Menggenjot Pasar Otomotif yang Lesu
Penjualan mobil selama beberapa bulan terakhir anjlok.

MONDAYREVIEW.COM – Dunia otomotif sangat terpukul dengan adanya pandemic covid-19. Bagaimana tidak, penjualan produk otomotif yakni mobil menurun drastis saat pandemi. Hal ini disebabkan oleh penurunan pendapatan dan PHK yang menimpa sejumlah masyarakat akibat covid-19. Sering terdengar cerita bahwa seorang sales mobil yang di masa normal hidup berkecukupan bahkan mewah, harus gigit jari dan banting stir sejak pandemi menyerang. Mereka kemudian memilih berjualan makanan atau barang-barang lainnya guna menyambung kehidupan mereka. Begitu dahsyatnya dampak pandemi pada dunia otomotif.
Guna menggerakkan ekonomi kembali pasca yang sempat terhenti karena PSBB, pemerintah kemudian mencanangkan new normal dan program pemulihan ekonomi nasional. Program ini berhasil menggerakkan ekonomi khususnya sektor UMKM dan juga sektor kebutuhan pokok. Ekonomi mulai bergerak kembali. Namun bagi sektor otomotif, new normal dan PEN saja tidak cukup, karena produk otomotif bukanlah kebutuhan primer dan sekunder bagi masyarakat. Mobil cenderung tergolong sebagai kebutuhan tersier atau barang mewah. Oleh karena itu perlu upaya lain guna mendorong atau menggenjot kembali pasar otomotif dalam negeri di tengah pandemi.
Gagasan muncul dari Menteri Perindustrian Agus Gumiwang untuk menetapkan pajak nol persen bagi mobil baru. Gagasan ini disambut baik oleh para pengusaha otomotif. Jika pajak mobil menjadi nol persen, maka harga mobil akan meluncur jauh lebih murah dibanding sekarang. Hal ini diharapkan dapat kembali menarik minat masyarakat untuk memiliki mobil karena harganya yang murah.
Ketua umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi kemudian merespons antusias wacana tersbeut. Menurutnya insentif tersebut bakal memberikan dampak luas pada industri otomotif dan membuat harga mobil turun dan membuat daya beli masyarakat kembali membaik. Turunnya harga tersebut jika pemerintah yang tidak mengambil pajak. Bisa dilihat dari harga on the road yang lebih mahal karena sudah termasuk biaya pajak, sementara harga off the road belum menyertakan pembayaran pajak. Yohannes berharap nantinya harga off the road merupakan harga resmi yang sudah bisa turun ke jalan.
Namun, Yohannes mengingatkan bahwa rencana ini masih wacana. Komunikasi dengan pemerintah terus berjalan, baik pemerintah pusat maupun daerah. Ia berharap adanya relaksasi ini bisa diberikan hingga kuartal pertama tahun 2021 mendatang Relaksasi pajak ini dibagi terdiri dari unsur. Untuk pemerintah daerah yakni PKB dan BBNKB, sementara untuk pemerintah pusat yakni pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM).
Pabrikan asal Jepang, Honda menilai itu bakal memperbaiki iklim industri dan pasar mobil baru yang sudah jatuh akibat pandemi Covid-19. Stimulus untuk industri amat diperlukan saat ini. Pasalnya, penjualan mobil selama beberapa bulan terakhir anjlok. Penjualan mobil pada bulan Agustus lalu tercatat 37.277 unit. Itu terhitung sudah cukup baik di masa pandemi Covid-19, meski memang masih jauh dari waktu normal dimana penjualan rata-rata per bulan mencapai 80-90 ribu unit.
Namun jika berkaca dari data sebelumnya, secara tahunan penjualan Agustus tahun ini masih turun 58% dari Agustus 2019 yang sempat menembus 90.568 unit. PT. HPM mencatat penjualan sebanyak 4.865 unit dengan Honda Brio Satya menjadi paling laku dengan penjualan sebanyak 1.883 unit, menyumbang 39 persen dari total penjualan Honda di bulan Agustus.
Potensi penjualan bisa meningkat ketika pajak mobil baru benar dibebaskan alias 0% baik itu PPn BM hingga BBNKB. Namun, Billy belum bisa membeberkan berapa peningkatannya. Kalau wacana tersebut diimplementasikan tentunya bisa membuat pasar lebih bergairah. Berapa besar kenaikannya, kita perlu studi dan kajian-kajian lebih lanjut menurut Billy.
Tentu saja dalam setiap kebijakan, akan ada pihak yang diuntungkan dan dirugikan. Dalam rencana menurunkan pajak mobil menjadi nol persen ini, yang terancam adalah para pebisnis mobil bekas. Dimana biasanya konsumen mencari mobil murah dengan mencari yang second, jika kebijakan ini jadi dijalankan, konsumen akan lebih memilih mobil baru namun dengan harga miring. Hal ini akan membuat mobil second menurun penjualannya.