Pembelajaran Daring dan Pendidikan Karakter
Pernyataan bahwa pembelajaran jarak jauh akan menghambat pendidikan karakter dibantah oleh beberapa akademisi bidang pendidikan.

MONDAYREVIEW.COM – Pendidikan karakter merupakan salah satu tujuan dari pendidikan yang ada di Indonesia. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas dimana salah satu tujuan pendidikan adalah bertakwa dan berakhlak mulia. Karakter yang baik merupakan hal yang penting selain kecerdasan yang tinggi. Hal ini karena tanpa karakter yang kuat, orang cerdas bisa menggunakan kecerdasannya untuk melakukan kejahatan. Namun dengan karakter yang mulia, walaupun seseorang tidak cerdas, dia tetap bisa menjadi orang yang baik. Dalam bahasa agama, karakter disebut juga akhlak.
Perubahan karakter menjadi lebih baik bahkan telah menjadi program pemerintah, yakni revolusi mental. Salah satu infrastruktur strategis bagi pendidikan karakter adalah sekolah. Di sekolah selain diajari mengenai pelajaran dan ilmu pengetahuan, para peserta didik diajari juga pendidikan karakter. Pendidikan karakter bisa diperoleh melalui intra kurikuler maupun ekstra kurikuler. Contoh intra kurikuler adalah pelajaran agama dan kewarganegaraan. Melalui ekstra kurikuler contohnya melalui ekskul pramuka atau paskibra.
Sayangnya di kala pandemi seperti sekarang, seluruh lembaga pendidikan di Indonesia menerapkan pendidikan jarak jauh. Oleh karena itu pendidikan tidak bisa dilakukan secara tatap muka. Hal ini menimbulkan keraguan dari banyak pihak mengenai keberlangsungan pendidikan karakter. Banyak yang percaya bahwa pembelajaran daring akan menghambat pendidikan karakter. Hal ini karena guru tidak bisa memantau langsung perilaku siswanya. Komunikasi pun dilakukan melalui perantara teknologi informasi.
Pernyataan bahwa pembelajaran jarak jauh akan menghambat pendidikan karakter dibantah oleh beberapa akademisi bidang pendidikan. Pakar Komunikasi dari Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang Prof Dr Alo Liliweri mengemukakan upaya mewujudkan penguatan karakter peserta didik dalam penerapan sistem pembelajaran daring hanya berbeda dari sisi cara mewujudkannya.
Ia mengatakan penguatan karakter peserta didik memang lebih efektif dilakukan dalam pembelajaran tatap muka di kelas karena pendidik bisa memantau secara langsung perkembangan sikap dan prilaku peserta didik. Namun hal ini juga tetap bisa dilakukan dalam sistem daring karena mata pelajaran seperti pendidikan agama, kewarganegaraan, moral, dan lainnya tetap bisa diajarkan.
Pada titik ini, lanjut Liliweri, dibutuhkan strategi dari pengajar atau dosen dalam memberikan pelajaran dengan menggunakan indikator tertentu untuk menilai perubahan peserta didik dari sisi pengetahuan, sikap, dan prilaku. Misalnya pendidik atau dosen bisa memberikan materi visual berupa gambar atau video untuk mengetahui perasaan, sikap, peserta didik terhadap sesuatu. Aspek lain seperti kedisiplinan dan tanggung jawab tetap juga bisa diuji dalam proses belajar daring seperti mengerjakan tugas, mengikuti pelajaran, dan sebagainya.
Pengamat Pendidikan dari Universitas Negeri Padang (UNP) Dr. Hadiyanto, M. Ed menilai pembelajaran daring tidak harus menjadi kendala untuk penguatan karakter di sekolah karena metode ajar bisa disesuaikan dengan kondisi.
Menurutnya, penguatan karakter ini lebih mudah diajarkan dengan menunjukkan keteladanan. Guru bersikap sesuai nilai dan norma kebaikan yang bisa dicontoh secara langsung oleh murid. Secara tatap muka pembelajarannya mungkin lebih maksimal, tetapi secara daring hal itu tentu tetap bisa dilakukan.
Ia mencontohkan sebelum memberikan materi pendidikan secara daring melalui rekaman video atau aplikasi lain, guru tetap memulai dengan berdoa sesuai keyakinan masing-masing. Dengan demikian nilai religius sebagai salah satu pondasi pendidikan karakter tetap bisa tertanam.
Guru juga bisa menyelipkan cerita tentang keteladanan dalam materi ajar sehingga murid terpancing untuk ingin tahu lebih jauh. Atau bisa juga dengan memberikan tugas bagi siswa yang berkaitan dengan nilai-nilai penguatan karakter seperti kejujuran, belas kasih, keberanian, kerjasama dan kerja keras.
Pendapat para ahli mengenai pendidikan karakter dan pembelajaran jarak jauh ini memberikan kita optimisme bahwa pembelajaran daring bukan suatu alasan untuk meninggalkan pendidikan karakter. Hanya saja sang guru dituntut inovatif mengajarkan karakter dengan media daring.