Menolak Sektarianisme, Maarif Institute Gelar Jambore Pelajar se-Pulau Jawa

MONDAYREVIEW.COM, Surabaya - Maarif Institute menggelar Jambore Pelajar SMA se-Jawa 2016, pada 1-6 Agustus, bertempat di LPMP Surabaya, Jawa Timur. Acara tersebut mengangkat tema "Merawat Kebinekaan, Menolak Sektarianisme."
Direktur Eksekutif Maarif Institute Fajar Riza Ul Haq mengatakan, latar belakang penyelenggaraan acara ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman kepada generasi bangsa tentang pentingnya menjaga kebinekaan dalam kehidupan berbangsa.
Munculnya gejolak konflik sosial ditengah meningkatnya sentimen kebencian terhadap kelompok yang berbeda masih mewarnai kehidupan masyarakat Indonesia.
Sebut saja peristiwa amuk massa di Tanjung Balai, sabtu lalu, yang akhirnya berujung pada pembakaran rumah ibadah (Vihara dan Klenteng).
"Tema jambore ini berkaitan dengan semakin intensnya ketegangan sosial berbasis sektarian bahkan konflik yang disulut sentimen etnis seperti kasus Tanjung Balai kemarin. Fenomena ini mengisyaratkan perlunya kita terus memperkuat dan menyemaikan nilai-nilai toleransi, terutama di kalangan generasi muda", ungkap Fajar, menjelang pembukaan jambore, di Surabaya, Jawa Timur, (1/8).
Kegiatan Jambore Pelajar SMA Se-Jawa 2016 ini merupakan kegiatan tahunan kali keempat sejak tahun 2013. Ada 100 pelajar dari 19 kabupaten/kota di Pulau Jawa yang telah lolos seleksi mengikuti kegiatan ini.
Direktur Program Maarif Institute Abdullah Daraz mengungkapkan, peserta berasal dari SMA dan SMK negeri maupun swasta pilihan, karena syarat masuk peserta cukup ketat.
"Tak hanya memiliki pengalaman aktifitas kesiswaan di sekolah masing-masing, para peserta juga harus mengirimkan tulisan esai yang dinilai tim juri," ungkap Daraz.
Konsistensi Maarif Institute menyelenggarakan kegiatan ini, lanjut Daraz, bertujuan memberikan pencerahan dan penyadaran bagi para generasi muda agar tidak mudah terbawa arus kebencian yang kian gencar disebarkan oleh para ashabul fitnah (kelompok ekstrem yang menggunakan strategi fitnah) yang dapat menyebabkan disintegrasi bangsa.
“Upaya yang kami bersama Majelis Disdasmen Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur lakukan ini merupakan bentuk partisipasi publik, partisipasi masyarakat sipil dalam membantu negara menyikapi perkembangan intoleransi dan krisis identitas kebangsaan di kalangan remaja," tukasnya.
"Menjadi manusia Indonesia sama sekali tidak akan mengurangi kadar keimanan seorang warga negara. Kami fokus menyasar pelajar yang membutuhkan contoh keteladanan, termasuk praktek menghargai keragaman etnis dan perbedaan keyakinan", pungkas Daraz.
Kegiatan ini akan dibuka secara resmi oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy pada Selasa (2/8) di Gedung Graha Witjaksana Praja, Kantor Gubernur Jawa Timur, Jl. Pahlawan Surabaya.
Akan hadir dalam acara pembukaan itu antara lain Gubernur Jawa Timur dan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur yang juga merupakan co-partner dari kegiatan jambore ini.
FAHREZA RIZKY