Langkah Indonesia Tangani Covid-19 : Dari Riset, Vaksin, Hingga Terapi Plasma
Pemerintah Indonesia terus mendorong agar langkah dalam penanganan Covid-19 di berbagai lini termasuk melalui riset, pengembangan vaksin dan terapi plasma. Fenomena wabah pandemik global ini meniscayakan semua negara termasuk Indonesia untuk mengembangkan sains dan teknologi terkait kesehatan khususnya penanganan penyakit menular.

MONDAYREVIEW.COM – Pemerintah Indonesia terus mendorong agar langkah dalam penanganan Covid-19 di berbagai lini termasuk melalui riset, pengembangan vaksin dan terapi plasma. Fenomena wabah pandemik global ini meniscayakan semua negara termasuk Indonesia untuk mengembangkan sains dan teknologi terkait kesehatan khususnya penanganan penyakit menular.
Riset dan Inovasi
Sebanyak 17 peneliti dari Universitas Airlangga Surabaya secara resmi menerima mandat untuk melakukan riset dan inovasi dari Presiden Joko Widodo untuk mempercepat penanganan virus corona baru (COVID-19).
Penyerahan surat keputusan penetapan peneliti diterima secara simbolis oleh Rektor Unair Surabaya Prof Mohammad Nasih dari Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 Prof Ali Ghufron Mukti yang digelar secara daring.
Prof Nasih di Surabaya, Jumat, mengucapkan terima kasihnya telah dipercaya melaksanakan riset dan inovasi yang dipimpin langsung Kementerian Riset dan Teknologi bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional.
Bersama tim dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, ada empat kategori kelompok riset dan inovasi untuk mempercepat penanganan COVID-19 yang akan diteliti, yakni pencegahan, penyaringan dan diagnosis, alat kesehatan dan pendukung, obat-obatan dan terapi, serta sosial humaniora.
Selain beberapa kegiatan yang dilaksanakan bersama konsorsium, Unair juga terlibat dengan mitra lainnya. Koordinator Produk Riset COVID-19 Unair Surabaya adalah Prof Ni Nyoman Tri Puspaningsih.
Pengembangan Vaksin
Unair juga akan terus berupaya untuk menghasilkan vaksin khusus masyarakat Indonesia yang diuji coba pada virus lokal. Penelitian itu bekerja sama dengan peneliti luar negeri untuk menghasilkan vaksin tersebut.
Sementara Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro mengatakan vaksin dikembangkan melalui tiga platform pendekatan, yakni vaksin protein rekombinan, vaksin DNA atau mRNA dan vaksin yang dilemahkan atau dimatikan.
Menristek membentuk tim pengembangan vaksin untuk mempercepat pengembangan vaksin COVID-19 yang dibutuhkan mendesak.
Dalam pengembangan vaksin, Menristek tidak ingin Indonesia hanya menjadi lahan uji klinis atau pasar vaksin.
Menristek mengatakan harus ada kemandirian bangsa Indonesia dalam pengembangan vaksin. "Ada yang memang dikerjakan oleh peneliti Indonesia, ada yang dikerjakan dengan bentuk kerja sama dengan pengembang vaksin di luar," tuturnya.
Menristek menuturkan anggota tim pengembangan vaksin mencakup dari hulu sampai ke proses imunisasi vaksin, di antaranya Kementerian Kesehatan yang akan bertanggung jawab untuk uji klinis dan imunisasi, Badan Pengawas Obat dan Makanan, serta PT Biofarma dan PT Kalbe Farma untuk produksi vaksin.
Dia juga menginginkan agar produksi vaksin bisa berada di bawah kendali pemerintah Indonesia agar tidak tergantung impor.
Lembaga Biologi Molekuler Eijkman sedari awal sudah fokus dan memimpin di pengembangan vaksin untuk platform protein rekombinan.
Sementara pengembangan vaksin dari virus dilemahkan akan dilakukan melalui kerja sama Biofarma dan China yang juga melibatkan peneliti Indonesia.
Kemudian, Kalbe Farma dan Korea serta peneliti Indonesia akan bekerja sama di vaksin mRNA.
Setelah ditemukan kandidat vaksin, masih ada serangkaian tahapan seperti uji in vivo, uji klinis tahap 1, 2 dan 3, skala produksi, hingga akhirnya imunisasi.
Selain itu, peneliti Indonesia juga didorong untuk terlibat di kegiatan penelitian dan pengembangan terkait, seperti keamanan vaksin bagi anak, reagen, whole genom sequencing.
Terapi Plasma
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soetomo Surabaya menargetkan 103 pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19 untuk disembuhkan menggunakan metode terapi plasma konvalesen.
Direktur RSUD dr Soetomo Surabaya dr Joni Wahyuhadi mengungkapkan saat ini baru mendapatkan tujuh pasien yang menyatakan bersedia diterapi menggunakan metode penyembuhan ini.
"Metodenya menggunakan antibodi dari plasma darah pasien yang telah terkonversi negatif atau sembuh dari COVID-19," ujarnya di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Jumat malam.
Saat ini, RSUD dr Soetomo telah menerima donor plasma dari tujuh orang yang telah terkonversi negatif.
Kendati diklaim mujarab karena telah menyembuhkan banyak pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19, dr Joni menjelaskan terapi plasma konvalesen hingga kini masih dalam tahap clinical trial.
"Tapi sudah terbukti aman digunakan, karena sudah dipakai sebagai metode penyembuhan pasien COVID-19 di Wuhan China, Italia dan Amerika Serikat," ucapnya.
Karena masih clinical trial, kata dia, metode terapi plasma konvalesen untuk penyembuhan pasien positif COVID-19 harus melalui serangkaian pemeriksaan.
"Sebanyak 103 pasien yang ditargetkan RSUD dr Soetomo untuk diterapi menggunakan metode ini, nantinya akan menjadi bahan evaluasi yang bisa digunakan sebagai pengembangan penelitian untuk menemukan vaksin COVID-19," katanya.
Tak itu saja, lanjut dia, saat ini trial dilakukan di RSUD Soetomo kepada enam orang pasien dan RS RKZ terhadap satu orang pasien.
Sementara itu, sampai sekarang sudah ada 20 daftar tunggu untuk donor plasma konvalesen di RSUD Soetomo dan dua donor di RS Syaiful Anwar Malang.
Direktur RSSA Malang dr Kohar Hari Santoso menyampaikan bahwa terapi konvalesen berhasil membuat pasien yang sedang ditangani sudah lepas ventilator. Sedangkan di RSUD Soetomo sudah dua orang dengan ventilator sembuh dan sudah pulang.