Pada 2025 Valuasi E-Commerce ASEAN Tembus USD 1T

MONITORDAY.COM -Perdagangan elektronik semakin menantang. Bahkan dapat menembus pasar regional. Pertumbuhan ekonomi kawasan sangat menarik dan menjanjikan di tengah upaya pemulihan ekonomi akibat pandemi. Salah satu kesepakatan penting di kerjasama negara-negara Asia Tenggara pelaksanaan kesepakatan ASEAN Agreement on E-Commerce.
Dengan tumbuhnya ekosistem diharapkan ada hubungan yang saling menguntungkan. Kesepakatan ini untuk meningkatkan nilai perdagangan barang dan jasa serta iklim usaha bagi pengembangan perdagangan secara elektronik. Bangsa-bangsa Asia Tenggara memiliki kekuatan untuk tumbuh bersama di masa yang akan datang.
Perusahaan rintisan berbasis teknologi atau startup di Asia Tenggara memiliki nilai valuasi US$340 miliar atau setara Rp4.886 triliun (kurs Rp14.370 per dolar AS) pada 2020. Angka tersebut diprediksi naik hingga tiga kali lipat menjadi US$1 triliun pada 2025.
Prediksi tersebut berdasarkan informasi publik yang disampaikan 31 perusahaan, dengan valuasi minimal US$250 juta. Prediksi itu juga memperhitungkan transaksi startup seperti modal ventura yang tidak diungkapkan kepada publik.
Bahkan nilai valuasi semua startup di Asia Tenggara bisa melampaui angka US$340 miliar. Mengingat masih banyak data yang belum diungkap, berkaitan dengan putaran pendanaan yang tidak diumumkan kepada publik atau perusahaan yang belum terpantau
Harapan bagi para pelaku usaha menjadi sisi yang paling penting. Selain itu juga, adanya kesepakatan ini dapat membuka peluang pelaku usaha, khususnya UMKM untuk meningkatkan pemasaran produknya ke negara ASEAN.
Untuk itu, Indonesia harus segera menyelesaikan ratifikasi ASEAN Agreement on E-Commerce tersebut.
Perdagangan elektronik menjadi satu bagian dari pembicaraan negara-negara anggota ASEAN. Berbagai hal penting tersebut dirangkai dalam pertemuan ketiga Pejabat Ekonomi Senior atau Senior Economic Officials Meeting (SEOM) ASEAN ke-52 pada 2-4 Agustus 2021 secara virtual.
Pertemuan tersebut membahas penyelesaian prioritas ekonomi ASEAN 2021, khususnya dalam mempercepat pemulihan ekonomi.
“Indonesia bersama negara anggota ASEAN lainnya mendukung penuh persiapan implementasi deliverables pilar ekonomi dibawah keketuaan Brunei Darusalam, serta mendorong prioritas tahunan badan sektoral di bawah koordinasi SEOM untuk membantu pemulihan ekonomi di kawasan ASEAN,” jelas Direktur Perundingan Perdagangan Internasional Djatmiko Bris Witjaksono.
Agenda lain yang dibahas pada SEOM yaitu upaya fasilitasi untuk meningkatkan ekspor ke ASEAN dengan melakukan review kebijakan non tarif yang berpotensi menghambat.
Selain itu, dibahas upaya memperlancar dan memfasilitasi daftar barang penting seperti makanan, obat-obatan, serta medis untuk menjaga ketahanan pangan negara ASEAN di masa pandemi COVID-19.