Pemetaan Hoaks Oleh MAFINDO : 58% Jenis Konten Politik

Pemetaan Hoaks Oleh MAFINDO : 58% Jenis Konten Politik

 

MONITORDAY.COM- Hoaks dan informasi yang menyesatkan adalah tantangan di semua zaman. Namun, di  era digital ini penyebarannya sangat cepat.  Hingga dampaknya pun sangat luas. Kerugian yang ditimbulkan juga bersifat massif. Upaya dari berbagai fihak untuk melawan hoaks patut diapresiasi.

Salah satunya adalah penelitian dan publikasi terkait hoaks. Sebagaimana yang dilakukan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) dengan merilis hasil penelitiannya pada 30 September 2018. Penelitian bertajuk Pemetaan Hoaks di Indonesia itu bertujuan untuk mendapatkan pemetaan hoaks yang beredar di tengah masyarakat dari kategori hoaks, tema/konten, media, dan saluran peredaran hoaks. 

Disamping itu penelitian ini juga dimaksudkan untuk mendapatkan Peta Sebaran Hoaks terhadap para capres dalam Pemilu 2019 paska deklarasi (Capres) serta mendapatkan komparasi mengenai eskalasi hoaks dalam periode waktu tertentu.  

Terdapat berbagai modus yang digunakan untuk membuat informasi yang menyesatkan. Ada hoaks dan ada disinformasi.  HOAKS atau FAKENEWS lebih pada pengertian berita palsu, data dan faktanya palsu.

Sementara DISINFORMASI terjadi ketika informasi yang disebarluaskan didistorsi sedemikian rupa dengan mengurangi bagian-bagiannya, sehingga menggiring khalayak pada kesimpulan tertentu yang menyesatkan. Framing atau pembingkaian berita menjadi salah satu contohnya.   

Ada juga yang perlu diwaspadai yakni MISINFORMASI atau informasi yang keliru. Tidak diniatkan pada awalnya sebagai hoaks, namun tetap menyesatkan karena menggiring publik pada persepsi yang keliru.

Diantara temuan penting penelitian ini adalah komposisi misleading information (informasi menyesatkan) yang menunjukkan bahwa 63,3% adalah hoaks atau pemberitaan palsu atau informasi yang dibuat-buat seoalah-olah benar. Sedangkan sisanya adalah disinformasi yakni sebesar 36,7%. Dimana disinformasi adalah penyampaian informasi yang salah (dengan sengaja) untuk membingungkan orang lain.

Pada jenis konten, penelitian yang dilakukan pada bulan Agustus 2018 ini memperlihatkan data yang menarik. Jenis konten politik adalah sumber hoaks terbesar dengan 58,42%. Jauh di atas jenis konten lainnya. Ini menunjukkan tingginya tensi politik dan keterbelahan publik pada dua kubu yang saling menyerang bahkan dengan menyalahgunakan informasi.

Jenis konten bencana alam berada di peringkat kedua dengan 10,16%. Ini menunjukkan gejala yang memprihatinkan. Dampak dari konten ini bisa menimbulkan keresahan bahkan kepanikan di tengah masyarakat apalagi yang tengah terdampak bencana alam.

Motif politik, ekonomi, atau sekedar iseng bisa berakibat fatal. Maka, netizen diharapkan berhati-hati menyebarkan berita terkait bencana alam walaupun data dan faktanya disajikan dengan menarik dengan angka-angka yang seolah-olah akurat.  

Sementara itu jenis konten penipuan di angka 8,89%. Motif penipuan adalah ekonomi atau bisnis. Bertujuan utuk mengambil keuntungan finansial termasuk dengan cara menjatuhkan reputasi lawan bisnis atau produk pesaing.

Jenis konten kesehatan menunjukkan angka 6,35%. Tentu saja ini cukup memprihatinkan mengingat banyak netizen memburu tips atau artikel kesehatan. Situs atau blog yang mencari sensasi untuk mengejar traffic perlu diwaspadai  sering memposting berita atau artikel yang  Baik untuk kebugaran maupun upaya medis.  Jenis konten lainnya berada di bawah jenis konten yang telah disebutkan di atas.