Puasa Sebagai Sarana Mendekatkan Diri Kepada Allah

MONITORDAY.COM - Puasa adalah sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hal ini bisa kita pahami dari QS. Al Baqarah : 186, "Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka katakanlah bahwa Aku itu dekat. Aku akan mengabulkan doa orang yang berdoa apabila mereka berdoa kepadaKu. Maka berimanlah kepadaKu dan jalankanlah perintahKu agar mereka mendapatkan petunjuk"
Ayat tersebut berbicara mengenai kedekatan Allah SWT dengan hambanya. Ayat tersebut juga merupakan janji Allah SWT bahwa doa seorang hamba terhadap Tuhannya akan dikabulkan. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya. Tentu ada syaratnya, yakni keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT agar doa kita dikabulkan.
Yang menarik dari ayat tersebut adalah QS. Al Baqarah: 186 tidak berbicara mengenai puasa. Dia berbicara mengenai dekatnya Tuhan dengan hambaNya dan janji akan terkabulnya doa. Namun letak ayat itu dalam Al Qur'an berada di tengah-tengah ayat puasa. Ayat 183-185 dan 187 berbicara mengenai Puasa Ramadhan. Apakah ini sebuah kebetulan? Tentu saja bukan. Pasti ada hikmah di balik hal ini.
Kita bisa mengambil kesimpulan bahwa ibadah puasa sebagaimana ibadah lainnya punya hubungan dengan kedekatan kita dengan Allah SWT. Puasa menjadi sarana bagi kita untuk menjadi dekat kepada Allah SWT.
Bagaimana puasa bisa mendekatkan diri kita kepada Allah SWT? Kita mulai dari hakikat diri kita sebagai manusia. Manusia adalah makhluk Allah SWT yang terdiri dari dua unsur, jasmani dan ruhani. Jasmani manusia atau jasad terbuat dari tanah dan air yang hina. Karena itu jasmani manusia cenderung menyukai hal-hal yang rendah.
Misalnya jasmani menyukai makanan dan minuman, dimana keduanya pada asalnya berasal dari tanah. Jasmani menyukai perhiasan, keduanya juga ditambang dari tanah. Jasmani menyukai lawan jenis, lawan jenis pun asalnya dari tanah.
Berbeda dengan jasmani, ruhani asalnya dari Tuhan. Dalam QS. Al Hijr: 28-29, Allah SWT berfirman: "Dan ingatlah ketika Tuhanmu berkata kepada Malaikat, 'Sesungguhnya aku menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan (kejadiannya), dan aku telah meniupkan ruhKu kepadanya, maka tunduklah kamu (malaikat) kepadanya dengan bersujud.'"
Dari ayat tersebut kita tahu bahwa ruh ditiupkan Allah kepada manusia. Artinya ruh berasal dari Allah SWT. Sebagaimana jasad yang selalu ingin kembali ke asalnya, ruh juga demikian. Ruh selalu ingin kembali kepada Tuhannya. Namun terhalang oleh jasad dan hawa nafsu yang selama ini selalu dipenuhi.
Bagaimana agar ruh bisa kembali mendekat kepada asalnya? Yakni Allah SWT? Caranya adalah dengan melemahkan hawa nafsu dan keinginan jasmani. Puasa adalah metode agama untuk melemahkan jasmani agar ruh bisa kembali dominan dalam diri. Jika unsur ruhani sudah dominan, maka mendekatkan diri kepada Tuhan bukan hal yang sulit.
Dalam ibadah puasa, kita dilatih untuk tidak mengkonsumsi hal-hal yang halal berupa makan dan minum atau berhubungan suami istri di siang hari. Hal ini mempunyai makna bahwa jika hal yang halal saja harus kita batasi, apalagi yang haram. Maka kita tidak boleh menyentuh sedikitpun menyentuhnya. Puasa juga melatih kita untuk tidak selalu memanjakan jasmani, namun melupakan ruhani. Puasa melatih kita menguatkan ruhani agar bisa kembali ke fitrahNya.
Jika kita sudah dekat dengan Allah SWT, jangankan kita meminta dengan berdoa kepada Allah SWT, kita belum meminta pun Allah SWT sudah tahu akan kebutuhan kita. Namun jangan salah sangka jika kita berdoa namun belum dikabulkan. Sementara kita sudah berusaha bertakwa kepadaNya. Boleh jadi Allah lebih tahu waktu yang tepat untuk dikabulkan. Boleh jadi doa itu menjadi tabungan kita juga di akhirat walaupun tidak terkabul di dunia. Intinya jangan berhenti berdoa.