 66.000 infeksi dicegah dengan menggunakan masker wajah dalam waktu kurang dari sebulan di New York City. Sementara penelitian di Italia menunjukkan penggunaan masker mampu mencegah 78.000 infeksi baru.

Inilah mengapa kampanye nasional penggunaan masker sangat penting. Ketika suatu daerah dibuka kembali di tengah pandemi Virus Korona tingkat kasus baru masih meningkat. Penyebabnya tidak memakai masker dan tidak menjaga jarak. Bahkan jika di awal wabah kita salah memperkirakan arah dan upaya antisipasinya bukan berarti kita absah untuk mengabaikan anjuran yang logis berdasarkan riset ilmiah yang terus dilakukan dari waktu ke waktu.  

Sebuah studi baru di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences menunjukkan bahwa di antara semua strategi untuk mengurangi penularan, memakai masker wajah mungkin menjadi variabel sentral yang menentukan penyebaran virus.

Analisis Tim dari Texas A&M University, University of Texas di Austin, Institut Teknologi California, dan University of California San Diego menunjukkan bahwa perbedaan dengan dan tanpa penutup wajah yang diamanatkan merupakan penentu dalam membentuk tren pandemi. Demikian dilansir dari forbes.com.

Analisis tersebut dilakukan atas berbagai langkah mitigasi yang dilakukan di tiga pusat utama wabah — Wuhan, Italia, dan Kota New York — mulai 23 Januari hingga 9 Mei 2020. Tim juga melihat tren kurva yang mewakili jumlah kasus baru, dan bagaimana mereka berubah setelah setiap tindakan diamanatkan.

Respons dari langkah-langkah mitigasi mengatur evolusi, ruang lingkup, dan besaran pandemi secara global. Di Wuhan 3 langkah mitigasi dilakukan serempak. Jaga jarak, pakai masker, dan lockdown. Dari ketiga langkah itu diduga kuat penggunaan masker dan face shield paling berpengaruh dalam menekan sebaran infeksi.

Menggunakan masker wajah tidak hanya berguna untuk mencegah tetesan batuk yang terinfeksi mencapai orang yang tidak terinfeksi, tetapi juga penting bagi orang yang tidak terinfeksi ini untuk menghindari menghirup partikel atmosfer kecil (aerosol) yang dikeluarkan orang yang terinfeksi saat berbicara dan yang dapat bertahan di atmosfer puluhan menit dan dapat menempuh jarak puluhan kaki.

Sebuah penelitian bulan lalu menunjukkan bahwa hanya dengan berbicara dengan keras di sebuah ruangan seseorang telah melepaskan droplet atau tetesan air liur yang bertahan di udara selama delapan hingga 14 menit. Dalam rentang waktu tersebut risiko penularan sangat tinggi terhadap orang-orang di sekitarnya jika ia sudah terpapar virus korona dengan atau tanpa gejala.

Studi baru ini juga menggemakan pembaruan yang dibuat oleh CDC baru-baru ini, yang menyatakan bahwa sementara penularan oleh permukaan yang terinfeksi meisalnya menyentuh kenop pintu tempat orang sakit batuk, itu bukan rute utama infeksi.

Presiden Joko Widodo menyusun strategi baru untuk kampanye protokol kesehatan demi mencegah penyebaran Virus Korona termasuk dengan sosialisasi per dua minggu serta melibatkan organisasi Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).

Presiden Jokowi menegaskan bahwa komunikasi melalui media massa jurnalistik dan media sosial harus dilakukan secara intensif.  Presiden mengakui pada beberapa pekan terakhir masyarakat merasa khawatir terhadap penyebaran Virus Korona di Indonesia.

Entah karena kasusnya meningkat atau terutama kalangan menengah ke atas melihat karena orang yang tidak taat pada protokol kesehatan tidak semakin sedikit tapi semakin banyak," tambah Presiden.

Apalagi tingkat kematian karena Virus Korona di Indonesia lebih tinggi dibanding tingkat kematian di tataran global. Case Fatality Rate Indonesia 4,7 persen dan angka kematian di Indonesia ini lebih tinggi 0,8 persen dari angka kematian global.

Hingga Minggu (2/8) jumlah terkonfirmasi Virus Korona di Indonesia mencapai 111.455 orang dengan 68.975 orang dinyatakan sembuh dan 5.236 orang meninggal dunia. Sedangkan jumlah pasien suspek mencapai 62.366 dengan total spesimen yang telah diuji sudah sebanyak 1.537.413.

Kasus positif Virus Korona ini sudah menyebar di seluruh 34 provinsi di Indonesia dengan daerah terbanyak positif yaitu Jawa Timur (22.504), DKI Jakarta (22.144), Jawa Tengah (9.732), Sulawesi Selatan (9.647), Jawa Barat (6.637), Kalimantan Selatan (6.192), Sumatera Utara (4.136), Bali (3.488),

Sumatera Selatan (3.444), Papua (3.114), Sulawesi Utara (2.668), Nusa Tenggara Barat (2.115), Banten (1.870), Kalimantan Tengah (1.777).

Berdasarkan data dari situs Worldometers, hingga Senin (3/8) pagi terkonfirmasi di dunia ada 18.234.936 orang yang terinfeksi virus Corona dengan 692.794 kematian sedangkan sudah ada 11.444.149 orang yang dinyatakan sembuh.

Kasus di Amerika Serikat mencapai 4.813.647 kasus, di Brazil 2.733.677, di India 1.804.702 kasus, di Rusia 850.870 kasus, di Afrika Selatan 511.485 kasus, di Meksiko 439.046 kasus, di Peru 428.850 kasus, di Cili 359.731 kasus, di Spanyol 335.602 kasus, di Kolombia 317.651 kasus.

Jumlah kematian tertinggi bahkan saat ini terjadi di Amerika Serikat yaitu sebanyak 158.365 orang, disusul Brazil yaitu sebanyak 94.130 orang, selanjutnya di Meksiko 47.746 orang, di Inggris sebanyak 46.201 orang, di India sebanyak 38.161 orang, di Italia sebanyak 35.154 orang, di Prancis sebanyak 30.265 orang, di Spanyol sebanyak 28.445 orang. Saat ini sudah ada lebih dari 215 negara dan teritori yang mengonfirmasi kasus positif Virus Korona.

Semua data dan hasil riset itu menunjukkan pentingnya semua kalangan untuk tetap memperhatikan protokol kesehatan. Sudah banyak korban termasuk tenaga kesehatan. Fakta-fakta keras itu tepat membidik pusat kesadaran kita. Dengan menggunakan masker kita sudah mewujudkan kesalehan kita bagi kebaikan bersama. Saatnya kita buang sikap angkuh dan egois untuk Indonesia yang lebih sehat.