Ekonomi Pandemi : Yang Kaya Amat Terpukul, Yang Miskin Makin Miskin

Raksasa ekonomi seperti Amerika Serikat (AS) ekonominya akan berkontraksi 6,1% di tahun ini. Sebagai negara dimana impian banyak orang, AS mengalami tekanan berat. Bakat-bakat terbaik ada di negeri ini namun beban pengangguran tetap saja mengintai. Ditambah lagi dengan merebaknya isu rasisme yang juga mahal harga penyelesainnya.   

Ekonomi Pandemi : Yang Kaya Amat Terpukul, Yang Miskin Makin Miskin
ilustrasi/ the scientist

MONDAYREVIEW.COM – Yang kaya sangat terpukul, yang miskin makin miskin. Itulah prediksi ekonomi global akibat pandemi Covid-19. Aktivitas ekonomi di negara-negara maju diperkirakan menyusut 7% selama 2020 lantaran permintaan dan penawaran, perdagangan, dan keuangan sangat terganggu.

Raksasa ekonomi seperti Amerika Serikat (AS) ekonominya akan berkontraksi 6,1% di tahun ini. Sebagai negara dimana impian banyak orang, AS mengalami tekanan berat. Bakat-bakat terbaik ada di negeri ini namun beban pengangguran tetap saja mengintai. Ditambah lagi dengan merebaknya isu rasisme yang juga mahal harga penyelesainnya.   

Bank Dunia memperkirakan kawasan Eropa diperkirakan menyusut 9,1%. Sementara laporan Washington Post menyebutkan bahwa pembuat kebijakan Uni Eropa membuat ramalan suram, memprediksi bahwa bahkan jika penanganan krisis berjalan dengan lancar dan masyarakat tidak perlu tinggal di rumah lagi sekarang karena banyak yang sudah mulai mengurangi batasan, ekonomi Uni Eropa diperkirakan akan menyusut 7,4 persen pada tahun 2020. Pada Sebagai perbandingan, ekonomi Eropa turun hanya 4,4 persen pada 2009, tahun terburuk dari krisis keuangan global.

Perkiraan tersebut memperjelas bahwa pandemi melibas upaya pemulihan di Eropa. Setelah pemulihan parsial tahun depan, hambatan ekonomi itu masih akan menekan hingga 3 persen di bawah tingkat perkiraan sebelumnya pada akhir 2021. Negara maju lainnya seperti Jepang diperkirakan menyusut 6,1%.

Yang miskin akan semakin miskin. Pasar dan ekonomi negara berkembang (EMDE's) diperkirakan berkontraksi 2,5% di tahun 2020. Prosentasenya tak separah negara maju. Namun Kondisi ini akan sangat menekan negara-negara tersebut. Penurunan pendapatan per kapita sekitar 3,6%, sehingga berpotensi meningkatkan angka kemiskinan.

Bagaimana rekomendasi Worldbank bagi Indonesia?  Dari laman resminya dapat kita baca bahwa negara-negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik (EAP), yang sudah berjuang dengan ketegangan perdagangan internasional dan COVID-19, sekarang menghadapi goncangan global ketika pandemi tersebut melanda ekonomi-ekonomi utama di seluruh dunia.

Negara-negara EAP harus bertindak cepat, kooperatif, dan dalam skala besar. Laporan ini memberikan enam rekomendasi kebijakan utama untuk negara:

Pertama, sesuaikan kebijakan kesehatan dan kebijakan ekonomi makro.

Kedua, segera dorong kapasitas perawatan kesehatan untuk memenuhi apa yang mungkin merupakan permintaan luar biasa untuk periode yang berkelanjutan.

Ketiga, sesuaikan kebijakan fiskal dan moneter untuk memenuhi krisis COVID-19.

Keempat, di sektor keuangan, kemudahan akses ke kredit untuk rumah tangga untuk mengurangi kesulitan dan kelancaran konsumsi, dan memudahkan akses ke likuiditas bagi perusahaan untuk membantu mereka bertahan dari gangguan saat ini.

Kelima, kebijakan perdagangan harus tetap terbuka.

Keenam, di semua bidang ini, tingkatkan kerja sama internasional dan kembangkan kemitraan swasta publik, khususnya untuk memastikan pasokan produk medis utama.

Tak semudah membalikkan tangan. Rekomendasi tersebut membutuhkan kerja cerdas dan kerja keras. Di tengah kegagapan semua fihak merespon pandemi banyak kebijakan saling bertabrakan. Alih-alih menuju sinergi untuk bangkit.