Peluang dan Risiko Di Balik Kenaikan Harga Komoditas Global

MONITORDAY.COM - Indonesia senang dengan kenaikan harga komoditas? Di satu sisi kenaikan harga global memang menjadi berkah buat Indonesia. Kenaikan harga komoditas yang terjadi di pasar global saat ini menjadi berkah tersendiri buat Indonesia. Pasalnya kenaikan ini berdampak pada nilai ekspor komoditas domestik.
Perkembangan global menciptakan spillover sehingga membuat pemulihan ekonomi tidak merata. Akibatnya, terjadi tekanan inflasi dan supply disruption yang menyebabkan harga komoditas melonjak tinggi. Diantara komoditas yang melonjak tajam adalah batubara dan CPO. indonesia memang memiliki cadangan batubara yang cukup besar. Produksi CPO pun demikian.
Di sisi lain kenaikan itu dapat memicu inflasi dalam negeri. Pemerintah terus mencermati pelbagai risiko inflasi pada 2022. Naiknya harga komoditas secara global akibat aktivitas ekonomi dunia meningkat menjadi risiko tersendiri.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) inflasi pada Januari 2022 sebesar 0,56 persen secara month to month dengan inflasi tahunan atau year on year 2,18 persen. Kenaikan ini juga harus disadari sebagai dampak dari pemulihan ekonomi yang membuat permintaan pasar menggeliat. Orang sudah mulai membeli barang dan jasa lagi.
Kenaikan inflasi ditandai oleh meningkatnya indeks harga konsumen (IHK) menjadi 108,26 dari sebelumnya 107,66 pada Desember 2021. Angka yang cukup besar dan tak dapat dianggap enteng. Inflasi Januari 2022 merupakan yang tertinggi pada periode yang sama sejak 2019. Dana Moneter Internasional (IMF) dalam publikasi terbaru World Economic Forum menyampaikan kenaikan inflasi di sejumlah negara merupakan salah satu faktor risiko pemulihan ekonomi pada 2022.
Melejitnya harga energi disertai gangguan rantai pasok telah mendorong peningkatan inflasi, terutama di Amerika Serikat dan banyak negara emerging market and developing economies (EMDE) atau negara berkembang.
Desember 2021, tingkat inflasi Amerika Serikat menembus 7 persen dan merupakan rekor tertinggi sejak Juni 1982.
Untuk menghadapi tantangan inflasi global, perlu penguatan program kerja dan strategi kebijakan pengendaliannya di level daerah.
Peningkatan permintaan global di sektor riil harus dipandang menjadi peluang. Dengan keluaran manufaktur Indonesia yang diprediksi makin tumbuh. Prospek permintaan barang ekspor diharapkan melonjak.
Untuk mengakselerasi kinerja ekspor dan memanfaatkan momentum yang ada, pemerintah akan terus mendorong program hilirisasi komoditas unggulan, seperti CPO, nikel, bauksit, tembaga, hingga timah.
Pemerintah telah menjaga stabilisasi harga pangan dan bahan pokok dalam negeri untuk menjaga inflasi. Belakangan, pemerintah menerapkan harga eceran tertinggi minyak goreng untuk menekan lonjakan harga bahan dapur tersebut akibat naiknya harga acuan crude palm oil (CPO).
Jadi, kenaikan harga komoditas adalah berkah yang mengandung risiko bagi Indonesia. Saat kebutuhan energi dan pangan kita meningkat, inflasi bisa melonjak. Tak hanya panen pendapatan dari ekspor, kita juga berisiko kekurangan pasangan komoditas tersebut di dalam negeri.
Buktinya, Presiden sempat mengeluarkan instruksi agar ekspor batubara distop. Kenaikan harga minyak goreng beberapa waktu lalu juga menunjukkan hal yang sama.
Pemerintah harus memiliki strategi yang tepat agar kenaikan harga komoditas lebih banyak manfaat daripada madhorotnya.