Mengenang Sang Aktivis Pendidikan
Sosok Malik Fadjar dikenal sebagai pribadi yang sederhana, rendah hati namun tegas dan pekerja keras.

MONDAYREVIEW.COM – Prof. Dr. A. Malik Fadjar, seorang aktivis yang tumbuh dan berkembang di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Persyarikatan Muhammadiyah. Seorang pendidik yang sempat menjadi Menteri Agama dan menjadi Menteri Pendidikan Nasional di era Pemerintahan Presiden Megawati Soekarno Putri. Mendirikan Universitas Muhammadiyah Malang dan membesarkannya sampai seperti sekarang. Sosok berambut putih tersebut telah dipanggil ke Haribaan-Nya. Amal saleh dan jasa-jasanya semoga bisa menjadi penerang di alam barzakh dan bekal menuju surga-Nya.
Sosok Malik Fadjar dikenal sebagai pribadi yang sederhana, rendah hati namun tegas dan pekerja keras. Beliau bukan tipe manusia kata-kata, namun manusia kerja dan karya. Sering beliau memberikan sambutan dalam forum Muhammadiyah dengan sangat singkat. Namun walaupun singkat, tapi tetap bermakna. Jika mengisi materi di forum, beliau tidak berkutat dalam teori-teori akademisi, walaupun beliau adalah tokoh pendidikan. Namun yang beliau sampaikan adalah motivasi dan langkah konkret bagaimana agar pendengarnya menjadi maju dan lebih baik lagi.
Kepergiannya kepada Sang Pencipta membuat banyak pihak memberikan kesan dan cerita inspiratif terkait beliau. Suatu hari almarhum pernah mengajak dialog Munir aktivis HAM yang membawa golok kemana-mana. Munir mengatakan bahwa dia melakukan itu untuk memerangi musuh Islam. Prof. Malik lalu mengajak Munir berdialog, bahwa bukan begitu cara memerangi musuh Islam. Munir pun tercerahkan, dia kemudian menjadi aktivis besar yang sayangnya meninggal karena diberi racun. Peristiwa tersebut memberikan kesan bahwa memang Malik Fadjar mempunyai jiwa pendidik yang luar biasa.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, Malik Fadjar merupakan sosok yang bersahaja, gigih dan penuh prestasi di bidang pendidikan. Beliau tokoh Muhammadiyah, umat Islam dan bangsa yang bersahaja, gigih, penuh prestasi di bidang pendidikan, berpikiran maju, inklusif dan diterima banyak pihak. Haedar mengatakan, Malik Fadjar kerap bekerja untuk membangun umat. Ia juga menilai pengabdian Abdul Malik pada bangsa sangat besar. Kita kehilangan tokoh besar yang dimiliki bangsa ini. Beliau lebih banyak bekerja bangun pusat keunggulan dan membawa umat untuk maju ketimbang banyak bicara.
Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Kemananan, Mahfud MD ternyata memiliki banyak pengalaman berkesan dengan Malik Fadjar. Pengalaman bersama tokoh Muhammadiyah itu dikisahkan ulang melalui akun Twitter resminya, @mohmahfudmd, Selasa (8/9/2020) pagi. Salah satunya, jelas dia, Malik Fadjar membuat terobosan kala menjabat Dirjen Bimas Islam, Kementerian Agama, yakni memberikan penghargaan dengan memberikan kepada wewenang kepada Kiai di pondok pesantren untuk mengajar di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) dengan wewenang sejajar profesor.
Malik Fadjar, kata Mahfud, adalah tokoh Muhammadiyah tidak membolehkan merokok, kendati dia sendiri perokok berat. "Kalau ada rapat Muhammadiyah yg tengah serius dan dia ingin merokok maka dia merokok sambil bilang, " Saya mau masuk NU sebentar". NU memang tdk melarang ummat merokok. Malik setuju," demikian cerita Mahfud. Pengalaman berkesan lainnya, kenang Mahfud, adalah saat menjabat Menteri Agama, Malik Fadjar dipergoki sedang makan di warung makan khas Padang. Mahfud mempertanyakan kenapa seorang menteri makan di warung makan. Jawaban enteng sang menteri meninggalkan kesan mendalam bagi Mahfud MD. "Loh, kenapa? Kalau dilarang makan di warung saya lebih baik tidak jadi menteri," jawab mendiang Malik Fadjar.