Pendidikan Kejuruan di Era Digital

Era digital membutuhkan antisipasi dunia pendidikan kejuruan

Pendidikan Kejuruan di Era Digital
(c) hindustantimes

MONDAYREVIEW- Kesenjangan antara kebutuhan dunia kerja dengan dunia pendidikan mengurangi penyerapan tenaga kerja. Ketersediaan lapangan kerja sudah menjadi masalah tersendiri. Ketika pertumbuhan ekonomi melambat, kesempatan kerja juga tidak tumbuh dengan baik. Apalagi bila kompetensi lulusan lembaga pendidikan tidak sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.

Pendidikan memang menjadi jalan untuk keluar dari kemisikinan dan keterbelakangan. Namun tidak serta merta ijazah memberi jaminan bagi seseorang untuk mendapatkan pekerjaan. Ada bidang-bidang tertentu yang lebih menitikberatkan pada keterampilan yang spesifik. Pendidikan yang menekankan pada karir atau kebekerjaan.   

Di Jerman, pendidikan kejuruan dikenal dengan dual system. Setelah melalui pendidikan wajib belajar, para siswa dapat  mengambil pendidikan vokasi dimana siswa bekerja di dunia kerja atau dunia industri. Jerman memang memiliki daya saing yang tinggi dalam kapasitas SDM. Sebagai negara yang tak memiliki banyak bahan mentah, Jerman harus mengandalkan kemampuan SDM dalam penguasaan teknologi untuk memberi nilai tambah pada industrinya.

Bagaimana lembaga pendidikan kejuruan Jerman menyiapkan diri menghadapi era digital?   

Sebagaimana dikutip stasiun TV DW, pendidikan kejuruan di Jerman telah menyiapkan beberapa langkah untuk memasuki era digital. Kesiapan itu diperlukan untuk mengantisipasi disrupsi yang mungkin menggeser cara lama dengan cara baru. Mereka yang inovatif yang akan bertahan.

Yang pertama adalah, integrasi teknologi dalam pendidikan kejuruan. Integrasi teknologi ke kurikulum kejuruan dapat memberikan sekolah-sekolah dengan akses potensial ke dunia kerja di luar sekolah dan memungkinkan guru untuk merancang lingkungan belajar yang berguna yang menekankan pembelajaran dalam konteks kegiatan dunia nyata untuk siswa-siswa kejuruan.

Yang kedua, mengembangkan pembelajaran multimedia dan interaktif yang lebih baik. Selain itu, kompetensi teknologi adalah salah satu keterampilan yang akan dibutuhkan dalam semua profesi sehingga bekerja bersama dengan teknologi adalah cara yang baik untuk membuat peserta didik siap bekerja bersama dengan semua keterampilan yang dibutuhkan.

Yang ketiga, persepsi guru sangat penting untuk keberhasilan atau kegagalan mengintegrasikan teknologi ke dalam instruksi, dan mereka memainkan peran penting dalam proses ini. Guru telah menjadi agen perubahan dan memainkan peran penting dalam keberhasilan mengajar dan belajar di program kejuruan.

Guru vokasional harus memodelkan penggunaan teknologi yang tepat dalam lokakarya dan ruang kelas untuk membantu memperlengkapi siswa mereka dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menggunakan alat ini secara efektif dalam kehidupan kerja mereka.

Untuk memastikan program-program teknis dan kejuruan relevan dengan masyarakat, guru-guru kejuruan harus dapat menggunakan teknologi-teknologi baru ini yang secara terus-menerus mengubah cara bagaimana orang hidup, bekerja, dan belajar.

Oleh karena itu, guru produktif di sekolah kejuruan harus mengikuti perkembangan teknologi untuk memastikan peran mereka masih relevan untuk menghasilkan tenaga kerja di hari esok. Karena kompetensi mereka dalam ICT sangat penting jika mereka ingin menjadi instruktur unggulan  yang sukses ketika mereka mentransfer kompetensi ini kepada siswa mereka.

Kementerian Perindustrian memiliki program untuk mendorong daya saing SDM Indonesia di era digital. Misalnya dengan mewajibkan mata kuliah terkait digitalisasi di Perguruan Tinggi, pelatihan vokasi sehingga SMK dapat link and match dengan dunia industri, pengembangan Skill for Competitiveness di Politeknik, dan pengembangan laboratorium metalurgi di kawasan industri.