Elektrifikasi, Elemen Penting Efisiensi bagi Petani
Tak semua sawah mendapatkan air tanpa bantuan pompa. Kontur tanah dan ketinggian suatu lahan menyebabkan sebagian sawah tak dapat optimal produktivitasnya. Sawah-sawah tadah hujan sedemikian banyak terbentang di bumi Nusantara. Hanya di saat musim penghujan petani dapat menanam jika tak ada air yang cukup.

MONDAYREVIEW.COM – Listrik masuk desa itu jargon lama, saat masih banyak desa mengandalkan lampu pelita untuk penerangan di malam hari dan berbagai kebutuhan lainnya. Kini waktunya listrik masuk sawah. Begini ulasannya!
Tak semua sawah mendapatkan air tanpa bantuan pompa. Kontur tanah dan ketinggian suatu lahan menyebabkan sebagian sawah tak dapat optimal produktivitasnya. Sawah-sawah tadah hujan sedemikian banyak terbentang di bumi Nusantara. Hanya di saat musim penghujan petani dapat menanam jika tak ada air yang cukup.
Selama ini para petani tadah hujan hanya menggunakan genset untuk membantu pengairan sawah dan menghabiskan dana jutaan rupiah dalam semusim. Namun dengan pompa listrik, bisa lebih menghemat biaya dan produksi pertanian bisa berkali-kali. Itulah yang mendorong Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan merealisasikan program listrik masuk sawah di daerah sentra produksi berasi di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur.
Pertanian tadah hujan adalah usaha pertanian yang memanfaatkan hujan sepenuhnya sebagai sumber air. Usaha pertanian ini telah menyediakan bahan pangan di berbagai kawasan di negara miskin dan berkembang. Di Afrika sub Sahara, pertanian tadah hujan menyumbang sebanyak 95%, di Amerika Latin 90%, Timur Tengah dan Afrika 75%, Asia Timur 65%, dan Asia Selatan 60%. Ini menurut data yang dikuitip wikipedia.
Tingkat produktivitas pertanian tadah hujan secara umum rendah dikarenakan kondisi tanah yang terdegradasi, tingginya evaporasi, kekeringan, banjir, dan minimnya manajemen air. Namun usaha pertanian tadah hujan memiiki potensi untuk lebih produktif dengan mengelola air hujan dan kelembaban tanah lebih efektif.
Sawah tadah hujan adalah sawah yang sistem pengairannya sangat mengandalkan curah hujan. Jenis sawah ini hanya menghasilkan di musim hujan. Di musim kering sawah ini dibiarkan tidak diolah karena air sulit didapat atau tidak ada sama sekali.[3]:70 Sawah tadah hujan umumnya hanya dipanen setahun sekali. Intensitas penggunaan tenaga kerja di sawah tadah hujan lebih tinggi karena petani harus menyulam (menanam kembali) lebih sering dibandingkan sawah beririgasi, akibat suplai air yang tidak stabil.
Genset dengan bahan bakar fosil jelas membutuhkan biaya yag besar. Petani harus bertaruh biaya produksi yang cukup besar. Sementara panen belum tentu berhasil. Maka listrik masuk sawah menjadi harapannya. Elektrifikasi menjadi kunci efisiensi. Juga bagi para petani.
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru sebagaimana dikutip Antara mengklaim program ini tak lain untuk mendukung peningkatan produktivitas petani dengan cara menerapkan pompanisasi menggunakan aliran listrik di sawah tadah hujan. Selama ini dengan pengairan lewat mesin konvensional, produksi padi hanya satu kali dalam setahun. Namun dengan pompa listrik diharapkan sawah lebih produktif bisa tiga kali panen.
Mesin pengairan konvensional yang diandalkan petani sawah tadah hujan selama ini menelan biaya yang cukup tinggi. Program tersebut merupakan jawaban atas kebutuhan para petani setempat. Untuk itu, Dinas Pertanian Provinsi Sumsel diinteruksikan membantu penyediaan sumur untuk pompa listrik pengairan sawah itu.
Berapapun sumur yang dibutuhkan harus disediakan. Gubernur sudah instruksikan Dinas Pertanian bantu buatkan sumur untuk pompa listrik ini. Demikian dilansir Antara. Kabupaten OKU Timur merupakan pilot projek listrik pompanisasi persawahan tersebut di Sumsel yang dapat menjangkau 4 Ha sawah.
Program listrik masuk sawah tersebut merupakan kerjasama antara Pemkab OKU Timur dan PLN Unit Induk Wilayah Sumsel, Jambi dan Bengkulu (UIW S2JB). Tentu pihaknyaberupaya agar petani terus untung. Saat ini sudah dibuat lima sumur untuk pompa listrik pengairan sawah tersebut. Penjelasan Bupati OKU ini mempertegas langkah nyata yang telah dilakukan Pemerintah Provinsi.
Dengan elektrifikasi yang mampu meningkatkan daya saing petani maka hasil yang optimal dari pertanian akan mendorong swasembada pangan sekaligus kesejahteraan petani.