Mobil Listrik Sebagai Kendaraan Dinas : Ramah Lingkungan dan Hemat
Harga mobil listrik memang masih relatif mahal dibanding mobil bermesin bensin. Namun dalam jangka panjang akan sangat menghemat pengeluaran untuk kebutuhan energinya. Bisa mencapai seperenam hematnya. Biaya perawatan mobil pun lebih efisien. Di jalan menanjak tenaga mobil cukut kuat, saat melewati turunan sistem pengereman akan mengisi ulang batere.

MONDAYREVIEW.COM – Harga mobil listrik memang masih relatif mahal dibanding mobil bermesin bensin. Namun dalam jangka panjang akan sangat menghemat pengeluaran untuk kebutuhan energinya. Bisa mencapai seperenam hematnya. Biaya perawatan mobil pun lebih efisien. Di jalan menanjak tenaga mobil cukut kuat, saat melewati turunan sistem pengereman akan mengisi ulang batere.
Disamping hemat tentu saja pertimbangan ramah lingkungan menjadi alasan kuat untuk beralih ke kendaraan listrik. Polusi udara akan sangat berkurang terutama di daerah urban yang padat dengan jumlah kendaraan terlalu banyak. Mobil bermesin bensin atau solar tetap akan mengeluarkan polusi saat terhenti di tengah lalu lintas yang macet.
Inisiatif Pemerintah Provinsi untuk memulai penggunaannya sebagai kendaraan dinas perlu diapresiasi. Untuk itulah Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Presiden Direktur PT Hyundai Motors Indonesia Sung Jong Ha secara resmi melakukan serah terima tiga mobil listrik. Dengan demikian Jabar menjadi provinsi pertama di Indonesia yang memiliki kendaraan operasional kedinasan berupa mobil listrik.
Dua unit mobil akan digunakan sebagai kendaraan operasional kedinasannya sebagai Gubernur Jabar dan Wakil Gubernur Uu Ruzhanul Ulum. Satu unit lainnya akan digunakan untuk operasional polisi patwal gubernur. Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jabar secara bertahap akan mengalihkan seluruh kendaraan dinas menjadi mobil listrik.
Jabar jadi provinsi pertama, pemerintah daerah pertama yang secara resmi mengalihkan kebijakan kendaraan konvensional ke kendaraan listrik. Ini akan menjadi catatan sejarah tersendiri. Sebagai pelopor yang berdiri di garis terdepan dalam sejarah pemanfaatan kendaraan ramah lingkungan. Dan diperkirakan tak lama lagi mobil listrik akan semakin banyak digunakan di Indonesia seiring dengan ketersediaan fasilitas pengisian listrik yang dikenal sebagai Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).
Efisiensi biaya menjadi salah satu alasan pihaknya memutuskan untuk mengalihkan kendaraan operasional kedinasan ke mobil listrik. Dengan mobil listrik, Pemda Provinsi Jabar bisa menghemat pengeluaran anggaran biaya BBM hingga satu per limanya. Penghematan biaya (dengan mobil listrik) luar biasa. Untuk 300 kilometer menggunakan BBM itu bisa Rp300 ribu, tapi kalau dengan kendaraan listrik ini cukup sekitar Rp50 ribuan kalau dikonversi ke biaya.
Selain itu, mobil listrik asal Negeri Ginseng Korea ini memiliki harga terjangkau, sekitar Rp600 juta per unit serta ramah lingkungan. Adapun dilansir situs web resmi Hyundai, IONIQ Electric mempunyai kapasitas sebesar 38,3 kWh dan KONA Electric sebesar 39,2 kWh.
Menggunakan baterai sebagai sumber energi utama, mobil listrik murni terbebas dari emisi. Berdasarkan perhitungan biaya penggunaan listrik (R2-R3), IONIQ Electric dan KONA Electric masing-masing memiliki efisiensi listrik 0,138 kWh/km dan 0,150 kWh/km serta mampu menempuh jarak 373 km dan 345 km. Bagi seorang gubernur jangkauan mobil ini relatif cukup memadai kala berkegiatan di beberapa kabupaten/ kota yang ada di wilayahnya.
Untuk kemampuan jelajah, Kang Emil sendiri mengaku sudah mencoba atau test drive mobil listrik tersebut saat kunjungan kerja ke Garut di akhir Oktober 2020. Uji coba tersebut membuktikan bahwa mobil listrik cukup fungsional sebagai kendaraan dinas.
Ke depan, tidak hanya mobil tetapi rencananya sepeda motor operasional kedinasan juga akan beralih ke sepeda motor listrik. Tentu ketersediaan kendaraan dan fasilitas pengisian batere akan seiring sejalan. Ini akan membuat jalanan di Indonesia khususnya di Jawa Barat semakin terhindar dari polusi.