Hari Valentine Yang Islami Menurut Emha Ainun Nadjib

Hari Valentine Yang Islami Menurut Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib (Cak Nun)

MONITORDAY.COM - Para ulama, ustadz, mubaligh sepakat dengan keharaman Hari Valentine. Hal ini berdasarkan kekhawatiran bahwa momentum ini digunakan untuk aktifitas yang melanggar syariat Islam yakni perzinaan. Namun tahukah kalian, dalam salah satu artikelnya, budayawan Emha Ainun Nadjib yang akrab dipanggil Cak Nun pernah menulis soal "Islamic Valentine Day". Apakah itu? 

JUDUL ini harus dikasih tanda petik di awal dan akhir, karena sesungguhnya itu istilah ngawur dari sudut apapun kecuali dari sisi iktikad baik tentang cinta kemanusiaan.

Cak Nun sengaja memberikan tanda petik terhadap istilah "Islamic Valentine Day". Menurutnya memang istilah ini ngawur, namun beliau menggunakan istilah ini untuk menarik pembaca.

Islam bisa hanya disobek-sobek, diambil salah satu sobekannya yang menarik bagi seseorang karena enak dan sesuai dengan seleranya. Islam bisa diperlakukan hanya dengan diambil salah satu unsurnya, demi mengamankan psikologi subyektif seseorang sesudah hidupnya ia penuhi dengan pelanggaran-pelanggaran terhadap Islam.

Islam bisa hanya diambil sebagai ikon untuk mengkamuflase kekufuran, kemunafikan, kemalasan pengabdian, korupsi atau keculasan. Islam bisa dipakai untuk menipu diri, diambil satu faktor pragmatisnya saja: yang penting saya sudah tampak tidak kafir, sudah merasa diri bergabung dengan training shalat, sudah kelihatan di mata orang lain bahwa saya bagian dari orang yang mencari sorga, berdzikir, ingat keserakahan diri dan keserakahan itu bisa dihapus dengan beberapa titik air mata di tengah ribuan jamaah yang berpakaian putih-putih bagaikan pasukan Malaikat Jibril.

Sedemikian rupa sehingga kita selenggarakan dan lakukan berbagai formula dunia modern, industri liberal, mode show, pembuatan film, diskusi pengajian, yang penting dikasih kostum Islam. Tentu saja tidak usah kita teruskan sampai tingkat menyelenggarakan tayangan “Gosip Islami”, “Lokalisasi Pelacuran Islami”, “Peragaan Busana Renang Wanita Muslimah” atau pertandingan volley ball wanita Muslimah berkostum mukena putih-putih. Sampai kemudian dengan tolol dan ahistoris kita resmikan salah satu hari ganjil di tengah sepuluh hari terakhir Ramadhan sebagai Hari Valentine Islami. 

Dalam uraian tersebut, Cak Nun mengkritik perilaku sebagian umat Islam yang kerap sembarangan menggunakan label Islami hanya untuk menutupi kekufurannya. Kritik yang sangat tajam dan mengena. Termasuk juga dengan istilah Hari Valentine Islami. Yang boleh jadi dibuat dalam rangka kamuflase saja.

Tapi sesungguhnya saya serius dengan makna Hari Kasih Sayang Islam versi Rasulullah Muhammad SAW. Fathu Makkah, yang diabadikan dalam Al Qur’an sebagai Fathan Mubina, kemenangan yang nyata, terjadi pada Bulan Ramadhan, tepatnya pada tanggal 10 Ramadhan tahun ke-8 Hijriyah. Pasukan Islam dari Madinah merebut kembali kota Makkah. Diizinkan Allah memperoleh kemenangan besar. Ribuan tawanan musuh diberi amnesti massal….

Inilah bagian menarik dari tulisan Cak Nun. Menurutnya, Hari Valentine versi Islam itu benar ada. Tentu tidak sama dengan penafsiran Hari Valentine versi hari ini. Hari Kasih Sayang versi Rasulullah SAW menurut Cak Nun adalah Hari Fathu Makkah. Dimana pada waktu itu, umat Islam meraih kemenangan yang nyata. Kaum yang dahulu memusuhinya diberi amnesti masal. Penaklukan terjadi tanpa pertumpahan darah.

Rasulullah berpidato kepada ribuan tawanan perang: “…hadza laisa yaumul malhamah, walakinna hadza yaumul marhamah, wa antumut thulaqa….”. Wahai manusia, hari ini bukan hari pembantaian, melainkan hari ini adalah hari kasih sayang, dan kalian semua merdeka kembali ke keluarga kalian masing-masing. Pasukan Islam mendengar pidato itu merasa shock juga. Berjuang hidup mati, diperhinakan, dilecehkan sekian lama, ketika kemenangan sudah di genggaman: malah musuh dibebaskan. Itu pun belum cukup. Rasulullah memerintahkan pampasan perang, berbagai harta benda dan ribuan onta, dibagikan kepada para tawanan.

Di sini Cak Nun menjelaskan bahwa perkataan Hari Kasih Sayang bukan mitos semata. Istilah ini benar-benar disampaikan oleh Rasulullah SAW dalam khutbahnya pada peristiwa Fathu Makkah. Bahasa Arabnya Yaumul Marhamah. Cak Nun juga menjelaskan bahwa umat Islam terkejut mendengar khutbah itu. Dimana mereka menyangka bahwa mereka akan menawan musuh mereka. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Musuh malah dibebaskan. Bahkan harta rampasan malah dibagikan. 

Sementara pasukan Islam tidak memperoleh apa-apa. Sehingga mengeluh dan memproteslah sebagian pasukan Islam kepada Rasulullah. Mereka dikumpulkan dan Muhammad SAW bertanya: “Sudah berapa lama kalian bersahabat denganku?” Mereka menjawab: sekian tahun, sekian tahun…. “Selama kalian bersahabat denganku, apakah menurut hati kalian aku ini mencintai kalian atau tidak mencintai kalian?”

Tentu saja sangat mencintai. Rasulullah mengakhiri pertanyaannya: “Kalian memilih mendapatkan onta ataukah memilih cintaku kepada kalian?” Menangislah mereka karena cinta Rasulullah kepada mereka tidak bisa dibandingkan bahkan dengan bumi dan langit. Tentu saja, andai kita berada di situ sebagai bagian dari pasukan Islam, kelihatannya kita menjawab agak berbeda: “Sudah pasti kami memilih cinta Rasulullah, tapi kalau boleh mbok ya juga diberi onta dan emas barang segram dua gram…?”

Uraian terakhir sangat menyentuh hati. Dimana sekali lagi Cak Nun menunjukkan betapa Fathu Makkah dipenuhi dengan rasa cinta. Dimana terjadi dialog antara Rasulullah SAW dengan para sahabatnya. Dimana Rasulullah SAW bertanya mengenai kecintaan para sahabat terhadapnya. Para sahabat pun berderai air mata menunjukkan kecintaannya.

Referensi: https://www.caknun.com/2015/islamic-valentine-day/