Merindukan Ulama Panutan Umat

Seorang ulama disepakati mesti mempunyai ilmu agama yang dalam dan akhlakul karimah.

Merindukan Ulama Panutan Umat
Sumber gambar: antaranews.com

MONDAYREVIEW.COM – Dibandingkan dengan status lainnya, seperti intelektual, pakar, ahli dan sebagainya, status sebagai ulama merupakan yang terberat. Hal ini karena pertanggungjawaban seorang ulama tak hanya di hadapan manusia, namun juga di hadapan Allah SWT. Ulama juga merupakan seorang yang disebut pewaris para nabi. Artinya misi kenabian ada di tangan ulama setelah tidak ada lagi Nabi pasca Muhammad SAW. Ulama dituntut untuk menjadi panutan umatnya. Oleh karena itu, selain keilmuan, yang terpenting juga akhlak mulia.

Sebagai negara mayoritas muslim terbesar di dunia, Indonesia mempunyai banyak ulama yang mengkaji keilmuan Islam dan berdakwah. Dari ulama tingkat lokal sampai tingkat internasional. Kita mengenal  sosok seperti Aa Gym, Quraish Shihab, Makruf Amin dll. Wadah bagi para ulama di Indonesia yakni Majelis Ulama Indonesia yang mewadahi ulama bagi seluruh ormas Islam di Indonesia. Walaupun mempunyai corak pemikiran yang berbeda dari berbagai mazhab yang berbeda, namun sekali lagi seorang ulama disepakati mesti mempunyai ilmu agama yang dalam dan akhlakul karimah.

Sebagai seorang ulama, pasti akan ada ujian yang menimpa dalam jalan dakwah. Seorang ulama terkadang harus menghadapi berbagai cibiran, komentar, negative, hinaan bahkan ancaman. Itulah jalan dakwah yang memang terjal dan tidak mudah. Seorang ulama yang menampilkan akhlak mulia, tidak pernah menyakiti orang lain, belum tentu tidak akan mengalami hal buruk. Sebaik-baik ulama ada saja yang tidak suka, seperti itulah fitrah menjadi seorang ulama. Namun itu adalah ujian bagi seorang ulama.

Belakangan ini kita dihebohkan dengan perseteruan antara Nikita Mirzani dengan Habib Rizieq Shihab. Nikita Mirzani mengatakan bahwa HRS adalah pedagang obat, sebuah ungkapan yang bermaksud merendahkan HRS. Nikita memang dikenal senang membuat sensasi dalam setiap momentum yang terjadi di Indonesia. Saat ramai soal Omnibus Law, Nikita pun menyerang Puan Maharani ketua DPR RI. Selain itu Nikita banyak terlibat perseteruan dengan sesame artis dan sudah bisa berurusan dengan kepolisian.

Ucapan Nikita spontan memancing kemarahan dari para pendukung HRS. Maheer At Thuwailibiy seorang ustaz yang juga sering mengeluarkan statement kontroversial mengancam akan mengepung rumah Nikita dengan mengerahkan 800 personel FPI. Menanggapi ancaman ini polisi mengamankan rumah Nikita yang ternyata tidak jadi dikepung. Namun perseteruan terus berlanjut, Nikita mengancam akan mempolisikan Maheer karena ancamannya. Pendukung HRS pun mengancam akan mempolisikan Nikita.

Sayangnya, respon Habib Rizieq terhadap Nikita kurang bijak. Beliau mengatakan bahwa Nikita adalah lonte dan juga menganggap kepolisian mengamankan lonte. Hal itu disampaikan dalam kegiatan Maulid Nabi setelah menikahkan putrinya Najwa Shihab. Perkataan habib tersebut menimbulkan reaksi dari banyak pihak yang menyayangkan. Karena sejatinya seorang ulama mesti bisa menjaga perkataannya.

Tentu saja kita tidak membela Nikita, biar bagaimanapun yang dilakukannya juga salah. Namun selayaknya HRS bisa merespon dengan cara yang lebih baik karena beliau adalah sosok panutan. Kita bisa belajar dari tokoh lainnya seperti Aa Gym yang senantiasa lembut dalam dakwah walaupun sering juga dihina. Atau Quraish Shihab yang juga tetap tenang walaupun banyak fitnah yang menimpanya. Namun tidak pernah kita mendengar dari mereka hujatan atau umpatan atas orang-orang yang menghina mereka. Semoga apa yang dikatakan HRS adalah bentuk kekhilafan semata. Jika tidak maka ini adalah ciri bahwa kita sedang mengalami krisis keteladanan.