Ledakan Besar di Lebanon, Kecelakaan atau Kesengajaan?

Pertanyaan besar masih ada di benak publik atas ledakan dahsyat yang menghantam pelabuhan tak jauh dari Beirut, ibukota Lebanon. Jika ada unsur terorisme atau sabotase pun kelalaian atas penimbunan sejumlah besar kargo bahan berbahaya itu menyisakan masalah besar bagi otoritas setempat.

Ledakan Besar di Lebanon, Kecelakaan atau Kesengajaan?
asap leddakan lebanon/ Antara

MONDAYREVIEW.COM – Pertanyaan besar masih ada di benak publik atas ledakan dahsyat yang menghantam pelabuhan tak jauh dari Beirut, ibukota Lebanon. Jika ada unsur terorisme atau sabotase pun kelalaian atas penimbunan sejumlah besar kargo bahan berbahaya itu menyisakan masalah besar bagi otoritas setempat.

Ibarat jatuh tertimpa tangga. Lebanon yang didera krisis ekonomi dihantam ledakan dahsyat yang mengerikan. Rasa simpati bagi negeri yang lama didera krisis politik ini mengalir dari seluruh penjuru dunia.  Kejatuhan mata uang Lebanon telah menyebabkan hampir setengah dari populasi negara tersebut berada dalam jurang kemiskinan. Mayoritas perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dan memotong gaji karyawan.

Dana atau investasi telah beranjak pergi dari negeri yang pernah menjadi Swiss-nya Timur Tengah ini. Pada 24 April 2020, Pemerintah Lebanon mengatakan bank telah kehilangan US$5,7 miliar atau 4,8 miliar euro pada Januari dan Februari 2020. Berdasarkan perkiraan dari lembaga resmi, dana sebesar US$2,3 miliar ditransfer ke luar negeri tahun lalu.

Boleh dikata Lebanon adalah potret negeri yang bangkrut. Lebanon yang memiliki beban utang hampir 170 persen dari produk domestik bruto (PDB) mengatakan akan default alias gagal bayar pada obligasi sebesar US$1,2 miliar. Kemudian, pemerintah mengumumkan akan menghentikan pembayaran untuk semua obligasi dalam mata uang dolar pada 23 Maret 2020.

Lebanon memang sarat dengan masalah. Setelah reda dari perang berkepanjangan mereka masih terlibat dalam konflik yang menegangkan sepanjang waktu. Politik di Lebanon pun sedemikian pelik. Di Lebanon Selatan Hezbollah yang didukung Iran berhadap-hadapan dengan Israel.   

Pembagian kekuasaan politik berbasis kekuatan sektarian memang retan dengan konflik. Lebanon mengakui 18 komunitas agama yang terdiri dari empat Muslim, 12 Kristen, Sekte Druze, dan Yudaisme. Tiga lembaga politik utama yaitu presiden, ketua parlemen, dan perdana menteri dibagi di antara tiga komunitas terbesar yakni Kristen Maronit, Muslim Syiah, dan Muslim Sunni.

Pembagian kekuasaan masing-masing berdasarkan perjanjian yang dimulai pada 1943. Sementara itu 128 kursi Parlemen juga dibagi secara merata antara Kristen dan Muslim (termasuk Druze). Dengan kata lain elite politik saat ini yang berkuasa adalah kelompok sama yang berperang dan kemudian mengubah milisi mereka menjadi partai politik.

Mereka termasuk para pemimpin komunitas Kristen, Sunni, Syiah, dan Druze yang mengambil posisi pemerintah dan membeli saham di bank. Masing-masing kelompok itu kemudian meminjamkan uang untuk proyek-proyek resmi yang dilakukan perusahaan yang dimiliki pejabat atau teman atau kerabat mereka.

Sebagaimana diberitakan berbagai media telah terjadi ledakan besar di Port of Beirut pada Selasa (4/8) pukul 18.02 waktu setempat, lokasi pelabuhan berdekatan dengan pusat Kota Beirut. Tingkat kehancuran dan kerusakan properti terjadi dalam radius beberapa kilometer dari pusat ledakan. Sejauh ini tak kurang dari orang dilaporkan tewas dan 4.000 orang luka-luka.

Otoritas di Lebanon dituding lalai karena telah mengetahui tentang 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan di hanggar di pelabuhan kota. Ledakan bahan - yang digunakan dalam bom dan pupuk - mengirim gelombang kejut ke ibukota Lebanon.

Analisis catatan publik dan dokumen yang dipublikasikan secara online menunjukkan para pejabat senior Lebanon tahu selama lebih dari enam tahun bahwa amonium nitrat disimpan di Hangar 12 pelabuhan Beirut.

Kargo amonium nitrat tiba di Lebanon pada September 2013, di atas kapal kargo milik Rusia yang mengibarkan Bendera Moldova. Rhosus, menurut informasi dari situs pelacakan kapal, Fleetmon, sedang menuju dari Georgia ke Mozambik.

