Efektifitas dan Keamanan Aplikasi Pelacak Covid

Mencegah dengan melacak secara cepat sehingga sebaran terkendali menjadi misi utama pengembangan aplikasi pengendali sebaran Covid-19. Bagi Indonesia ini sangat penting. Indonesia masih bergulat dengan sebaran Covid-19. Demikian juga dengan banyak negeri di berbagai belahan dunia. Hingga Senin (6/7/2020) angka kematian Indonesia akibat Covid-19 mencapai 5?n merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara.

Efektifitas dan Keamanan Aplikasi Pelacak Covid
aplikasi pedulilindungi/ Antara

MONDAYREVIEW.COM – Mencegah dengan melacak secara cepat sehingga sebaran terkendali menjadi misi utama pengembangan aplikasi pengendali sebaran Covid-19. Bagi Indonesia ini sangat penting. Indonesia masih bergulat dengan sebaran Covid-19. Demikian juga dengan banyak negeri di berbagai belahan dunia. Hingga Senin (6/7/2020) angka kematian Indonesia akibat Covid-19 mencapai 5% dan merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara.   

Bukan tidak mungkin tingginya prosentase kematian itu karena keterlambatan dan keterbatasan dalam penanganan pasien. Juga karena keterbatasan tes yang relatif berbiaya mahal dan menguras anggaran negara. Sehingga Indonesia perlu meningkatkan kewaspadaan melalui langkah-langkah yang nyata, rasional, cepat, dan konsisten.

Upaya pencegahan penyebaran tetap menjadi prioritas utama. Bayangan rumah sakit yang kolaps karena banyaknya pasien sudah menjadi kenyataan. Tak ada guna lagi saling menyalahkan. Berbagai upaya terobosan berkejaran dengan waktu.

Teknologi informasi menjadi salah satu tumpuan dalam upaya pencegahan. Salah satunya dengan aplikasi untuk menelusuri sebaran covid. Di Tiongkok aplikasi ini berjalan dengan efektif. Pelacakan atas penderita Covid berjalan cepat. Tentu tindak lanjut atas informasi yang disediakan oleh aplikasi ini juga dilakukan dengan cepat.

Perlu pembuktian agar sebuah aplikasi diyakini oleh khalayak dan para pengambil keputusan. Sehingga  banyak yang mengunduh dan menggunakannya.

Jika suatu daerah ingin menjalankan roda perekonomiannya akan sangat bergantung pada aplikasi semacam ini. Mudah, aman, dan cepat. Hampir semua orang dapat menggunakannya. Memang ada kendalanya karena membutuhkan ponsel pintar. Bagi sebagian kecil yang belum memiliki tentu ada jalan keluarnya.

Beberapa aplikasi yang dikembangkan berbasis teknologi bluetooth. Konsekuensinya bluetooth harus selalu menyala dan untuk pengguna pirati keluaran Apple meniscayakan gawainya tak terkunci. Tentu membuat batere boros dan ponselnya dapat diretas melalui koneksi bluetooth yang berada dalam posisi hidup.

Salah satu aplikasi terkait pelacakan Covid telah dikembangkan oleh Muhammad Al Ghozi Ramadhan. Aplikasi ini telah digunakan oleh Pemerintah Provinsi Bangka Belitung. Setiap orang yang masuk ke wilayah Bangka Belitung, terutama yang berasal dari wilayah terjangkit, diwajibkan mengunduh aplikasi itu terlebih dahulu.

Dalam waktu dekat Provinsi Kepulauan Riau juga akan mengadopsi aplikasi fightcovid.id ini. Aplikasi ini terdiri dari dua unsur, yakni user dan tracker. Setelah mengunduh para pengguna atau user harus mengisi kolom nama, alamat hingga apa gejala klinis yang dirasakan.

Aman dan menjamin privasi pengguna. Nomor kontak dan data pribadi, tidak digunakan. Faktor keamanan data pribadi yang sering dikeluhkan pengguna. Soal keamanan ini memang menjadi salah satu pro kontra. Mengingat dapat saja disalahgunakan untuk kepentingan politik maupun bisnis. Sebagian orang melihat ada ancaman kebebasan di sana.

