Pariwisata Mencari Jalan Bertahan Hidup

MONITORDAY.COM - Industri pariwisata tumbuh karena ada kebutuhan. Orang membutuhkan jalan-jalan. Kebutuhan rekreatif sudah melekat dalam kehidupan manusia. Rekreasi adalah kegiatan waktu luang. Istilah kerennya discretional time. Rekreasi adalah elemen penting secara biologis dan psikologis.
Kegiatan rekreasi sering dilakukan untuk kesenangan, hiburan atau having fun. Alasan utama jalan-jalan adalah untuk mendapatkan suasana baru dan melepaskan diri dari kejenuhan. Yang tak kalah penting mencari pengalaman dan pengetahuan baru juga menjadi value yang ingin dicapai. Semakin meningkat tingkat kesejahteraan ekonomi semakin tinggi pula kebutuhan tersier yang masuk ke anggaran belanja. Salah satunya ya untuk jalan-jalan.
Maka tumbuhlah usaha pariwisata dengan jutaan orang bergantung hidupnya di sana. Mereka yang hidupnya bersama timbul-tenggelamnya industri wisata antara lain agen wisata, operator bus pariwisata, hotel atau penginapan, usaha kuliner, pengelola destinasi, pengrajin dan pedagang oleh-oleh. Belum lagi usaha lain yang secara tidak langsung terkoneksi dengan denyut nadi pariwisata.
Dengan travelling ke suatu tempat yang belum pernah kita kunjungi kita dapat berinteraksi dengan kenalan baru. Di sana kita dapat mengenal budaya baru. Semakin tersembunyi dan sulit untuk dijangkau suatu destinasi akan memberikan tantangan yang lebih ‘membahagiakan’ bagi pelancong.
Soal kebutuhan eksis di media dengan latar belakang spot instagrammable memang tak dapat dipungkiri. Terkadang foto dan video lebih banyak bercerita daripada tulisan. Sebelum pandemi boleh dikata dunia wisata sedang panen. Dengan dukungan digital semakin banyak orang mengenal dan tertarik untuk jalan-jalan. Para travel blogger semakin populer dan kuat pengaruhnya di era media sosial.
Melalui platform digital pula pilihan akomodasi wisata semakin beragam. Juga semakin efisien. Dari urusan layanan transportasi, hotel, hingga tiket destinasi wisata dapt diakses dengan mudah dan relatif murah.
Apa daya pandemi menghantam dan sektor pariwisata pun sangat terpukul. Lebih dari setahun pandemi masih mengancam. Gelombang virus corona menghantam dari satu benua ke benua lainnya. Ancaman pandemi ini nyata dan dampak sosial ekonominya juga luar biasa.
Manusia harus bekerja dan belajar dari rumah. Tentu banyak juga yang harus keluar rumah. Maka protokol kesehatan menjadi penting. Banyak pekerjaan fisik dan interaksi tatap muka yang tak terwakili secara virtual. Banyak destinasi wisata yang harus tutup termasuk di masa panen liburan. Tak sedikit pula yang harus melakukan pembatasan jumlah pengunjung.
Peluang Virtual Tour Saat Pandemi
Dari sisi pengalaman dan pengetahuan baru banyak tulisan, foto dan video para travel blogger yang menarik. Dari sisi informasi semua sudah dapat dinikmati melalui piranti dan teknologi digital. Bagaimana dari sisi sensasinya? Tentu banyak orang tetap ingin mengalaminya sendiri secara langsung dan nyata.
Dalam kapasitas terbatas pelancong mungkin tetap memiliki kesempatan untuk berwisata. Tentu dengan menjaga protokol kesehatan semaksimal mungkin. Disiplin menjadi kata kuncinya.
Selebihnya ya melalui virtual tour. Tak sekedar menonton video, platform ini memberikan sensasi interaktif yang memenuhi sebagian kebutuhan publik. Ternyata banyak juga peminatnya bahkan untuk yang berbayar. Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif belum lama ini juga menyediakan paket gratis virtual tour di beberapa destinasi dalam jangka waktu tertentu.
Taman Pintar Yogyakarta adalah salah satu penyedia wisata edukasi yang terbilang sukses menawarkan program wisata digital dengan label Sciensation Tour. Agus Budi Rahmanto sebagai salah seorang pengelolanya pun sempat tak menyangka bahwa paket program itu diminati. Bahkan sebagian konsumennya rombongan pelajar Indonesia yang mengakses dari luar negeri.
Setidaknya virtual tour dapat menjadi salah satu upaya untuk tetap menjaga gairah khalayak untuk jalan-jalan. Juga media promosi. Diawali dengan wisata virtual, di saat kondisi memungkinkan para pelancong tetap bisa mengunjungi destinasi wisata secara fisik.
Di saat upaya penanggulangan pandemi masih dihadapkan pada angka-angka yang mencemaskan kita tentu berharap kalangan dunia usaha dan industri pariwisata tetap dapat bertahan. Pemerintah tentu harus memiliki kebijakan yang jitu dan efektif untuk dijalankan.