Optimasi Pertumbuhan Ekonomi Seiring Momentum Lebaran

Optimasi Pertumbuhan Ekonomi Seiring Momentum Lebaran
ilustrasi lalu lintas jalan tol yang dipakai mudik lebaran 2021/ net

MONITORDAY.COM -Entah bagaimana analisis ekonomi makronya Lebaran tetap saja berarti bagi ekonomi rakyat. Sejatinya lebaran memang memiliki makna terdalamnya di sisi spiritualitas. Bulan Syawal adalah bulan peningkatan kualitas diri kaum muslimin alumni pelatihan keras Ramadan yang berlangsung sebulan penuh. Namun tak dapat dipungkiri Ramadan dan terutama Lebaran menyisakan harapan bagi geliat ekonomi di seluruh strata sosial.

Lebaran menjelma menjadi festival yang menyertai ritual. Kebutuhan konsumsi meningkat. Pun sarana transportasi untuk mudik atau silaturahmi. Bagi orang kecil tak mengherankan bila hasil kerja keras setahun ditabung untuk kebutuhan Lebaran. Demi menandai momen bahagia tahunan untuk bertemu banyak orang dan saling memaafkan.  

Kebutuhan uang tunai untuk angpao kepada handai-taulan atau kerabat cukup tinggi. Penukaran uang baru menjadi salah satu tolok ukurnya. Disamping kewajiban zakat fitrah dalam bentuk bahan makanan biasanya Zakat Mal juga ditunaikan saat Ramadan khususnya jelang momen Lebaran. BCA saja menyediakan uang tunai hingga Rp53 Triliun untuk lebaran kali ini. 

Dua kali Lebaran dunia masih terjebak dalam wabah. Pukulan telak bagi semua pihak. Anggaran negara hingga anggaran keluarga koyak-moyak. Semua kelimpungan menghadapi pandemi. Mudik dilarang dengan beragam upaya pembatasan. Sektor transportasi kehilangan pendapatannya. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memperkirakan 1,5 juta orang masih mudik dan pembatasan kali ini hanya berdampak sekitar 7 persen. 

Kali ini kita memang dihadapkan pada situasi yang sangat pelik. Berbagai pembatasan harus dilakukan di tengah upaya untuk mendongkrak roda ekonomi. Pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama 2021 masih minus. Meski demikian Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto optimis di Q2 Indonesia akan menggapai pertumbuhan ekonomi hingga 7 persen. Kalkulasi yang sangat ambisius  di tengah ancaman pandemi di India, Malaysia dan Asia Pasifik yang masih menghantui kita. 

Dalam situasi semacam ini kepercayaan publik pada upaya dan langkah Pemerintah sangat penting. Penegakan hukum harus diutamakan. Jangan sampai tumpul ke atas tajam ke bawah. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai salah satu institusi penegak hukum yang menjadi ikon keadilan harus mampu mempertahankan kepercayaan publik. Terutama dalam penanganan perkara-perkara raksasa yang sangat merugikan keuangan negara. 

Korelasi antara penegakan hukum, kepercayaan publik, dan transparansi kebijakan Pemerintah dengan pemulihan ekonomi nasional sangat besar. Ibarat tengah bertahan dari gempuran lawan yang dahsyat maka posisi bertahan membutuhkan soliditas pertahanan dengan disiplin tinggi yang dibangun di atas pondasi sikap saling percaya. 

Lebaran kali ini adalah salah satu momentum untuk mengembalikan kepercayaan publik pada Pemerintah. Kombinasi gas dan rem yang tepat diharapkan akan membawa kita pada kondisi optimal. Ekonomi penting untuk digerakkan dengan tetap menjaga protokol kesehatan. Lapak-lapak daring menjadi alternatif untuk mengurangi risiko penularan Covid. Sementara lapak-lapak luring diupayakan terselenggara dengan mengutamakan prokes.   

Dalam ilmu ekonomi maupun teknik industri dipelajari ilmu terkait riset operasi. Ilmu yang dikembangkan sejak Perang Dunia ini salah satunya memberikan dasar bagi pengambil keputusan untuk menentukan strategi yang tepat dalam menghadapi pasar atau kompetitor. Pilihannya maksimasi keuntungan atau minimasi biaya. Keuntungan dalam bentuk pertumbuhan ekonomi dapat kita capai pada titik optimal tertentu bila kita cermat memperhitungkan berbagai kendala. Biaya dapat kita tekan bila kita mampu memperhitungkan segala variabel yang terkait dan kapasitas layanan yang kita miliki. Sebaliknya biaya yang besar harus kita keluarkan jika kita mengalami lonjakan kasus yang tak terkendali.