Persatuan, Ilusikah?

Akan tetapi pemahaman rakyat dan pemahaman borjuis atau ningrat tidak dapat disatukan, ungkap Mohammad Hatta.

Persatuan, Ilusikah?
Merah Putih dan persatuan itu (Monday Review/K.A.M.Darwis)

MONDAYREVIEW.COM – Isu toleransi dan persatuan menjadi wacana yang kerap diungkapkan pada masa sekarang ini. Tentu bukan kali ini saja kata ‘persatuan’ disorongkan. Pertanyaannya apakah kata persatuan sekadar jargon politik untuk menarik simpati sekaligus memukul pihak yang berseberangan pendapat.

Indonesia sebuah negeri yang memiliki lebih dari 17.000 pulau, lebih dari 1.300 suku bangsa, lebih dari 700 bahasa daerah. Diversitas unsur-unsur tersebut saja merupakan potensi bagi terjadinya konflik. Perbedaan yang ada memang bisa menjadi konflik serta menjadi duri dalam persatuan.

Wakil Presiden pertama Indonesia, Mohammad Hatta pernah begitu cerkas mengkomparasikan persatuan dengan per-sate-an:

Apa yang dikatakan persatuan, sebenarnya tidak lain dari per-sate-an. Daging kerbau, daging sapi dan daging kambing dapat disate jadi satu. Akan tetapi pemahaman rakyat dan pemahaman borjuis atau ningrat tidak dapat disatukan. Persatuan segala golongan ini sama artinya dengan mengaburkan azas masing-masing.

Rasa-rasanya apa yang diungkapkan oleh Mohammad Hatta bisa menjadi refleksi tentang persatuan yang di masa sekarang ini digembor-gemborkan kembali.