Pentingnya Tajdid Pemahaman Islam

MONITORDAY.COM - Islam adalah agama yang sempurna. Hal ini ditegaskan dalam QS. Al Maidah: 3 bahwasanya Allah SWT telah menyempurnakan agama Islam bagi Nabi Muhammad SAW serta meridhainya sebagai agama yang benar. Sempurnanya ajaran Islam seiring dengan selesainya pewahyuan Al Qur'an kepada Nabi Muhammad SAW yang berasal dari Allah SWT melalui perantara Malaikat Jibril.
Jika ajaran Islam sudah sempurna, lain lagi dengan pemahaman terhadap ajaran Islam tersebut. Pemahaman terhadap ajaran Islam yang disebut dengan fikih bisa terus berkembang seiring dengan perkembangan waktu dan tempat. Hal ini terlihat bahkan semenjak masa khulafa Rasyidun. Banyak hal yang tidak ada pada masa Nabi Muhammad SAW muncul pada masa ini.
Misalnya Ijtihad Umar bin Khattab untuk tarawih berjamaah, Ijtihad Usman bin Affan berupa azan Jum'at dua kali, Ijtihad Umar bin Khattab soal pembagian Ghanimah dll. Hal ini membuktikan bahwa fikih Islam terus berkembang walaupun ajaran Islam sudah sempurna. Hal ini berlanjut pada masa para imam mazhab. Dimana waktu dan tempat yang berbeda membuat keempat Imam Mazhab mempunyai metode dan pendapat masing-masing mengenai hukum Islam.
Misalnya Imam Abu Hanifah karena tinggal jauh dari Madinah lebih mengandalkan penalaran rasionalnya. Sebaliknya Imam Malik karena tinggal di Madinah lebih mengandalkan hadits-hadits yang mudah ditemukan di sana.
Salah satu bentuk perkembangan dari ajaran Islam ini adalah tajdid atau pembaharuan. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW bahwa di setiap penghujung 100 tahun akan ada seorang yang memperbaharui agamanya. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Abu Daud.
Lantas apa yang dimaksud dengan pembaharuan? Pembaharuan artinya bisa pemurnian bisa juga pengembangan. Pemurnian artinya mengembalikan ajaran Islam seperti bentuk aslinya setelah sebelumnya tercemar oleh berbagai penyimpangan. Adapun pengembangan artinya adalah penyesuaian pemahaman ajaran Islam dengan situasi dan kondisi tertentu.
Secara rasional tajdid adalah sebuah keharusan bagi agama Islam. Karena semakin jauh dengan Nabi Muhammad SAW, potensi penyimpangan terhadap ajaran Islam semakin besar. Oleh karena itu harus ada yang mengembalikannya kepada ajaran yang seharusnya. Seorang yang melaksanakan pembaharuan disebut dengan mujaddid.
Seorang mujaddid seringkali mendapatkan tantangan dan penolakan dari umat Islam sendiri yang sudah nyaman dengan tradisi yang dianggap benar padahal sesungguhnya salah. Namun usaha tajdid harus tetap dilakukan demi mengembalikan ajaran Islam kepada rel yang benar.