Bersabar Menghadapi Musibah

Alam tidak lagi bersahabat, karena manusia memusuhinya dengan berbuat kerusakan

Bersabar Menghadapi Musibah
longsor rel kereta

Bersabar Dengan Musibah

 

 

MONDAYREVIEW-Banjir dan longsor menjadi ancaman serius saat ini. Menurut prakiraan BMKG, curah hujan yang deras akan terus mengguyur sampai Maret ini. Bagi warga Jakarta,  setiap tahun banjir selalu melanda mereka. Di Jakarta, meskipun gubernur sudah berganti, bahkan sudah menjadi presiden pun seolah-olah belum sanggup mengatasi persoalan banjir.

 

Kita tentu tidak perlu menyalahkan alam, apalagi Tuhan. Musibah banjir sesungguhnya karena ulah manusia. Lihat saja, Jakarta yang sudah menjadi hutan beton, gedung-gedung tinggi berdiri dimana-mana, mulai apartemen hingga pusat perbelanjaan sedangkan kawasan hijau dan serapan air tidak lagi diperhatikan, apalagi adanya reklamasi makin memperparah bencana ini muncul.

 

Di samping berbagai upaya manusiawi untuk menghindari musibah, sebagai orang beriman kita selalu diajari untuk bersabar. Bersabar menghadapi berbagai musibah, termasuk banjir.

 

Tidak ada respon atau pun reaksi terbaik dari terjadinya musibah yang menimbulkan kesulitan dan kesusahan dalam kehidupan ini melainkan semakin menguatkan iman dalam hati kita.

 

Di sisi lain, manusia mesti menyadari bahwa perkembangan ilmu dan teknologi yang dimilikinya sama sekali tidak ada apa-apanya dengan kekuatan ilmu yang ada di sisi Allah Ta’ala. Sungguh tak pantas manusia menepuk dada kemudian ingkar kepada Allah.

 

Kita mesti meyakini bahwa apa pun keputusan Allah, termasuk  banjir sudah seharusnya menyadarkan kita tentang dosa-dosa kita. Ada yang kehilangan harta benda akibat bencana, bahkan kehilangan nyawa. Sungguh Alloh itu Maha Kuasa, dengan mengirimkan ciptaannya, yaitu air untuk mendatangkan musibah. “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. At Taghaabun: 11).

 

Lalu, masihkah kita ingkar…?

 

Bencana mestinya mengetuk rasa persaudaraan dan kepedulian sesama umat di negeri ini, untuk saling menolong dengan segenap daya dan kemampuan untuk membantu meringankan beban mereka yang langsung terkena dampak bencana. Karena itulah, bencana menjadi rahmat bagi umat manusia yang tidak ternilai

 

Persaudaraan itu adalah nikmat dari Allah yang sangat berharga. Dalam kehidupan biasa-biasa saja, mungkin sangat sulit rasa persaudaraan dan kepedulian dihidupkan. Tetapi, dengan adanya bencana, banyak hati tergerak untuk bahu-membahu saling peduli.

 

Seorang muslim sejati tidak perlu larut dalam kesedihan, apalagi meratapinya. Tidak pantas seorang muslim melihat kejadian ini hanya sebagai suatu kebetulan, karena tidak akan memberi manfaat apa pun. Cukuplah seorang muslim mengikuti pesan Rasululloh Shollallahu alaihi wa sallam,  “Sungguh menakjubkan keadaan orang Mukmin itu. Allah tidak menetapkan suatu keputusan baginya melainkan keputusan itu adalah baik baginya. Jika ditimpa kesusahan, ia bersabar, maka yang demikian itu lebih baik baginya. Jika mendapat kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu adalah lebih baik baginya. Dan hal tersebut tidak akan menjadi milik siapa pun kecuali orang Mukmin.” (HR. Bukhari Muslim).

 

Cukuplah kita bersabar, supaya termasuk orang-orang orang dicintai Alloh Ta’ala. “Dan sabarlah sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS Al Anfal : 46)

 

Al Imam Syafi’i berkata dalam sya’irnya :

Bersabarlah yang indah, alangkah

dekatnya kelapangan

Barangsiapa yang muraqabah (merasa

diawasi) Allah dalam seluruh urusan, ia akan berhasil

Barangsiapa yang membenarkan Allah,

tidak akan terbawa gangguan.

Dan barangsiapa yang mengharapkan-Nya,

Dia akan ada dimana dia mengharap. (Manaqib Asy Syafi’i)

 

Bersabar bukan berarti diam tidak berbuat apa pun.

 

Bersabar bukan terdiam saat pemerintah sibuk berolah kata tapi tidak pernah membuktikan janjinya untuk mengatasi banjir

 

Bersabar bukan berarti kita tidak boleh menuntut pemerintah untuk bertindak tegas terhadap para pemerkosa alam

 

Bersabar juga kita makin tergerak untuk menyelesaikan berbagai persoalan ini dalam ketaatan kepada Nya.

 

Karena, yakinlah musibah apa pun selain karena kehendak Nya, manusia disuruh untuk introspeksi diri. Tidak ada kerusakan di muka bumi ini, kecuali karena perbuatan manusia sendiri.

 

Alam seolah-olah tidak lagi bersahabat, dan menjadi marah. Karena, manusia memusuhinya, dengan berbuat kerusakan.