Novel-novel Andrea Hirata dan Pendidikan Karakter

Novel-novel Andrea Hirata dan Pendidikan Karakter

MONDAYREVIEW.COM – Apa yang anak-anak kita baca, tonton, dan dengar? Mungkin lebih banyak konten digital dari pada dalam bentuk tercetak. Namun, karya sastra dalam bentuk buku masih lumayan juga. Orang tetap membeli dan mengoleksinya. Walaupun jumlahnya dari sisi prosentase mungkin saja semakin mengecil.  

Bacaan sastra penting buat kita. Orang tua, remaja, bahkan anak-anak. Tentu dengan segenap kesadaran tentang perlunya pendidikan karakter. Diperlukan penanaman nilai dengan cara yang paling jitu untuk menyentuh pusat kesadaran kita. Dan sastra menjadi salah satu yang paling efektif untuk itu.

Ada prosa dan ada puisi. Salah satunya bentuk prosa yang populer adalah novel. Dan diantara novelis yang menghasilkan karya yang mendidik dan mancerdaskan anak bangsa adalah Andrea Hirata. Ia mampu menyentuh dan menggali kesadaran pembaca novelnya.

Masterpiece karyanya adalah Laskar Pelangi yang telah mengantarkannya mendapat apresiasi di dalam dan luar negeri. Novel yang dalam Bahasa Inggris diberi judul Rainbow Warriors itu memberi inspirasi bagi banyak orang. Juga memberi gambaran tentang kultur Melayu yang unik dan kaya.

Andrea terus menulis. Salah satu karyanya adalah novel berjudul Ayah. Di bab-bab awal novel ini alurnya tidak tunggal. Andrea berkisah tentang hubungan ayah dan anak dari beberapa keluarga. Di ujungnya baru kita menemukan titik temu yang tak terduga. Ternyata ada tokoh yang sama dengan nama yang berbeda.

Di novel ini Andrea mengungkapkan betapa cinta seorang ayah melampaui segala. Pun tidak terbatas pada darah dagingnya. Cinta yang semula tertuju pada seorang gadis beralis melengkung bagai ‘purnama keduabelas’ mendorong pada cinta ayah terhadap anak yang bukan anak kandungnya. Cinta Sabari pada Marlena bin Markonis. Menjadi cinta Sabari pada Zorro anak Marlena dengan seorang lelaki di luar sana.

Zorro yang ‘diculik’ oleh Marlena dari Sabari kelak tumbuh menjadi remaja Amiru. 8 tahun berpisah dari Sabari, anak itu tetap menyerap jejak kasih sayang Sabari yang begitu tulus kepadanya. Ayah yang berjuang menjadi yang terbaik. Ayah yang selalu hadir untuk menemani tumbuh kembang anaknya dengan kisah dan puisi-puisi indah.

Sekelumit cuplikan kisah dalam novel itu mampu mewakili betapa Andrea Hirata memiliki kontribusi tidak saja bagi dunia sastra namun juga bagi pendidikan. Terutama pendidikan karakter. Juga pendidikan yang memerdekakan manusia. Bukan yang mendorong manusia menindas dan tertindas dalam penjajahan intelektual-akademik.

Dengan membaca karya-karya Andrea Hirata kita akan diajak untuk menggali nilai-nilai dasar yang sangat penting dalam kehidupan sosial. Keluarga dan persahabatan. Kesetiaan dan pengorbanan. Juga nilai-nilai lainnya yang sangat penting dalam pendidikan karakter.

Tentu banyak karya sastra lain yang juga memikat perhatian milenial dan pembaca pada umumnya. Semakin banyak karya yang diminati sekaligus memiliki bobot edukasi yang tinggi tentu akan semakin mencerdaskan publik.