Memelihara Harapan Rakyat

MONITORDAY.COM - Indonesia sebagaimana negara-negara lain di dunia menghadapi situasi yang berat akibat gelombang pandemi. Upaya menyelamatkan nyawa manusia menjadi prioritas. Sektor kesehatan mendapat tantangan yang luar biasa. Dan salah satu konsekuensinya adalah pembatasan aktivitas dan mobilitas masyarakat yang berdampak luas pada sektor ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi sepanjang 2020. Dan pada kuartal pertama 2021 tengah berupaya bangkit kembali. Pada kuartal kedua 2021 proyeksi pertumbuhan ekonomi membawa harapan besar. Namun Indonesia harus kembali menghadapi peningkatan kasus Covid-19 yang memaksa berbagai langkah pembatasan mobilitas harus dilakukan kembali. Nyawa manusia harus menjadi prioritas.
Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) digulirkan untuk membantu para pelaku usaha termasuk UMKM dan BUMN. PEN juga mengatur pembagian biaya dan risiko antar pemangku kepentingan sesuai tugas dan kewenangan masing-masing. Berbagai bantuan dan insentif diberikan agar para pelaku usaha dan masyarakat dapat bangkit kembali. PEN mampu membantu UMKM kita yang unbankable dan mendongkrak konsumen kita yang memiliki daya beli yang rendah.
Dibalik data-data pertumbuhan ekonomi nasional yang mengalami kontraksi ada secercah harapan. Sepanjang tahun pandemi 2020, ekonomi Papua masih mampu tumbuh sekitar 2,2 persen didukung oleh sektor pertambangan. Sementara, pada kuartal I 2021 ekonomi Papua naik 14,3 persen karena harga komoditas di pasar global menyebabkan pengeluaran produksi dan ekspor sektor tambang meningkat.
Sementara itu perekonomian Papua Barat pada 2020 terkontraksi -0,8 persen, tapi pada kuartal I 2021 ini tumbuh positif 1,5 persen. Pulihnya industri pengolahan dan pertambangan mampu mendongkrak ekonomi Papua Barat.
Secara nasional kinerja ekspor kita membaik. Tak hanya secara kuantitatif namun juga kualitatif. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pada Januari-Mei 2021, nilai ekspor industri pengolahan mencapai US$66,70 miliar, naik 30,53 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$51,10 miliar.
Dari capaian US$66,70 miliar tersebut, industri pengolahan memberikan kontribusi paling tinggi, yakni 79,42 persen dari total ekspor nasional yang berada di angka US$83,99 miliar.
Besarnya proporsi ekspor produk industri pengolahan sekaligus menggambarkan bahwa telah terjadi pergeseran ekspor Indonesia dari komoditas primer kepada produk manufaktur yang bernilai tambah tinggi. Hal ini dinilai dapat menghindarkan ekspor dari gejolak harga komoditas primer.
Kementerian Perindustrian bertekad untuk terus memacu hilirisasi industri, karena berdampak positif dan memberikan multiplier effect yang luas, termasuk dalam penerimaan devisa melalui capaian ekspor.
Kuartal kedua ini adalah batu ujian besar bagi Indonesia. Jika ekonomi dapat tumbuh kembali, kinerja ekspor dan neraca perdagangan membaik tentu makin banyak peluang usaha dan lapangan kerja yang tercipta. Dengan demikian para pelaku usaha dan pekerja kembali meningkat daya belinya dan berputarlah roda perekonomian.
Bagi sebuah negara, masalah pengangguran menjadi soal pokok. Indonesia memiliki harapan untuk bangkit kembali. Lapangan pekerjaan dan peluang kerja di awal tahun 2021 menunjukkan data yang menggembirakan. Jumlah pengangguran pada Februari 2021 berhasil menurun menjadi 8,75 juta dibandingkan Agustus 2020 yang sebesar 9,7 juta. Meski jika dilihat pada data year on year Februari 2020 pengangguran pada angka 6,93 juta. Bagaimanapun itu adalah situasi normal sebelum pandemi.