Kembali ke aplikasi yang telah diterapkan di Bangka Belitung. Orang itu juga akan diberikan gelang yang tersambung dengan perangkat teknologi pelacak. Siapapun yang mengenakan gelang itu, baik Orang Dalam Pemantauan (ODP), Pasien Dalam Perawatan (PDP) atau Orang Tanpa Gejala (OTG) akan terpantau pergerakannya. Klaster-klaster yang ada terpantau. Ketika individu bepergian dan sudah lupa ke mana saja, bisa dipantau dengan gelang tersebut.

Salah satu langkah Pemerintah Daerah yang sangat diperlukan adalah melacak orang-orang yang masuk ke wilayahnya, baik dari bandara maupun dari pelabuhan. Konsep 3T, yakni tracing, test dan treatment merupakan konsep atau strategi terpadu. Tetapi 'pelacakan kontak' semacam itu umumnya merupakan proses yang melelahkan dan lambat yang bergantung pada wawancara langsung dan pekerjaan detektif.

Ghozi yang sekarang bekerja untuk BPNP mengklaim telah mengembangkan aplikasinya sehingga mampu melakukan pelacakan di terminal atau pintu masuk ke suatu kota oleh mereka yang menggunakan bus dan kereta api. DI Bangka Belitung aplikasinya digunakan untuk melacak mereka yang masuk ke provinsi tersebut melalui bandara dan pelabuhan.   

Pengembangan aplikasi di berbagai negara

Generasi baru aplikasi bertujuan untuk mengotomatiskan proses penelusuran kembali gerakan seseorang untuk menemukan orang yang mungkin telah terinfeksi - dan mungkin memberi tahu orang-orang itu pada tahap sedini mungkin.

Situs Nature.com mempublikasikan artikel yang menegaskan kelemahan aplikasi dalam melacak Covid. Efektifitas aplikasi semacam itu belum terbukti. Pemodelan menunjukkan bahwa mereka dapat membantu memperlambat penyebaran virus - tetapi hanya jika cukup populasi yang menggunakannya.

Sebuah blueprint dari kelompok di University of Oxford, UK, menunjukkan bahwa ambang batas penerimaan 60% dari populasi dapat membawa wabah di bawah kontrol. Aplikasi juga telah meningkatkan masalah privasi, karena beberapa harus menyimpan data pengguna di server pusat jika orang ingin diidentifikasi dan dilacak. Dan bahkan para pendukung aplikasi mengatakan bahwa, agar paling efektif, mereka masih memerlukan pelacak kontak manusia dalam lingkaran untuk melakukan wawancara lanjutan.

Aplikasi TraceTogether Singapura dikembangkan oleh kementerian kesehatan dan agensi teknologi negara tersebut, dan dirilis pada 20 Maret. Meskipun terobosan, itu memaparkan satu batasan teknis yang mencolok pada pendekatan umum ini: karena langkah-langkah privasi yang diberlakukan pada fungsi Bluetooth oleh sistem operasi Apple, agar aplikasi berguna, iPhone harus tetap tidak terkunci sepanjang waktu dengan aplikasi terbuka, ketidaknyamanan utama dan menguras baterai.

Pakar keamanan memuji kolaborasi Google dan Apple, dijuluki 'Gapple'. Pada 10 April, Apple dan Google mengumumkan bahwa mereka akan berkolaborasi pada platform penelusuran kontak bersama. Dua raksasa teknologi ini menerapkan fungsi kriptografi untuk menghasilkan dan memproses nama samaran secara langsung ke dalam sistem operasi. Masalah baterai iPhone yang boros terselesaikan dengan memungkinkan aplikasi mengumpulkan data kontak di latar belakang.

Beberapa aplikasi bahkan melangkah lebih jauh dan mengumpulkan data lokasi GPS, mengirimkannya ke server pusat. Contohnya termasuk aplikasi Aarogya Setu India, yang telah diunduh oleh 100 juta pengguna, serta aplikasi yang dikembangkan oleh beberapa negara bagian AS, termasuk Utah dan Dakota Utara dan Selatan. Apple dan Google tidak akan membiarkan aplikasi yang merekam data lokasi menggunakan API mereka.

Bagaimanapun penggunaan aplikasi ini adalah sebuah upaya yang harus diperhatikan dan untuk kemudian diterapkan segera setelah ditimbang manfaat dan madharatnya. Situasi pandemi sangat memprihatinkan sementara daya tahan ekonomi masyarakat semakin merosot. Kelengahan hanya akan membawa pada bencana. Dan sekarang masih ada waktu untuk menghindarinya