Mendorong Potensi Kerjasama Indonesia - Oman

Mendorong Potensi Kerjasama Indonesia - Oman
Dubes RI untuk Kesultanan Oman dan Republik Yaman Mohamad Irzan Djohan/ net

MONITORDAY.COM - Pemerintah Indonesia berupaya keras untuk hadir bagi kepentingan Warga Negara Indonesia yang bekerja dan hidup di negara lain termasuk di Oman. Melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Oman Pemerintah mengambil langkah konkret mengatasi persoalan yang dihadapi WNI di negeri Teluk itu. Pun mengembangkan program yang mampu meningkatkan daya saing pekerja Indonesia. Baik dalam soal izin tinggal atau bekerja maupun dalam peningkatan kapasitas dan kompetensi para pekekerja migran Indonesia.

Hal ini menjadi salah satu poin dalam Diskusi Virtual Tamu Redaksi Monday Media Group pada (30/4/2021) dengan Duta Besar Republik Indonesia untuk Kesultanan Oman dan Republik Yaman Mohamad Irzan Djohan. 

Menurut data Pemerintah setidaknya ada penempatan 202 Pekerja Migran Indonesia (PMI) pada Juli 2018 dan 107 orang menurut data per-Juli 2019. Pada Desember 2020 setidaknya sebanyak 80 PMI mengikuti program amnesti dari Pemerintah Oman dan dibantu kepulangannya ke Tanah Air oleh pihak KBRI.

Pihak KBRI juga berupaya untuk mengatasi kendala bahasa yang menghambat daya saing PMI di Oman. Sebagai ilustrasi kita tertinggal bila dibandingkan dengan pekerja Filipina yang memiliki kemampuan Bahasa Inggris yang lebih bagus. Pekerja Filipina di Oman jumlahnya sekira 40.000 orang dan mereka merasakan betul kehadiran negara dalam menyelesaikan banyak hal terkait keberadaannya sebagai pekerja migran di Oman.     

Oman adalah negeri kecil di kawasan Teluk. Jumlah penduduk Oman diperkirakan sebanyak 4.829.473 jiwa atau urutan ke 125 di dunia. Kira-kira kurang sedikit dibanding penduduk Provinsi Nusa Tenggara Barat atau lebih sedikit dibanding penduduk Provinsi Bali. Meski demikian Oman relatif sejahtera. GDP Oman jauh di atas Indonesia namun menjadi yang terendah diantara sesama negara Teluk.

Pendapatan utama Oman dari minyak dan gas. Data pada 2018 menunjukkan bahwa 71% pendapatan negara berasal dari migas.  Oman adalah anggota Gulf Cooperation Council namun tidak masuk sebagai anggota OPEC. Hingga saat ini energi fosil masih menjadi salah satu kekuatan ekonomi. Dengan demikian sebagai negeri petrodollar ekonomi Oman relatif makmur. Meski demikian Oman menyadari bahwa diversifikasi ekonomi sudah harus dilakukan di berbagai sektor termasuk manufaktur dan industri keuangan. Posisinya strategis sebagai gerbang atau penghubung perdagangan antara negara-negara Timur tengah dengan berbagai mitranya di berbagai belahan dunia.  

Banyak tenaga profesional Indonesia yang bekerja di industri minyak Oman. Ada juga yang menjadi trainer dan dosen di Perguruan Tinggi di Oman. Medco menjadi salah satu perusahaan Indonesia yang menanam investasi di industri migas Oman. Demikian menurut Ketua Diaspora Indonesia di Oman Billman Marpaung yang berprofesi sebagai seorang insinyur perminyakan.   

Menurut data dari Peta Perdagangan International Trade Center, defisit perdagangan bilateral antara kedua negara mencapai USD 27,19 juta pada 2018, menyempit dari defisit USD 88,96 juta pada tahun sebelumnya. Pada 2016, kedua negara membukukan surplus perdagangan bilateral sebesar USD 140,5 juta.

Dubes optimis tahun ini dan ke depan akan lebih baik bagi Indonesia. Lima ekspor terbesar Indonesia ke Oman tahun lalu adalah kendaraan dan suku cadang, minyak hewani dan nabati, bahan kimia organik, kertas dan produk kertas serta kayu dan turunannya.

Sementara lima besar impor dari Oman ke Indonesia adalah besi dan baja, bahan kimia organik, garam dan mineral lainnya, aluminium dan produknya serta ikan dan krustasea. Diversifikasi ekonomi di Oman telah diimplementasikan. Salah satunya adalah gypsum yang dieskpor ke Indonesia.

Kerjasama dalam konteks diplomasi budaya dan pariwisata sangat potensial untuk dikembangkan antara Indonesia dengan Oman sebagai dua negara berpenduduk mayoritas muslim. Potensi wisata Oman dengan peninggalan sejarah Islamnya sangat menarik bagi kaum muslimin di Indonesia.

Sebaliknya Indonesia juga perlu memperkenalkan destinasi wisata alternatif. Tidak hanya di kawasan Puncak yang sejuk dan menjadi destinasi utama turis Timur Tengah namun juga memperkenalkan berbagai tujuan wisata lainnya. Dubes juga menggagas diplomasi kuliner semisal memperkenalkan masakan Nusantara di Oman.

Banyak hal yang menarik dari Oman. Meski Kesultanan Oman adalah sebuah monarkhi absolut, namun Oman adalah negeri yang damai dan menjunjung toleransi. Nilai-nilai yang berkembang sangat kuat dalam masa Pemerintahan Sultan Qobus. Oman juga netral dalam konstalasi politik di Timur Tengah. Kini Oman dipimpin oleh Sultan Haitham bin Thariq Al Said.

Oman dan Indonesia memiliki potensi kemitraan yang tak dapat dipandang sebelah mata. Diplomasi antar kedua negara dapat memberikan manfaat bagi kedua belah pihak. Bahkan bagi perdamaian dunia dan kesejahteraan ummat manusia.