Lebaran dan Ketahanan Pangan Kita

MONITORDAY.COM - Setiap lebaran harga komoditas pangan cenderung naik. Kebutuhan akan beras, daging ayam, daging sapi, telur, minyak goreng, bawang merah, bawang putih, cabai, dan gula pasir mesti dipenuhi dan dipersiapkan ketersediaannya agar tak terjadi lonjakan harga yang ujung-ujungnya bakal membuat resah konsumen. Situasinya memang cukup pelik mengingat daya beli konsumen kita sedang terpuruk dihajar pandemi.
Persediaan beras sebagai makanan pokok hingga lebaran ini memang masih stabil. Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap neraca beras nasional pada Mei 2021 mendatang masih tercatat berlebih atau surplus hingga 3,6 juta ton beras.
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M. Habibullah mengatakan perhitungan diambil dari selisih proyeksi produksi beras Januari-Mei 2021, yakni 15,89 juta ton dan proyeksi konsumsi untuk periode yang sama sebanyak 12,24 juta ton beras. Secara nasional, sampai Mei, ada surplus 3,6 juta dari kondisi yang ada.
Namun usai lebaran kita berhadapan dengan musim kemarau. Ancaman kekeringan dan gagal panen membayang di depan mata. Bila tak terantisipasi ketersediaan beras nasional bisa terancam. Meski beberapa bendungan telah diresmikan Pemerintah bukan berarti produktivitas lahan yang menghasilkan padi berada dalam kondisi tahan terhadap kekeringan yang datang bersama kemarau.
Sementara stok bawang putih pada awal 2021 antara 150 ribu ton hingga 178 ribu ton. Bila perhitungan konsumsi nasional per bulan sebesar 45 ribu ton, maka konsumsi untuk Januari - Maret 2021 mencapai 135 ribu ton. Pada awal April stok hanya berkisar sebanyak 15 ribu-43 ribu ton, atau lebih besar permintaan konsumsi dari pada stok yang ada.
Ketergantungan kita pada bawang putih impor memang sangat tinggi. Dari setiap proses tanam tersebut, Kementan mencatat hasil panen bisa mencapai dua kali hingga tiga kali lipat dibandingkan hasil panen periode sebelumnya. Proses demikian masih akan berlangsung hingga diprediksi tahun 2021 RI mampu swasembada bawang putih. Hasil produksi dalam negeri dijadikan sebagai benih sampai mengejar swasembada.
Luas tanam produksi bawang putih yang kini 69 ribu hektare akan diperluas mencapai sekitar 90-100 ribu hektare. Dari jumlah itu, rata-rata per hektare mampu menghasilkan 8 ton hingga 10 ton bawang putih.
Masalah yang tak kalah peliknya ada pada komoditas daging sapi atau kerbau. Berdasarkan data Kementan, total terdapat stok daging beku sebanyak 19.388 ton. "Jadi ketersediaan kita sampai 6 Mei 2021 ada 19.388 ton," ujar Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Kementan, Syamsul Ma'arif. Harga daging sapi di pasar ibu kota masih tinggi saat Lebaran 2021. Seperti di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur daging sapi saat ini dijual hingga Rp150.000 per kilogram (kg).
Kita pun masih bergantung pada impor. Populasi sapi banyak belum tentu menghasilkan banyak daging sapi. Pasalnya, jenis peternakan sapi di Indonesia banyak yang bersifat sosial security. Artinya peternak hanya akan menjual atau memotong sapi ketika butuh misalnya untuk kurban, hajatan, dan sebagainya. Sedangkan konsumen di Jawa Barat, DKI Jakarta, dan daerah lainnya, itu ada industri, rumah tangga, horeka (hotel, restoran, kafe), yang memang tiap hari membutuhkan pasokan daging.
Daya beli dan kepadatan populasi membuat Jakarta masih menjadi konsumen daging terbesar di Indonesia. Konsumsi daging sapi di Indonesia tertinggi berada di lima wilayah yakni DKI Jakarta sebanyak 6,38 kg per kapita per tahun, NTB 4,25 kg, Jawa Barat 3,47 kg, Jawa Timur 3,46 kg, dan Banten 2,18 kg. Secara nasional, total konsumsi daging sapi dan kerbau Indonesia sebesar 717,15 ribu ton per tahun atau 2,66 kg per kapita per tahun.
Alasan inilah yang membuat kita masih mengimpor daging sapi. Secara nasional pasokan daging sapi kita masih kurang, meski konsumsi kita sekitar 2,5-2,6 kg per kapita per tahun, tapi penduduk kita itu 270 juta orang, ini cukup besar untuk sebuah negara membutuhkan pasokan daging sapinya. Pusat konsumsi daging sapi justru tidak berada di sentra padat sapinya, tapi daerah-daerah padat penduduk. Kondisi ini menjadi masalah bagi pasokan daging sapi di Indonesia.