Mencetak Petani Berwawasan Industri

Meskipun memiliki beragam bidang keahlian, SMKN 2 Subang tetap fokus merevitalisasi kompetensi agrobisnis. Menerapkan model pembelajaran teaching factory dan teaching industry

Mencetak Petani Berwawasan Industri
SMKN 2 Subang

MONDAYREVIEW- Salah satu tujuan pendidikan adalah menyiapkan SDM yang handal di pasar kerja internasional. Inilah, yang menjadi misi SMKN 2 Subang, Jawa Barat.  Ada tiga keunggulan yang disiapkan sekolah ini. Yaitu, menurut Iim Gunawan, Kepala Sekolah SMK 2 Subang,   adalah pendidikan karakter melalui sistem ketarunaan, pembentukan unit-unit produksi, dan upaya pemasaran lulusan sehingga bisa bekerja di mancanegara.

SMKN 2 Subang saat ini memiliki 2.092 siswa. Peminat yang mendaftar untuk menjadi siswa SMKN 1 Subang, terus bertambah. Pada tahun ajaran 2017/2018, yang mendaftar sebanyak 986 siswa, dan yang diterima hanya 756 siswa. Yang terbanyak jurusan Teknik Pelayanan Produksi sebanyak 76 siswa, disusul Jurusan Teknik Sepeda Motor dan Teknik Agribisnis dan Hortikoltura, masing-masing 72 siswa.

Meskipun memiliki banyak kompetensi, SMKN 2 Subang juga dikenal sebagai STM (Sekolah Teknik Menengah) Pertanian, atau akrab disebut “Stemper”.  Tidak hanya memiliki kompetensi di bidang pertanian, juga bidang kemaritiman, komputer, otomotif dan pariwisata.  Ada 12 Bidang Keahlian, yang terdiri dari 17 Program Studi Keahlian atau Paket Kejuruan atau disebut juga Paket Keahlian.

Menurut Iim Gunawan, setiap bidang keahlian dan program studi keahlian disiapkan untuk semua lulusannya siap bekerja. Misalnya, untuk lulusan di bidang agrobisnis, siswa diharapkan mampu mengelola usaha agribisnis tanaman pangan dan hortikultura, termasuk usaha penangkaran benih dan bibit tanaman pangan dan hortikultura. Juga diharapkan mampu mengelola usaha jasa sewa alat mesin budidaya tanaman, usaha kios sarana produksi tanaman, usaha pemasaran hasil-hasil tanaman pangan dan hortikultura, serta mampu melakukan teknik budidaya tanaman pangan dan hortikultura.

Sebagai sekolah yang tengah menjalani program revitalisasi, SMKN 2 Subang juga meningkatkan mutu kelembangaan dan menjadikannya sebagai sekolah bertaraf Internasional. Meski demikian, sekolah tetap  menerima para siswa dari keluarga miskin, melalui program Siswa Mandiri, bahkan mereka mendapat bantuan beasiswa.

Program Siswa Mandiri ini, menurut Iim, dilaksanakan dengan dukungan industri. Para siswa yang tergabung dalam program ini dipekerjakan di industri sekolah untuk mengerjakan pesanan industri, seperti perakitan kabel-kabel sepeda motor. Mereka juga dilibatkan dalam usaha produksi sekolah, seperti kegiatan produksi perikanan, peternakan, pembuatan air minum dan jus, penjahitan pakaian seragam, pembuatan kartu nama, dan lain-lain. “kompensasinya, mereka dibebaskan dari biaya pendidikan dan biaya makan selama bersekolah, bahkan mereka mendapat upah,” jelasnya.

Dengan program Siswa Mandiri ini, banyak siswa yang semula tak mampu bersekolah menjadi tertolong. Lebih dari itu, mereka juga umumnya bisa langsung bekerja setelah lulus, bahkan banyak yang kemudian bisa bekerja di luar negeri seperti di Korea, Jepang, dan Malaysia.

SMKN 2 Subang memiliki perhatian serius soal keterserapan di dunia kerja. Data terakhir tahun 2017 sejumlah 132 orang belum terdata. Sedangkan, yang terdata lulusan yang bekerja sebanyak 224 orang,  sedangkan yang melanjutkan ke perguruan tinggi sebanyak 157 orang. Namun, dari total 224 orang bekerja, ada 18 orang yang bekerja tidak sesuai dengan kompetensinya.

Untuk membiasakan mereka bekerja di Industri, melalui program revitalisasi ini, sekolah menerapkan model pembelajaran teaching factory. Setiap jurusan mendirikan unit usaha di dalam sekolah dalam bentuk unit produksi.  Para siswa sebagai employee melakukan praktik kerja sesuai dengan program studi keahliannya.

Selain itu, SMKN 2 Subang juga menerapkan model pembelajaran teaching industry, dengan cara bekerjasama dengan industri menyediakan tempat produksi atau menjadi pelaksana sub contract bisnis atau sebagai plasma. Dalam kegiatan itu, industri melakukan transfer knowledge kepada para siswa. Model pembelajaran  ini, menurut Iim, banyak manfaatnya. Selain memberikan keuntungan, juga menjadi sarana pengembangan sumber daya secara mandiri.