Go Digital UMKM Perlu Kapasitas Produksi, Kualitas Produk, dan Literasi Digital
Kita menjalankan usaha dan beroperasi dalam ekonomi digital baru. Hal yang serba digital tak lagi mimpi. Hal ini adalah kenyataan saat ini. Sementara digitalisasi yang cepat menciptakan peluang baru bagi pemilik bisnis dan wirausahawan, hal itu juga menimbulkan tantangan dan risiko yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk bisnis tradisional.

MONDAYREVIEW.COM – Kita menjalankan usaha dan beroperasi dalam ekonomi digital baru. Hal yang serba digital tak lagi mimpi. Hal ini adalah kenyataan saat ini. Sementara digitalisasi yang cepat menciptakan peluang baru bagi pemilik bisnis dan wirausahawan, hal itu juga menimbulkan tantangan dan risiko yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk bisnis tradisional.
Bisnis yang telah mencapai pertumbuhan stabil selama dekade terakhir menghadapi persaingan yang ketat, dan bisnis yang ingin tetap kompetitif harus mendigitalkan dan memodernisasi atau menghadapi kepunahan. Terlindas zaman dan terpuruk di buritan peradaban.
Ketika para pemimpin bisnis menyadari bahwa menjadi perusahaan digital itu wajib, banyak yang menyatakan, "Kami membutuhkan produk digital!" dan mengarahkan tim teknologinya untuk membuat pasar online atau aplikasi seluler yang pada dasarnya menyusutkan bisnis yang ada menjadi paket yang muat di layar.
Ini adalah kesalahan kritis. Terlalu banyak bisnis, terutama yang berada di industri dengan pertumbuhan tinggi (transportasi, perawatan kesehatan, dll.), Percaya transformasi digital dapat dicapai melalui satu proyek atau produk yang mereplikasi bisnis mereka di ranah digital. Mereka melihat produk digital ini sebagai tambahan untuk lini layanan mereka yang sudah ada, bukan sebagai peluang untuk menata ulang model bisnis mereka sepenuhnya.
Kemauan untuk mengubah model bisnis melalui produk digital membuat perusahaan tetap hidup. Pengembangan produk digital harus menjadi proses yang berfokus pada bisnis - bukan berfokus pada TI - yang melibatkan kepemimpinan perusahaan, pemimpin penjualan dan pemasaran, serta direktur teknologi. Ini adalah peluang untuk benar-benar berinovasi, tidak hanya menerjemahkan bisnis Anda ke platform digital.
Jika UMKM ingin go digital perlu tiga hal yakni kapasitas usaha, kualitas produk, dan literasi digital. Demikian pendapat Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki. Pasar luas yang dapat dijangkau oleh kemajuan digitalisasi menuntut ketersediaan dan kualitas produk yang unggul. Setidaknya memadai.
Kapasitas usaha dari sisi UMKM harus berproduksi dalam skala besar dan ekonomis, kemudian kualitas produk agar bisa bersaing dengan produk usaha besar di ?marketplace?, dan literasi digital sebagai kemampuan UMKM melek digital seperti mengoperasikan perangkat, aplikasi, platform digital, dan lain-lain
Harapannya jejaring komunitas kreatif di Indonesia seperti misalnya Indonesia Creative Cities Network atau ICCN dapat mengambil peran aktif dalam membantu UMKM agar hadir dalam ekosistem digital mulai dari daerah.
Dampingi UMKM di kota/kabupaten masing-masing dalam upaya mencari potensi pasar baru, menemukan model bisnis inovatif.
Dalam sebuah kampanye kreatif yang bertajuk ?"UMKM Go Digital: From Local to Global Champion" Teten menekankan dua aspek besar yaitu transformasi digital dan akses rantai nilai (value chain).
Transformasi digital serta pemanfaatan teknologi bagi UMKM Indonesia adalah keniscayaan. Saat ini, terdata baru 16 persen UMKM yang hadir dalam ekosistem digital.
Kolaborasi menjadi elemen krusial yang harusnya menjadi keunggulan kita. Untuk menghadirkan UMKM dalam rantai nilai maka harus ada rasio partisipasi rantai pasok global UKM Indonesia masih rendah 4,1 persen sebagaimana data ADB Institute pada 2020.
Selain itu, perlu menghubungkan UMKM ke rantai nilai salah satunya dengan perluasan pasar dan penyerapan produk KUMKM.
Hadirnya tren konsumsi baru anak muda di seluruh dunia custom culture. Indonesia memiliki para empu-empu kreatif yang juga diisi oleh anak-anak muda. Custom culture memungkinkan potensi ?handmade Indonesia menembus pasar dunia. Bangsa ini tetap harus menghadirkan standar kualitas produk yang tinggi, namun isu ?mass production? bukan lagi harus menjadi hal yang membatasi potensi UMKM kita.
Dalam beberapa kesempatan pada 2020, Kemenkop UKM dan ICCN banyak bersinergi dan berkolaborasi dalam menghadirkan local heroes UMKM di daerah-daerah.
Semangat kolaborasi inilah menurut Teten yang bisa terus dijaga dan diperbesar ke depannya. Untuk ke depannya kita harapkan dan dorong terus agar jejaring komunitas kreatif ICCN juga berkoperasi, sehingga tidak hanya erat berkomunitas, namun juga tumbuh dan membesar bersama, memberdayakan masyarakat secara ekonomi dan berdampak positif secara sosial.