Komunikasi Pejabat Publik dan Headline Media Massa

Sudah bukan hal yang aneh jika pejabat-pejabat publik di Indonesia mengeluarkan pernyataan yang membuat heboh masyarakat.

Komunikasi Pejabat Publik dan Headline Media Massa
Sumber gambar: antaranews.com

MONDAYREVIEW.COM – Sudah bukan hal yang aneh jika pejabat-pejabat publik di Indonesia mengeluarkan pernyataan yang membuat heboh masyarakat. Terakhir adalah pernyataan Menteri Agama Jenderal Purnawirawan Fachrul Razi yang mengatakan infiltrasi radikalisme ke dalam masjid dilakukan oleh seorang yang good looking. Good looking sendiri merupakan istilah kekinian dari bahasa Inggris untuk menunjukan seorang yang mempunyai penampilan menarik dan indah dipandang. Pernyataan ini sontak viral dan ramai menuai kritik terutama dari kelompok Islam.

Sebelumnya, banyak pernyataan serupa yang membuat heboh masyarakat. Misalnya pernyataan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy bahwa orang miskin menikah dengan orang miskin lagi maka akan melanggengkan kemiskinan. Menteri Kesehatan Terawan mengatakan bahwa kematian tenaga kesehatan covid-19 akibat kurang disiplin. Selain itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyatakan ganja sebagai tanaman obat yang kemudian dengan segera diralat kembali. Banyaknya pernyataan kontroversial seolah menjadi kebiasaan dari pejabat publik kita. Rakyat adakalanya terhibur atau marah dengan pernyataan tersebut.

Namun apakah pejabat tersebut bisa disalahkan sepenuhnya? Adakalanya tidak. Terkadang media massa yang terlalu mencari clickbait dalam membuat judul sehingga memframing maksud aslinya. Namun adakalanya memang pejabat publik yang kurang peka mengenai posisi dirinya sebagai pejabat publik. Seharusnya sebagai seorang pejabat publik, apa yang keluar dari dirinya dipikirkan dengan matang-matang. Kalau tidak akan menjadi blunder. Yang menarik adalah, adakalanya pejabat tidak salah dan media pun tidak salah, inilah yang sering terjadi. Dalam kasus ini, pembaca yang harus cerdas untuk tidak hanya membaca judul saja.

Saya ambil contoh kasus pernyataan Menko PMK Muhadjir Effendy yang mengatakan keluarga miskin menikah dengan keluarga miskin, maka akan lahir keluarga miskin berikutnya. Jika yang dibaca hanya penggalan kalimat tersebut, wajar saja kita menjadi emosi. Namun jika yang dibaca adalah rangkaian dari keseluruhan paragraph, maka apa yang dikatakan Muhadjir benar. Gagasan utamanya adalah diperlukan pembekalan dan pendidikan pra nikah agar kemiskinan di generasi sebelumnya tidak diturunkan kepada generasi setelahnya.

Media pun tidak sepenuhnya salah, mereka memang mencari hal kontroversial yang akan menarik pembaca. Maka judulnya sengaja ditonjolkan perihal pernyataan Muhadjir yang menarik. Namun media tidak bisa disalahkan karena benar bahwa Menko PMK mengatakannya. Maka dalam hal ini kita sebagai pembaca yang cerdas, saat membaca berita apapun jangan hanya membaca judulnya saja, namun harus dengan isinya.

Adapun kasus Menteri Agama yang terbaru mengenai radikalisme dan good looking, kita bisa memahami poin utama yang disampaikan oleh Menag, yakni mewaspadai radikalisme di masjid-masjid. Mungkin Menag ingin mengungkapkan sisi menarik dari fenomena ini, yakni adanya upaya radikalisasi lewat penceramah agama yang good looking. Sisi ini memang menarik. Tapi sayangnya ada dua kelemahan dari ungkapan ini, pertama penyataan Menag malah mengaburkan masalah yang sesungguhnya. Menag malah mengalihkan isunya sendiri, dan ini menjadi bumerang. Pihak-pihak yang tidak setuju dengan Menag menjadikan hal ini amunisi untuk menyerang balik.

Kedua, Menag tidak mengungkapkan informasi yang jelas tentang landasan pernyataannya. Apakah hasil penelitian atau hanya opini semata? Saran saya sebagai pejabat publik, mestinya Menag tetap fokus pada substansi dari masalah, bahwa radikalisme itu cirinya adalah pro terhadap kekerasan, tidak menghargai perbedaan, mudah menyesatkan dan mengkafirkan, ini ciri-ciri yang lebih substantive walaupun mungkin orang sudah bosan mendengarnya. Adapun soal good looking, kalaupun memang benar, hal tersebut bukan hal yang bagus untuk disampaikan ke publik.