Lancet-Gate: Saat Jurnal Ilmiah Terkemuka Tertipu Hasil Riset Bermasalah
Kejadian ini adalah skandal terbesar dunia ilmiah di tengah pandemi yang menimpa jurnal ilmiah terkemuka. Banyak yang terkejut atas skandal ini mengingat The Lancet menetapkan kriteria dan review yang ketat bagi tulisan yang akan dimuat.

MONDAYREVIEW.COM - Dunia ilmiah sedang digegerkan oleh skandal jurnal ilmiah The Lancet, sebuah jurnal kedokteran terkemuka di dunia. The Lancet harus mencabut kembali hasil riset yang dimuatnya mengenai penggunaan obat anti-malaria, hidrokdiklorokuin dan klorokuin untuk digunakan dalam pengobatan Covid-19. Kejadian ini adalah skandal terbesar dunia ilmiah di tengah pandemi yang menimpa jurnal ilmiah terkemuka. Banyak yang terkejut atas skandal ini mengingat The Lancet menetapkan kriteria dan review yang ketat bagi tulisan yang akan dimuat.
Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa penggunaan obat malaria dalam penanganan Covid-19 rentan menimbulkan kematian. Oleh karena itu penggunaan hodrokdiklorokuin dan klorokuin tidak direkomendasikan bahkan dilarang. Setelah terbitnya tulisan ini, negara-negara yang sedang melakukan penelitian terhadap obat malaria untuk menjadi obat Covid-19 menghentikan penelitiannya. Penelitian ini cukup meyakinkan karena diklaim meneliti 15.000 pasien dari 671 rumah sakit di seluruh dunia. Salah seorang penulisnya Mandeep Rajinder Mehra adalah seorang guru besar ahli penyakit jantung di Harvard Medical School.
Sekitar 120 ilmuwan dari 24 negara mempertanyakan validitas data yang digunakan dalam riset tersebut. Mereka menuntut adanya investigasi independen terhadap penelitian itu. Tuntutan mereka disampaikan kepada Mandeep selaku penulis dan Richard Horton pemimpin redaksi The Lancet. Pada 3 Juni The Lancet mengabulkan permintaan para ilmuwan tersebut dan memulai investigasi independen. Mengetahui hal ini, para penulis meminta agar penelitian ini dicabut kecuali satu orang yakni Sapan Desai seorang dokter ahli bedah.
Sapan Desai mempunyai lembaga bernama Surgisphere yang menjadi sumber data dalam penelitian ini. Namun saat tim investigasi independen meminta data mentah penelitian ini, pihak Surgisphere menolak membukanya. Surgisphere didirikan pada tahun 2008 di Chicago Amerika Serikat. Menurut investigasi The Guardian dan The Scientist terhadap Surgisphere, orang-orang yang bekerja di dalamnya tidak punya latar belakang pendidikan yang memadai untuk bekerja di pusat data kesehatan. Misalnya editor sains di lembaga tersebut bukan berasal dari kalangan ilmuwan, melainkan penulis science fiction.
Surgisphere sebagai lembaga yang mempunyai pangkalan data rumah sakit se-dunia diragukan kredibilitasnya. Pada 12 Juni 2020 situs Surgisphere telah dihapus, termasuk laman yang memuat respon terhadap skandal Lancet Gate, tidak dapat lagi diakses. Segera setelah terbongkarnya hasil penelitian yang bermasalah ini, WHO dan banyak negara kembali melanjutkan penelitian terkait penggunaan obat malaria untuk pengobatan Covid-19.
Berdasarkan skandal Lancet Gate, ada beberapa pelajaran yang bisa diambil agar kejadian yang sama tidak terulang ke depannya. Menurut Teguh Haryo Sasongko, peneliti kesehatan dari Perdana University, ada 4 hal yang perlu diperhatikan saat sebuah jurnal ilmiah akan memuat suatu penelitian.
Pertama, sebelum diterbitkan, naskah ilmiah wajib melewati review dari teman sejawat (peer review). Proses ini pada umumnya tidak sampai membuka data mentah suatu penelitian.
Kedua, data adalah hal yang sangat penting dari penelitian. Sebagus apapun sebuah analisis, jika datanya tidak valid, otomatis analisisnya juga tidak akan valid.
Ketiga, masuknya hasil riset kita ke jurnal ilmiah tidak secara otomatis menjadikannya teori baru. Namun harus melewati dulu kritik dan uji validitas setelah penelitian itu terbit.
Keempat, ilmuwan bukan bebas dari kesalahan. Seorang ilmuwan bisa saja salah data, salah hitung, salah analisis. Namun seorang ilmuwan harus terbuka untuk dikoreksi.