Menjejak Asa Lawan Corona

Keprihatinan masih menyelimuti dunia. Namun asa tak boleh hilang. Kerja kemanusiaan harus ditunaikan. Berita baik harus dikabarkan agar makin banyak orang mampu mengelola stress dan meningkatkan imunitas tubuhnya. Kewaspadaan terus meningkat seiring optimisme yang harus terus dipupuk.

Menjejak Asa Lawan Corona
ilustrasi pasien covid-19/ net

Keprihatinan masih menyelimuti dunia. Namun asa tak boleh hilang. Kerja kemanusiaan harus ditunaikan. Berita baik harus dikabarkan agar makin banyak orang mampu mengelola stress dan meningkatkan imunitas tubuhnya. Kewaspadaan terus meningkat seiring optimisme yang harus terus dipupuk. Berita baik akan mendorong khalayak kembali bersemangat dan tidak depresi di tengah pandemi.

Berikut beberapa berita baik yang dikabarkan media dunia yang dirangkum monitorday.com.

Kabar baik pertama dilansir cnet.com yang mengabarkan bahwa seorang wanita Tionghoa berusia 103 tahun dilaporkan telah pulih. Dan faktanya ia tidak memiliki kondisi masalah kesehatan mendasar lainnya. Ini menunjukkan bahwa walaupun usia senja sangat rentang terhadap infeksi virus corona bukan berarti harapan pupus untuk memperoleh kesembuhan.

Di seluruh dunia, banyak yang pulih dari infeksi. Berkat kerja keras staf medis dan dukungan dari tentara, polisi, dan petugas lainnya. Walaupun Italia masih mencatat rekor kematian tinggi akibat virus ini namun jumlah kasus baru per hari menunjukkan tren menurun.

Wakil Direktur Organisasi Kesehatan Dunia WHO , Ranieri Guerra, mengatakan bahwa perlambatan dalam laju pertumbuhan adalah faktor yang sangat positif, dan di beberapa daerah mendekati titik drop-off dari kurva, oleh karena itu puncaknya mungkin tercapai minggu ini dan kemudian akan terus menurun. Demikian dilaporkan ShareCast.com.

Kabar baik kedua datang dari India. Dokter di India telah melaporkan keberhasilan dalam mengobati pasien yang terinfeksi dengan campuran obat yang biasanya digunakan untuk mengatasi HIV, flu babi dan malaria.

Sebelum anti virus yang khusus diperuntukkan bagi virus ini lolos uji klinis dalam skala besar tentu berbagai upaya menggunakan obat yang ada menjadi jalan keluar setidaknya untuk sementara waktu. Walaupun laporan penggunaan obat sejenis telah dilakukan di beberapa negara namun keberhasilan pengobatan dari suatu negara tetap penting mengingat dinamika virus yang sangat tinggi dalam mutasi genetik. Sangat dimungkinan variasi dari keberhasilan pengobatn satu negara dengan negara lainnya.

Yang ketiga adalah kabar dari Cina dan Jepang. Di kedua negara itu para dokter memiliki hasil yang menjanjikan menggunakan plasma darah dari orang yang telah pulih dari COVID-19 untuk mengobati pasien yang baru terinfeksi. Teknik medis yang sudah mapan ini bahkan bisa digunakan untuk meningkatkan kekebalan orang-orang yang berisiko terkena penyakit.

Donasi Plasma Pertama Dicari dari Sembuh Pasien COVID-1 juga mulai dihimpun oleh The New York Blood Center dari pasien COVID-19 yang pulih. Mereka yang masih menderita coronavirus akan ditransfusi dengan plasma donor. Dokter berharap antibodi dalam plasma akan membantu membersihkan virus lebih cepat. Dan FDA selaku Badan Pengawas Obat dan Makanan AS telah menyetujui tindakan medis ini pada Selasa, 24/3/2020.

Blood Center AS – lembaga semacam PMI- mengatakan jika perawatan dengan cara ini berhasil, mereka akan meningkatkan proses dan mengaktifkannya melalui jaringan untuk melayani rumah sakit secara nasional.