Omzet Menurun Di Masa Pandemi, Eiger Tak PHK Karyawan dan Tetap Salurkan CSR
Pada saat banyak perusahaan terdampak pandemi memilih mem-PHK karyawan karena penurunan omzet, PT. Eigerindo MPI memilih untuk tidak mem-PHK karyawannya dan membayar gajinya secara penuh.

MONDAYREVIEW.COM – Entah apa yang ada dalam pikiran Ronny Lukito, CEO PT. Eigerindo Multi Produk Industri (MPI), sebuah perusahaan yang menyediakan aneka tas dan perlengkapan petualangan serta untuk digunakan sehari-hari. Pada saat banyak perusahaan terdampak pandemi memilih mem-PHK karyawan karena penurunan omzet, PT. Eigerindo MPI memilih untuk tidak mem-PHK karyawannya dan membayar gajinya secara penuh.
Perusahaan yang terkenal dengan merek dagang Eiger, Bodypack, Neosack dan Exsport ini, bahkan tetap menyalurkan Corporate Social Responsibility berupa ribuan Alat Pelindung Diri (APD) dan 5.000 kilogram beras kepada 1.000 kepala keluarga. Eiger juga mengeluarkan dana sebesar Rp. 1,5 miliar guna melakukan rapid test kepada 4.500 orang karyawannya. Sebuah tindakan yang tidak biasa di tengah ancaman kerugian akibat Covid-19.
Pada Maret 2020, omzet Eiger hanya 79% dari target. Pada Bulan April omzet Eiger jatuh hanya 37 persen dari target. Untungnya Bulan Mei omzet Eiger kembali meningkat menjadi 60% dari target. Covid-19 membuat pendapatan perusahaan tidak ada yang mencapai target. Hal ini tidak menyurutkan niat Ronny untuk tidak mem-PHK karyawan dan menyalurkan CSR nya.
Siapakah Ronny Lukito? Sosok pengusaha dengan sikap yang tidak biasa ini? Pengusaha kelahiran Bandung, 15 Januari 1962 ini tidaklah lahir dari keluarga yang tajir melintir. Ronny meneruskan usaha kedua orang tuanya dengan merek Butterfly. Sayangnya merek tersebut selalu ditolak masuk ke pusat-pusat perbelanjaan besar seperti Ramayana dan Matahari.
Usaha Ronny mulai dijalankan serius pada saat lulus dari STM, dimana Ronny tidak bisa melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi. Ronny fokus mengembangkan bisnis tas keluarga demi menghidupi ekonomi keluarga dan adik-adiknya. Dia mengganti merek lama menjadi merek baru, yakni Exxon. Sayangnya dia mendapat somasi dari perusahaan Amerika Serikat Exxon Mobile karena dianggap melanggar hak paten.
Ronny mengganti merek Exxon dengan Eiger, yang terinspirasi dari gunung Eiger di Swiss. Saat itu, Eiger ditujukan untuk peralatan kegiatan luar ruangan (outdoor), seperti mendaki gunung, perkemahan, panjat tebing dan aktifitas lainnya. Kini Ronny berhasil mendirikan B&B Inc. Yang memayungi empat anak perusahaan: PT. Eksonindo Multi Product Industri (EMPI), PT. Eigerindo MPI, PT. EMPI Senajaya, dan CV. Persada Abadi.
Pemasaran Eiger bahkan sampai menembus pasar mancanegara. Sebut saja beberapa merek seperti: Nordwand, Morphosa, Word Series, Extrem. Vertic, Domus Danica serta Broklyn, merupakan produk dari Eiger. Dalam menjalankan produksinya, Eiger banyak melibatkan pengrajin lokal sebagai mitra produksi. Jika dihitung dengan mitra, karyawan Eiger bisa sampai berjumlah 10.000 orang.
Kisah Ronny dalam membangun perusahaan dan keberaniannya untuk tidak mem-PHK karyawan bisa menjadi inspirasi bagi kita. Kita harus tetap semangat dan optimis bahwa pandemi akan segera berlalu. Keadaan akan kembali seperti sedia kala.