Model Bisnis dan Adaptasi Usaha di Masa Pandemi

MONITORDAY.COM - Pandemi datang di saat manusia sudah mampu mengembangkan kemampuan digitalnya. Banyak model bisnis mengalami perubahan sebelum wabah melanda. Dengan kata lain, disrupsi terjadi di banyak model dan lingkungan bisnis. Ada adagium, di setiap kesulitan ada kemudahan. Demikian pula sebaliknya di setiap peluang pun ada risiko dan tantangan. Ada yang diuntungkan ada pula yang tergeser bahkan tergusur.
Dengan atau tanpa momentum pandemi cara orang bertransaksi akan dan niscaya berubah. Termasuk dalam transaksi pembayaran. Setelah muncul dan merebaknya uang digital, pasar tertarik pada penggunaan uang atau aset kripto yang berbasis teknologi blockchain. Meski hingga kini pasar-pasar tradisional tetap menjadi salah satu tumpuan masyarakat untuk berusaha dan mencari barang-barang yang dibutuhkan. Baik untuk dijual kembali maupun digunakan sendiri.
Terlepas dari model bisnis dan cara bertransaksi, pandemi mengajarkan manusia untuk kembali fokus pada kebutuhan pokoknya. Bisnis makanan, nutrisi penunjang, obat-obatan dan alat kesehatan, serta energi menjadi sangat penting. Kita kini menyebutnya sebagai sektor esensial.
Selama masa pembatasan yang panjang, bisnis makanan akan bergeser. Banyak restoran dan kafe yang terpaksa tutup. Layanan lebih banyak diberikan secara daring dan antar-kirim. Padahal banyak orang makan di restoran untuk mencari dan membeli suasana disamping menikmati menu yang dipesannya. Apa boleh buat, cara baru harus diupayakan dan ditempuh.
Adaptasi untuk beralih dari luring ke daring semakin hari tampak semakin urgen. Meski demikian tak semua proses bisnis dapat dipindahkan ke daring. Pada dasarnya ketika orang belanja daring tetap ada proses fisik yang bagian pentingnya dilakukan oleh para kurir jasa antar-kirim. Risiko interaksi tetap ada meski dapat ditekan seminimal mungkin.
Seluruh elemen dalam birokrasi Pemerintahan dapat menjadi pelopor dalam transformasi dan transisi dari lurung ke daring. Pun dalam mengembangkan inovasi yang tepat dalam penggunaan platform daring. Sehingga seluruh aktivitas sosial ekonomi dapat digerakkan kembali dengan optimal. Dengan aman, nyaman dan murah.
Jika Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) telah dilonggarkan, para pengusaha restoran harus beradaptasi dengan kebiasaan baru. Tentu harus ada harga yang dibayar. Investasi untuk piranti baru dan pelatihan bagi SDM yang bekerja dalam usaha ini. Ruangan terbuka mungkin menjadi pilihan utama. Jika ruangan tertutup mungkin harus ada pembatas di setiap meja, sirkulasi udara yang bagus dan penjernih udara yang memadai.
Dalam hal ini kalangan Pemerintah, dunia akademik, dan dunia usaha harus bahu membahu menciptakan inovasi agar di kendaraan umum, fasilitas umum, restoran, bioskop, toko dan di semua ruang publik ada piranti dan standar operasi yang mampu menjadi ‘benteng’ dari serangan penularan virus. Salah satu contoh inovasi itu adalah bus ‘biosmart’ yang dirancang oleh salah satu karoseri.
Sistem pendingin udara harus terintegrasi dengan penjernih udara. Kantor, ruang publik bahkan rumah harus dikembangkan sebagai lingkungan yang sehat sekaligus ramah lingkungan. Kualitas kesehatan masyarakat harus terus ditingkatkan. Biaya yang harus dikeluarkan untuk perawatan kesehatan semakin mahal dari waktu ke waktu. Maka mencegah penyakit lebih baik dari mengobati.
Pemerintah harus mampu memberikan alternatif bagi berbagai jenis usaha untuk tetap berjalan. Termasuk memberi jalan bila ada pengusaha di sektor tertentu yang membutuhkan advokasi dan bimbingan manajerial untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan digital. Atau bagi mereka yang akan pindah bidang usaha atau bating stir ke bidang baru yang lebih kuat menghadapi pandemi khususnya di sektor-sektor esensial.