Petani Muda Inovator dan Prospek Karier Petani

Petani Muda Inovator dan Prospek Karier Petani
ilustrasi petani muda/ net

MONITORDAY.COM - Dulu sektor pertanian seringkali dianggap ikon keterbelakangan. Kini banyak orang sudah menyadari bahwa pertanian dapat menjadi pilihan untuk hidup dan menghidupi keluarga dengan prospek yang cerah. Apalagi dengan inovasi dan penggunaan teknologi yang dapat membuat pertanian dikelola dengan cara dan manajemen modern. 

Pertanian modern dan maju dapat terwujud jika anak-anak muda mau terlibat. Para sarjana dan tenaga terampil di bidang pertanian menjadi aktor penting dalam mewujudkannya. Petani-petani muda harus bersedia menggantikan generasi petani tua. Meski kita tetap respek kepada petani tua yang telah sekian lama mengabdikan hidupnya menjadi petani. Juga para pensiunan pegawai bahkan pejabat yang menghabiskan masa tuanya menjadi petani. 

Sebagian anak muda belum melirik prospek profesi petani. Melihat dari realitas saat ini, ada beberapa cara untuk menggaet minat anak muda agar mau menjadi petani. Termasuk dengan mempromosikan pertanian di sekolah, menjadikan petani muda sebagai teladan dan panutan bagi petani muda lainnya, mendorong dan mendukung  pemuda petani andalan dan secara proaktif mengomunikasikan persepsi positif tentang pertanian sebagai karier. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah petani per 2019 mencapai 33,4 juta orang. Dari jumlah tersebut yang berusia 20-39 tahun hanya 8 persen atau setara dengan 2,7 juta orang. Dengan kata lain sekitar 30,4 juta orang atau 91 persen berusia di atas 40 tahun, dengan mayoritas usia mendekati 50-60 tahun. 

Pada saat yang sama terjadi penurunan jumlah regenerasi petani muda. Dalam data yang sama, dari periode 2017 ke 2018, penurunan jumlah petani muda mencapai 415.789 orang. Jangan sampai kita seperti Jepang yang desa-desanya banyak ditinggalkan dan terbengkalai. Atau seperti beberapa negara maju yang biaya tenaga kerja sektor pertaniannya melambung tinggi hingga daya saing produk-produknya melemah.  

Disamping itu kita harus mendorong agar keluarga petani menjadi inovator. Keluarga petani telah berinovasi sejak awal pertanian dan alangkah eloknya bila apresiasi dan kemudahan diberikan. Menumbuhkan kapasitas dari jutaan keluarga petani untuk berinovasi sangat penting hari ini saat mereka menghadapi yang belum pernah terjadi sebelumnya tantangan yang  mempengaruhi mereka mata pencaharian serta keberlanjutan pangan dunia dan sistem pertanian.

Inovasi tak sekedar urusan aplikasi, drone, atau mesin pertanian, inovasi di bidang pertanian melibatkan proses sosial, organisasi, atau kelembagaan yang berbeda, mulai dari akses ke pasar, layanan kredit atau penyuluhan hingga pemasaran produk dengan cara baru.

Pemerintah dan pemangku kepentingan utama lainnya, termasuk masyarakat sipil, organisasi petani, badan penelitian, dan sektor swasta, semuanya memiliki peran dalam menciptakan lingkungan yang memungkinkan inovasi di bidang pertanian berkembang dan menghasilkan solusi. Keberhasilan bergantung pada menghubungkan driver yang mempengaruhi penyerapan inovasi.