Bus Hidrogen Hingga Basis Nissan : Industri Otomotif Tiongkok Makin Prospektif
Tiongkok semakin di depan dalam pemulihan ekonomi. Geliat industri otomotifnya pun kian tak terbendung. Tiongkok terus melaju dengan teknologi ramah lingkungan yang dikembangkannya. Salah satunya dalam penggunaan teknologi transportasi ramah lingkungan. Kota Baicheng di Provinsi Jilin, Tiongkok timur laut, telah mengoperasikan 15 bus berbahan bakar sel hidrogen, yang pertama dari jenisnya di provinsi tersebut.

MONDAYREVIEW.COM – Tiongkok semakin di depan dalam pemulihan ekonomi. Geliat industri otomotifnya pun kian tak terbendung. Tiongkok terus melaju dengan teknologi ramah lingkungan yang dikembangkannya.
Salah satunya dalam penggunaan teknologi transportasi ramah lingkungan. Kota Baicheng di Provinsi Jilin, Tiongkok timur laut, telah mengoperasikan 15 bus berbahan bakar sel hidrogen, yang pertama dari jenisnya di provinsi tersebut.
Setelah sukses dengan bus listrik Tiongkok merambah ke bus berbahan bakar hidrogen. Bus komersial nol emisi bertenaga hidrogen itu dikembangkan dan diproduksi oleh Jiefang, anak perusahaan truk dari produsen mobil terkemuka Tiongkok, FAW Group. Bus-bus tersebut memiliki kecepatan maksimum 60 km per jam dan dapat beroperasi dengan lancar di suhu rendah minus 30 derajat Celsius, dengan waktu pengisian bahan bakar 15 menit.
Kendaraan ini dilengkapi dengan sensor asap, alat pemadam kebakaran otomatis, dan perangkat keselamatan lainnya, serta sistem operasi transportasi umum cerdas yang memungkinkan pemantauan dan pemosisian kondisi melalui aplikasi ponsel.
"Bus yang beroperasi dengan bahan bakar hidrogen itu dapat mengurangi emisi dan polusi suara, lebih mudah dikendarai dibanding bus standar serta memiliki waktu pengisian bahan bakar yang lebih cepat daripada bus listrik murni," kata Lian Xiaojing, manajer perusahaan bus Baicheng.
Beberapa kota besar di Tiongkok termasuk Shanghai dan Chengdu, ibu kota Provinsi Sichuan, telah membuat rencana untuk mempromosikan penggunaan bus bertenaga hidrogen.
Tiongkok dan Jepang memang bersaing. Namun apa hendak dikata ekonomi Tiongkok memang menguat tak terbendung. Ukuran pasar dan modal yang berputar di Negeri Tirai Bambu ini sangat besar. Maka tak mengherankan bila pabrikan mobil Nissan justru memperkuat basis produksi dan pemasarannya di Tiongkok.
Nissan Motor Co. Jepang akan meningkatkan kapasitas output-nya di Tiongkok mulai tahun depan, mengingat perekonomian terbesar kedua di dunia itu termasuk yang paling cepat pulih dari pandemi coronavirus baru (COVID-19), demikian disampaikan seorang pejabat Nissan pada Selasa (27/10).
Menurut pejabat tersebut, pabrikan mobil Jepang itu berniat memproduksi lebih banyak kendaraan di dua pabrik perusahaan patungannya, Dongfeng Motor Corp. di Tiongkok, pasar mobil terbesar di dunia.
Salah satu pabrik itu berada di Wuhan di Provinsi Hubei, sementara yang lainnya di Changzhou di Provinsi Jiangsu, ujar pejabat tersebut.
Nissan tidak hanya menargetkan untuk menambah pusat produksinya di Tiongkok sebanyak dua hingga enam, tetapi juga memperkenalkan model-model baru sebagai sarana untuk menggenjot penjualan.
Pejabat itu mengatakan Nissan akan menjual kendaraan sport utility vehicle (SUV) listrik Ariya, yang menggabungkan teknologi bantuan swakemudi dan memungkinkan pengemudi untuk melepas tangannya dari setir saat melaju di jalan raya pada 2021, dengan rencana lainnya untuk meluncurkan sembilan model baru khusus pasar Tiongkok hingga 2025 mendatang.
Pabrikan mobil terbesar ketiga di Jepang tersebut mengatakan bahwa sembari merampingkan operasinya di Eropa dan Asia Tenggara, termasuk menutup beberapa pabrik, mereka akan merealokasi sumber dayanya dan lebih fokus pada pasar domestik, Tiongkok, dan Amerika Serikat.