Janji Ki Hadjar Dewantara kepada KH Ahmad Dahlan Yang Tuntas Ditunaikan

Dikisahkan bahwa Nyi Hadjar Dewantara pada suatu titik kritis dalam hidupnya mengingatkan suaminya akan sebuah janji kepada sahabat masa remajanya yakni Muhammad Darwis yang kelak dikenal sebagai KH Ahmad Dahlan. Janji untuk membangun pendidikan bagi anak-anak bangsa. Konsekuensinya Ki Hadjar harus meninggalkan partai politik yang selama ini menjadi alat perjuangannya dalam memerdekakan bangsanya. Ki Hadjar memang konsekuen sebagai sosok yang anti rangkap jabatan.

Janji Ki Hadjar Dewantara kepada KH Ahmad Dahlan Yang Tuntas Ditunaikan

MONDAYREVIEW.COM – Pendidikan mendorong jiwa merdeka. Merdeka sebagai manusia merdeka pula sebagai bangsa. Di masa pra kemerdekaan melalui pendidikan bumiputera Hindia Belanda mulai tumbuh kesadaran dan kepercayaan dirinya untuk merdeka, mandiri, dan menentukan nasibnya sendiri. Mengurus diri sendiri butuh kemampuan atau kecakapan yang memadai. Agar bangsa tak salah urus. Di situlah pendidikan dibutuhkan.  

Dikisahkan bahwa Nyi Hadjar Dewantara pada suatu titik kritis dalam hidupnya mengingatkan suaminya akan sebuah janji kepada sahabat masa remajanya yakni Muhammad Darwis yang kelak dikenal sebagai KH Ahmad Dahlan. Janji untuk membangun pendidikan bagi anak-anak bangsa. Konsekuensinya Ki Hadjar harus meninggalkan partai politik yang selama ini menjadi alat perjuangannya dalam memerdekakan bangsanya. Ki Hadjar memang konsekuen sebagai sosok yang anti rangkap jabatan.

Janji itu ditunaikan. RM Soewardi Soerjaningrat mendirikan Perguruan Taman Siswa. Beliau melepas gelar kebangsawanannya dan mendeklarasikan semangat egalitarianisme berdasar azas kekeluargaan sebagai anak bangsa. Sejak itulah beliau memperkenalkan dirinya sebagai Ki Hadjar Dewantara dan mewajibkan seluruh keluarga besar Taman Siswa untuk menggunakan gelar Ki, Nyi, dan Ni.

Muhammad Darwis atau KH Ahmad Dahlan muda dan RM Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hadjar Dewantara adalah sahabat karib sebagai sesama murid Kyai Sholeh Darat. Dari akar yang sama keduanya mewakili warna yang berbeda. Yang pertama menjadi tokoh gerakan Islam dan kedua mewakili sayap nasionalis. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah dan Ki Hadjar mendirikan Taman Siswa. Sama-sama punya lini pendidikan yang kuat.

KH Ahmad Dahlan juga anggota Taman Siswa yang didirikan Ki Hadjar, sedangkan Ki Hadjar juga anggota Muhammadyah yang dibuat KH Ahmad Dahlan. Demikian menurut Muhadjir Effendy yang saat ini menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.

Ahmad Dahlan pernah aktif dalam Parta Syarikat Islam dan menolak rayuan H. Agus Salim agar Muhammadiyah menjadi partai politik. Ki Hadjar ikut mendirikan Indische Partij dalam Tiga Serangkai bersama Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangunkusumo. Kelak dikenal pula sebagai Empat Serangkai bersama Soekarno, Hatta, dan Mas Mansur. Nama yang terakhir ini adalah ketua Hoofdbestuur atau Pengurus Pusat Muhammadiyah di masa perjuangan kemerdekaan.    

Ki Hadjar Dewantara sangat kritis terhadap pendidikan Barat. Saat pidato pada rapat besar gerakan PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat), September 1943 Ki Hajar dengan berapi-api mengatakan bahwa pendidikan Eropa itu baik adanya namun “Sangat mengabaikan kecerdasan budi-pekerti sehingga menimbulkan penyakit intellektualisme yakni mendewakan angan-angan, semangat mendewakan angan-angan itu menimbulkan kemurkaan-diri atau individualisme dan kemurkaan-benda atau materialisme, itulah yang menyebabkan hancurnya ketentraman dan kedamaian di dalam hidupnya masyarakat!”

Ki Hadjar salah satu pendiri Indische Partij. Ia pernah dibuang dan dipenjarakan oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda karena sikap kritisnya. Sikap dan langkah politiknya penuh risiko. Onak dan duri perjuangan menuju kemerdekaan dilaluinya dengan kesadaran penuh meninggalkan kenyamanan previledge kehidupan bangsawan.

Sikap tegas Indische Partij tampak dalam semboyan-semboyan mereka yang berbunyi "Indie los van Holland" (Hindia bebas dari Belanda) dan "Indie voor Indier" (Indonesia untuk orang Indonesia). Cita-cita atau tujuan Indische Partij ini disebarluaskan melalui surat kabar "De Express".

Ki Hadjar juga seorang jurnalis yang sangat kritis. Melalui koran ia menyuarakan suara rakyat negeri jajahan. Bangsanya sendiri yang tertindas dan diperas oleh Bangsa Eropa. Oleh mereka yang mengklaim dirinya lebih maju, berpendidikan dan beradab. Sikap kritis Indische Partij juga tampak dalam artikel yang ditulis oleh Ki Hajar Dewantara dalam surat kabar De Express yang berjudul Als ik en Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda).

Jalan politik untuk memerdekakan bangsa tentu sangat strategis. Namun jalan pendidikan menjadi pilihan yang tak kalah pentingnya dalam menyiapkan putra-putra terbaik bangsa. Menanamkan nilai-nilai integritas dan keindonesiaan. Mencerdaskan dan mengasah kecakapan anak bangsa dalam aspek kepemimpinan, kecendekiawanan, dan kenegarawanan. Dan janji itu telah ditunaikan Ki Hadjar Dewantara. Janji kepada Ahmad Dahlan sahabatnya dalam bingkai perjuangan menuju kemerdekaan bangsa yang sejati.