Media Sosial, Demokrasi, dan Keriuhan Itu

Siapa yang memenangkan ruang di media sosial, memiliki peluang untuk jadi pemenang di bilik suara sesungguhnya.

Media Sosial, Demokrasi, dan Keriuhan Itu
Demokrasi Digital (Claremont)

MONDAYREVIEW.COM - Pernah mengenal istilah “Vox Populi, Vox Dei” – Suara Rakyat Suara Tuhan? Dalam demokrasi langsung, dahulu setiap orang dapat mengungkapkan pemikiran dan aspirasinya. Lalu dikarenakan semakin membengkaknya populasi, diperlakukanlah demokrasi perwakilan. Dalam demokrasi perwakilan, ada wakil-wakil dari rakyat yang idealnya menyuarakan aspirasi dari pihak yang diwakili.

Di era kekinian, demokrasi masih dipercaya sebagai sistem terbaik di planet ini. Demokrasi untuk kemudian bersenyawa dengan kemajuan teknologi menghasilkan karakteristik baru dalam demokrasi digital. Maka simaklah media sosial hari-hari ini. Bertebaranlah berbagai content politik berseliweran di media sosial. Media sosial pun menjadi riuh. Tambahkan lagi luberan informasi, dimana bertebaran pula berita hoax, black campaign.

Maka kontestasi pemilu kekinian pun memberikan dinamika di media sosial. Media sosial menjadi “Ajang Baratayuda”. Para kandidat pun menginvestasikan uangnya untuk “bertempur” di media sosial. Dikarenakan politik merupakan persepsi. Dan media sosial merupakan kanal yang tepat untuk mengilapkan dan menenggelamkan persepsi dari rival politik.

Simaklah media sosial kekinian. Media sosial menyajikan suara dari netizen yang bisa jadi menunjukkan kebenaran dan bisa juga menunjukkan “politik kemasan”. Maka istilah “Vox Populi, Vox Dei” pun kini bisa ditengok melalui trending topic di media sosial. Siapa yang memenangkan ruang di media sosial, memiliki peluang untuk jadi pemenang di bilik suara sesungguhnya. Begitulah demokrasi digital kekinian.