Kereta Cepat Yang Dibangun Lambat

Kereta Cepat Yang Dibangun Lambat
Ilustrasi Rancangan Kereta Cepat Jakarta Bandung/ KCIC

MONITORDAY.COM - Tak kurang dari 142 kilometer panjangnya, Jakarta - Bandung rutenya. Proyek Kereta Api Cepat molor pengerjaanya dan membengkak anggarannya. Perusahaan Jepang yang semula akan menjadi mitra dan telah melakukan kajian pendahuluan terdepak oleh perusahaan Tiongkok. Skemanya Business to Business (B2B).   

Kebutuhan dana proyek semula sekitar US$6,07 miliar atau sekitar Rp86,67 triliun (kurs Rp14.280 per dolar AS) melonjak jadi US$8 miliar atau Rp114,24 triliun. Rencananya sebanyak 75% dana diperoleh dari China Development Bank dan sisanya dari modal KCIC yang merupakan patungan dari BUMN Indonesia dan China. Proyek ini semula ditentukan tak akan menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).  

Kereta cepat bisa melaju hingga 320 km per jam dan berhenti di 4 stasiun yaitu Halim, Karawang, Walini, dan Tegalluar dengan waktu transit maksimal hanya 3 menit di setiap stasiun.

Melalui Peraturan Presiden Nomor 93 Tahun 2021 tentang Percepatan Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Kereta Cepat antara Jakarta dan Bandung Presiden Joko Widodo memberikan izin dana APBN dipakai untuk mendukung pembangunan proyek tersebut.

Apa boleh buat PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) sudah kepayahan merogoh kocek yang membengkak. Meski begitu publik layak bertanya tentang akuntabilitas proyek jika APBN harus dikucurkan. Sebagai sarana transportasi publik dan masuk dalam skema Proyek Strategis Nasional (PSN) sah-sah saja menggunakan dana negara. Namun dilihat dari isu kesenjangan konektivitas antara Jawa dan Luar Jawa tentu menimbulkan sejumlah tanya. 

Proyek ambisius ini bukan tanpa alasan untuk dibangun. Bila ditarik ke belakang, ada sejumlah alasan yang diklaim para pendukung dan pemangku kepentingan proyek ini. Pertama, daya beli masyarakat yang memungkinkan untuk membeli tiket kereta cepat ini adalah Jakarta dan Bandung. 

Kedua, karena Bandung adalah awal terhubungnya kota-kota lain di Indonesia dengan teknologi kereta cepat. Bandung juga punya potensi besar dalam pengembangan industri perdagangan dan pariwisata

Ketiga, potensi bisnis kereta cepat Jakarta-Bandung adalah yang terbesar di Indonesia. KCIC memperhitungkan 2019, potensinya 61 ribu yang akan berpindah menggunakan KA. setelah melalui studi potensial yang cukup dalam

Keempat, proyek kereta cepat Jakarta-Bandung ini layak atau feasible. Utang yang digunakan untuk proyek ini bisa kembali dalam waktu 40 tahun, hanya dari pendapatan tiket saja.

Kelima, menimbang kebutuhan alat transportasi untuk wilayah tersebut. Kereta cepat bakal menjadi alternatif karena padatnya rute jalan tol serta kereta reguler. Kereta ini untuk memenuhi kebutuhan kereta jangka panjang. Proyek ini menangkap kebutuhan sampai 50 tahun ke depan. Meski ada jalan tol dan kereta api. Tol sudah padat, kalau 2-3 tahun akan lebih padat, apalagi 50 tahun ke depan.

Keenam, domain pemerintah di Jawa lebih diserahkan swasta. Karena bukan servicing sector tapi supporting sector. 

Kini pandemi telah menjadi salah alasan penghambat proyek ini. Semakin lama semakin membengkak. Dan mau tidak mau proyek strategis ini tak boleh mangkrak. Sudah kepalang tanggung. Pelajaran mahal ini harus dibayar dengan sikap konsekuen dari para perencana yang mengkalkulasi proyek ini. Atau siapa lagi yang diuntungkan?