Kapal itu terpaksa berlabuh di Beirut setelah menghadapi masalah teknis di laut, menurut (PDF) pengacara yang mewakili awak kapal. Namun para pejabat Lebanon mencegah kapal itu berlayar, dan akhirnya, kapal itu ditinggalkan oleh pemilik dan awaknya - informasi yang sebagian dikuatkan oleh Fleetmon.

Kargo berbahaya kapal kemudian diturunkan dan ditempatkan di Hangar 12 pelabuhan Beirut, struktur abu-abu besar yang menghadap jalan raya utara-selatan utama negara itu di pintu masuk utama ke ibukota.

Beberapa bulan kemudian, pada tanggal 27 Juni 2014, direktur Bea Cukai Lebanon saat itu Shafik Merhi mengirim surat yang ditujukan kepada "hakim Urgent Matters" yang tidak disebutkan namanya, meminta solusi untuk kargo tersebut, menurut dokumen yang dibagikan secara online.

Pejabat bea cukai mengirim sedikitnya lima surat lagi selama tiga tahun ke depan - pada 5 Desember 2014, 6 Mei 2015, 20 Mei 2016, 13 Oktober 2016, dan 27 Oktober 2017 - meminta panduan. Mereka mengusulkan tiga opsi: Mengekspor amonium nitrat, menyerahkannya kepada Angkatan Darat Lebanon, atau menjualnya kepada Perusahaan Bahan Peledak Lebanon milik swasta.Presiden Lebanon Michel Aoun menyebutkan bahwa amonium nitrat sebagai penyebab ledakan dahsyat di Pelabuhan Beirut pada Selasa, yang menewaskan lebih dari 60 orang dan melukai hampir 3.000 orang lainnya.

Unggahan di akun Twitter Kepresidenan Lebanon, Aoun menuliskan bahwa penimbunan 2.750 ton amonium nitrat di sebuah gudang tanpa langkah keamanan tidak dapat diterima.

Ia menekankan bahwa mereka yang bertanggung jawab atas tragedi tersebut harus diganjar hukuman paling berat. Sementara itu, otoritas Lebanon menyatakan Beirut sebagai "daerah bencana" akibat peristiwa itu.

Dewan Pertahanan Tertinggi Lebanon menyatakan status darurat di Ibu Kota Beirut selama dua pekan ke depan.

Bersamaan dengan status darurat, alokasi pendanaan rumah sakit untuk menutupi biaya para korban luka, pembayaran kompensasi bagi keluarga korban meninggal dan pasokan gandum menyusul hancurnya tempat penyimpanan gandum akibat ledakan menjadi keputusan yang diambil oleh dewan tersebut.

Komite investigasi juga telah dibentuk guna menyiapkan laporan mengenai ledakan dalam lima hari ke depan.

Kebakaran di gudang yang berisi material peledak di Pelabuhan Beirut menyebabkan ledakan dahsyat, yang meratakan bangunan tiga lantai dan terdengar hingga ke seluruh kota dan pinggirannya.

Negara tetangga serta kawasan, termasuk Turki menyampaikan belasungkawa dan menawarkan bantuan kepada Lebanon menyusul ledakan tersebut

Bersamaan dengan status darurat, alokasi pendanaan rumah sakit untuk menutupi biaya para korban luka, pembayaran kompensasi bagi keluarga korban meninggal dan pasokan gandum menyusul hancurnya tempat penyimpanan gandum akibat ledakan menjadi keputusan yang diambil oleh dewan tersebut.

Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad menyampaikan rasa simpati dan duka yang mendalam kepada korban ledakan yang terjadi di Port of Beirut, Lebanon pada Selasa (4/8) pukul 18.02 waktu setempat. Dasco juga menghimbau kepada Warga Negara Indonesia (WNI) yang ada di Lebanon untuk tetap tenang dan tidak panik setelah kejadian ledakan tersebut.

Dubes Indonesia untuk Lebanon Hajriyanto Y Tohari mengatakan seluruh WNI di negara tersebut dalam keadaan aman dan selamat.Dalam catatan KBRI terdapat 1.447 WNI, 1.234 diantaranya adalah kontingen Garuda dan 213 merupakan WNI sipil termasuk keluarga KBRI dan mahasiswa.

KBRI telah menyampaikan imbauan melalui grup aplikasi Whatsapp dan melalui simpul-simpul WNI serta menghimbau agar WNI segera melapor apabila berada dalam situasi tidak aman.

Dunia menunggu laporan Komite Investigasi yang diberi waktu hingga lima hari ke depan untuk melaporkan penyebab dan kronologi terjadinya ledakan dahsyat ini. Indonesia perlu bersimpati dan mengambil makna di balik krisis politik, ekonomi, dan kemanusiaan yang melanda Lebanon. Jika kebersamaan dalam keragaman terkoyak amat mahal harga yang harus dibayar.