Pentingnya Menjaga Kesehatan Anak Usia Sekolah
Bila peserta didik menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di lingkungan sekolahnya, upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan di sekolah akan terwujud, terutama di masa pandemi coronavirus disease 2019 (Covid-19).

KEMAJUAN sumber daya manusia atau SDM di bidang pendidikan tak lepas dari beberapa faktor pendukung. Salah satu faktor pendukung tersebut adalah kesehatan individual peserta didik. Mewujudkan kesehatan peserta didik bisa dilakukan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat atau PHBS di lingkungan sekolah.
Bila peserta didik menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di lingkungan sekolahnya, upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan di sekolah akan terwujud, terutama di masa pandemi coronavirus disease 2019 (Covid-19).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya-upaya dalam menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam sikap dan perilaku agar dapat menerapkan hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan.
Menurut H.L.Bloom, seorang pakar ahli kesehatan masyarakat menyebutkan bahwa ada 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan seseorang, yaitu genetik/keturunan, perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan, dan lingkungan. Dari keempat faktor tadi, faktor yang lebih mempengaruhi derajat kesehatan adalah dari faktor lingkungan. Bila kondisi lingkungan bersih, otomatis penghuni lingkungan tersebut akan sehat, begitu juga sebaliknya.
Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan di sekolah, penerapan PHBS di sekolah sangatlah penting. Selain manfaat penerapan PHBS dalam kebiasaan sehari-hari dapat mencegah kerentanan timbulnya penyakit, tentunya juga bermanfaat dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas karena fisik yang sehat pada pelajar, sehingga para pelajar tidak lemas saat mengikuti kegiatan pembelajaran.
Penerapan PHBS di sekolah dapat berupa aktivitas sehat seperti mencuci tangan dengan sabun, mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah, tidak merokok, menggunakan jamban yang bersih dan sehat, olahraga yang teratur, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan, dan membuang sampah pada tempatnya. Tujuh indikator PHBS di sekolah ini harus diterapkan seluruh jajaran akademik, mulai dari guru hingga kepada pelajar demi terwujudnya sekolah yang sehat.
Usaha-usaha dalam mewujudkan sekolah sehat dapat melalui peran UKS (Unit Kesehatan Sekolah) yang ada di sekolah. Ruang lingkup dan tujuan UKS tidak lain mengarah pada praktik perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di sekolah. Munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah dasar (6-10 tahun), ternyata berkaitan dengan PHBS. Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak dan dapat dilakukan dengan pendekatan UKS.
Pengurus UKS sendiri selain dari guru pembina UKS yaitu dari PMR (Palang Merah Remaja) sebagai pelopor dan agen kesehatan di sekolah. Siswa dapat berpartisipasi menjadi agen "Health School" di sekolahnya dengan mengikuti ekstrakulikuler PMR. Selain dilatih tentang pertolongan pertama, di dalam ekstrakulikuler PMR juga terdapat materi promosi kesehatan guna mengajak dan mempromosikan kesehatan salah satunya tentang pentingnya menerapkan PHBS dalam beraktivias sehari-hari.
Kebiasaan jajan sembarangan, membuang sampah sembarangan, hingga ke permasalahan sanitasi lingkungan adalah pekerjaan kita bersama sebagai penghuni ekosistem sekolah dalam menanggulangi permasalahan kesehatan di sekolah melalui program UKS dengan tim penggeraknya PMR untuk mewujudkan sekolah sehat yang penuh sarat dengan 9K, yaitu kebersihan, kerapian, keindahan, kerindangan,ketertiban, keamanan, ketentraman, kekeluargaan, dan ketakwaan.
Menjaga Asupan Gizi
Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi. Karena itu penting sekali untuk menjaga asupan gizi bagi anak.
Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi tingkat kesehatan individu dan masyarakat. Agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit kronis atau penyakit tidak menular (PTM) terkait gizi, maka pola makan peserta didik perlu ditingkatkan ke arah konsumsi gizi seimbang. Keadaan gizi yang baik dapat meningkatkan kesehatan individu dan masyarakat.
Gizi yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal serta perkembangan fisik dan kecerdasan bayi, anak-anak, serta seluruh kelompok umur. Gizi yang baik membuat berat badan normal atau sehat, tubuh tidak mudah terkena penyakit infeksi, produktivitas kerja meningkat serta terlindung dari penyakit kronis dan kematian dini.
Gizi yang tidak optimal berkaitan dengan kesehatan yang buruk. Gizi yang tidak baik adalah faktor risiko PTM, seperti penyakit kardiovaskular (penyakit jantung dan pembuluh darah, hipertensi dan stroke), diabetes serta kanker yang merupakan penyebab utama kematian di Indonesia.
Menurut data Departemen Kesehatan, lebih separuh dari semua kematian di Indonesia merupakan akibat PTM. Sebagian besar PTM terkait-gizi di atas berasosiasi dengan kelebihan berat badan dan kegemukan yang disebabkan oleh kelebihan gizi. Itulah mengapa, asupan gizi yang seimbang menjadi sangat penting, terutama pada usia sekolah dasar.
Pada usia sekolah dasar, anak umumnya sudah bisa memilih makanan kesukaannya. Jajanan sekolah yang berwarna-warni membuat buah hati tergoda lebih senang jajan ketimbang makan makanan bergizi. Hal inilah yang wajib diawasi orangtua agar anak tidak sampai mengonsumsi jajanan dengan Bahan Tambahan Pangan (BTP) berbahaya.Usia sekolah dasar yaitu usia 7-12 tahun. Pada usia ini, karakteristik pertumbuhan relatif tetap dengan sedikit masalah pemberian makan. Pada masa ini terjadi peningkatan nafsu makan secara alamiah, sebuah faktor yang dapat meningkatkan konsumsi makanan.