Mooi Indie di Pameran Lukisan Koleksi Istana Kepresidenan RI
Nyiur di pinggir pantai, ombak yang bergulung-gulung, pepohonan rindang di antara jalan, gunung yang tinggi, lembah yang curam, dan sawah luas dengan padi menguning.

MONDAYREVIEW.COM – Pameran Lukisan Koleksi Istana Kepresidenan Republik Indonesia bertempat di Galeri Nasional Indonesia pada 2-30 Agustus 2017 menceritakan banyak hal. Diantaranya para pelukis merekam obyek dari tempat berbeda-beda: Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan lain sebagainya. Karya-karya ini sebagai penanda bahwa pada masa itu para pelukis sudah menyebar ke pelbagai pelosok merekam pemandangan alam: nyiur di pinggir pantai, ombak yang bergulung-gulung, pepohonan rindang di antara jalan, gunung yang tinggi, lembah yang curam, dan sawah luas dengan padi menguning.
Seperti dilansir buku Senandung Ibu Pertiwi, dalam percakapan seni rupa modern di Indonesia, lukisan dengan ciri seperti itu dikenali sebagai gaya Mooi Indie. Kecenderungan melukis yang gejalanya nampak sekitar abad 19, diawali oleh pelukis-pelukis Eropa yang berkarya dan menetap di Hindia Belanda. Belakangan dikembangkan oleh pelukis Raden Saleh, kemudian Abdullah Suriosubroto, Wakidi, Basoeki Abdullah, dan seterusnya.
Dalam Pameran Lukisan Koleksi Istana Kepresidenan Republik Indonesia, terdapat beberapa lukisan yang diklasifikasikan sebagai Keragaman Alam yakni:
Basoeki Abdullah – Pantai Flores
Ernest Dezentje – Sebuah Pemandangan di Sudut Kota Jakarta
Henk Ngantung – Pemandangan di Sulawesi
Wilhelmus Jean Frederic Imandt – Gelombang Laut
Raden Saleh – Harimau Minum