Memanfaatkan Pameran Virtual

Selalu ada hikmah di balik musibah. Pandemi membuat sejumlah agenda termasuk pameran dagang tertunda atau batal. Sebagai gantinya pameran dilakukan secara virtual. Hal ini dapat mendorong efisiensi dalam upaya promosi dagang. Walau terkadang banyak aspek dalam momen fisik yang tak tergantikan oleh momen virtual.

Memanfaatkan Pameran Virtual
Dokumentasi Foodex 2019/ net

MONDAYREVIEW.COM - Selalu ada hikmah di balik musibah. Pandemi membuat sejumlah agenda termasuk pameran dagang tertunda atau batal. Sebagai gantinya pameran dilakukan secara virtual. Hal ini dapat mendorong efisiensi dalam upaya promosi dagang. Walau terkadang banyak aspek dalam momen fisik yang tak tergantikan oleh momen virtual.

Potensi pasar Jepang sedemkian besar. Secara tradisional Jepang merupakan salah satu tujuan ekspor kita. Disamping Jepang juga menanam investasi yang besar dalam berbagai industri di Tanah Air.  Indonesia menikmati surplus perdagangan dengan Jepang senilai 1,52 miliar dolar AS pada periode tersebut, atau naik 511 persen dibandingkan periode yang sama pada 2019 dengan surplus perdagangan Indonesia dari Jepang senilai 248,5 juta dolar AS.

Pameran virtual yang belum lama ini sedang berlangsung ini mendorong penandatangan kontrak dagang dan investasi senilai lebih dari 321 juta dolar AS (sekitar Rp4,5 triliun) untuk produk kertas, makanan, kopi, serta investasi di bidang pengolahan limbah sawit. Jumlah yang cukup besar dan menjanjikan meski perlu terus ditingkatkan.

Pandemi memang mengubah banyak agenda. Bahkan me-resetting ekonomi dunia. Termasuk kekosongan pasokan dari sejumlah negara. Ini menjadi peluang untuk dimanfaatkan merebut psar. Tentu diharapkan tak hanya mendapat pasar sementara. COVID-19 memaksa banyak pameran di Jepang pada tahun ini harus dibatalkan. Tak terkecuali Fondex 2020 yang merupakan pameran makanan minuman terbesar di Negeri Sakura.

Produk yang lain mungkin tertekan angka penjualannya selama masa pandemi. Namun penjualan produk makanan dan minuman di Jepang justru mengalami peningkatan signifikan hingga mencapai 200 persen year-on-year, yang dilatarbelakangi imbauan pemerintah untuk menyosialisasikan kebiasaan bekerja dari rumah.

Pola konsumsi warga Jepang terbukti nyata telah berubah terutama saat diberlakukan keadaan darurat pada Maret-Mei lalu.

Pada periode tersebut, penjualan di salah satu supermarket terkemuka di Jepang naik 139 persen dibandingkan tahun lalu, dan impor makanan minuman dari Indonesia di jaringan supermarket tersebut selama masa pandemi naik hingga 30 persen---yang merupakan peralihan pasokan produk yang biasa diimpor dari China.

Dengan adanya pameran virtual memudahkan importir Jepang dalam memperoleh sumber produk baru, karena pada saat COVID-19 dan pameran di Jepang banyak dibatalkan, para importir sulit mendapat produk baru dan hanya menggunakan supplier yang ada.