Pentingnya Saintifikasi Jamu

Jamu adalah bagian penting dalam pengobatan tradisional di Indonesia. Untuk menjaga kesehatan, mengobati penyakit, juga untuk kebugaran dan kecantikan tubuh. Ada yang menyebutkan bahwa istilah jamu berasal dari gabungan kata ‘jampi’ dan ‘usada’. Padanan istilah jamu dalam bahasa Inggris adalah herbs yang dekat dengan makna dedaunan atau tetanaman obat. Kita pun menyerapnya dengan istilah herbal.

Pentingnya Saintifikasi Jamu
ilustrasi saintifikasi jamu/ net

MONDAYREVIEW.COM - Jamu adalah bagian penting dalam pengobatan tradisional di Indonesia. Untuk menjaga kesehatan, mengobati penyakit, juga untuk kebugaran dan kecantikan tubuh. Ada yang menyebutkan bahwa istilah jamu berasal dari gabungan kata ‘jampi’ dan ‘usada’. Padanan istilah jamu dalam bahasa Inggris adalah herbs yang dekat dengan makna dedaunan atau tetanaman obat. Kita pun menyerapnya dengan istilah herbal.

Dunia herbal memang berkembang di Timur khususnya Asia. India, Tiongkok, dan Korea memiliki tradisi pengobatan alami yang sangat panjang. Salah satunya berbasis herbal atau jejamuan. Tradisi ini tetap terpelihara dan bersentuhan dengan dunia kedokteran dan teknologi farmasi modern. Juga bersentuhan dengan dunia digital dalam pengembangan pemasarannya.  

Pengobatan tradisional Indonesia pun memiliki tradisi kuat yang ditunjang dengan kekayaan biodiversity atau keanekaragaman hayati. Kebijakan Pemerintah pun sudah mendukung upaya pengembangannya. Tepat satu dekade yang lalu terbit Permenkes yang mendorong perkembangan industri jamu di tanah air. Yakni Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) no. 3 tahun 2010 mengenai saintifikasi Jamu.

Saintifikasi jamu adalah sebuah upaya dan proses pembuktian secara ilmiah jamu melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan, tidak hanya berdasarkan pengalaman turun menurun, namun khasiat jamu dibuktikan secara keilmuan melalui penelitian.

Adapun tujuan dari saintifikasi jamu adalah memberikan landasan ilmiah (evidence base) penggunaan jamu secara empiris melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan. Juga mendorong terbentuknya jejaring dokter atau dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya sebagai peneliti dalam rangka upaya preventif, promotif, rehabilitatif dan paliatif melalui penggunaan jamu.

Jamu dan bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian berbasis pelayanan kesehatan harus sudah terdaftar dalam vademikum, atau merupakan bahan yang ditetapkan oleh Komisi Nasional Saintifikasi Jamu. Bahan jamu yang digunakan juga harus memenuhi persyaratan di antaranya aman berdasarkan uji keamanan (toksisitas), berkhasiat berdasarkan data empiris yang dibuktikan dengan uji klinis, berkualitas sesuai dengan pedoman yang berlaku secara nasional.

Beberapa tanaman yang dianggap telah lolos uji saintifikasi jamu sendiri antara lain misal untuk pelangsing tubuh daun jati belanda, penurun kolesterol ada kunyit, temulawak, meniran, untuk diabetes ada sambiloto dicampur brotowali, temulawak, kunyit dan meniran yang formula dan takarannya sudah melalui riset terstandar.

Lembaga riset terkait jamu pun harus memiliki kredibilitas yang baik. Di Indonesia ada Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT). Lembaga di bawah Kemenkes ini berada di Karanganyar Jawa Tengah. Alam sejuk Tawangmangu telah banyak dikenal orang. Di sanalah berbagai riset tentang jamu dilakukan. Ada fasilitas klinik berbasis pengobatan tradisional.

Persentuhan antara dunia jamu dengan kedokteran medis juga semakin intens. Ada PDPOTJI (Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia) yang ketua umumnya dijabat DR (Cand.) Dr. Inggrid Tania, M.Si. Mungkin belum banyak yang mengenal perkumpulan ini. Namun kiprahnya semakin terlihat dari waktu ke waktu. Dokter Inggrid Tania juga mulai banyak diliput media. Kandidat Doktor Filsafat Ilmu Pengobatan Tradisional Indonesia ini konsisten dalam menekuni bidangnya.

Lembaga lainnya adalah ADSJI (Asosiasi Dokter Saintifikasi Jamu Indonesia). Bahkan di tubuh PDUI (Perhimpunan Dokter Umum Indonesia) ada bidang Kajian Herbal dan Pengobatan Tradisional. Ini menandakan bahwa keberadaan jamu dan obat tradisional dapat berjalan seiring dengan pengobatan modern.

Di sisi lain edukasi terhadap masyarakat dan konsumen jamu menjadi agenda penting. Ekosistem industri jamu yang sehat akan menumbuhkan industri ini menjadi salah satu kekuatan penopang sektor kesehatan sekaligus sektor ekonomi.

Kita dapat berkaca dari Traditional Chinese Medicine (TCM) yang telah lama dikenal di Indonesia. Pasar Glodok di Kawasan Kota Tua Jakarta sebenarnya identik dengan pusat obat tradisional. Sedangkan Pasar Pinangsia yang berada di dekatnya merupakan pusat elektronika. Banyak orang sering rancu. Tentu saja omsetnya tak sedikit.

Perkembangan Traditional Korea Medicine (TKM) juga semakin kuat. Mereka mengembangkan kawasan khusus dan brand K-medi. Kerjasama risetnya dengan Universitas John Hopkins di Amerika Serikat menunjukkan bahwa tak hanya ginseng yang dikenal dunia dari herbal Korea. Tradisi pengobatan sejak zaman lampau telah mengalami saintifikasi yang luar biasa.

Jamu tradisional India juga berkembang pesat. Kita sering mendengar istilah pengobatan Ayurveda. Mereka menggunakan rempah-rempah sebagai sumber nutrisi dan jamu tradisional. Perkembangan industri obat berbasis pengobatan ayurveda ini luar biasa.

Indonesia pun telah semakin kuat melihat peluang pengembangan industri farmasi dan obat tradisional seiring pandemi Covid-19. Juga peluang jejamuan dengan manfaat kebugaran dan kecantikan.