Kepemimpinan Jokowi di Masa Pandemi Mengalahkan Pemimpin Dunia

MONITORDAY.COM - Sudah dua tahun pandemi Covid-19 melanda dunia. Menghantam sendi-sendi perekonomian seluruh dunia. Salah satunya akibat pembatasan ruang gerak ekonomi, sosial, juga sektor lainnya.
Di Indonesia, pada gelombang kedua yang dipicu varian delta, lonjakan kasus mencapai puncak tertinggi hingga 50 ribuan kasus per hari. Tak ada rumus baku untuk mengatasi pandemi, di mana setiap negara kemudian mencari jalan sendiri-sendiri. Beberapa negara mengambil langkah ekstrem dengan memberlakukan lockdown secara ketat demi mencapai zero covid.
Kenyataannya, hanya segelintir yang berhasil. China relatif sukses menekan penyebaran kasus. Tetapi Selandia Baru yang posisi geografisnya menguntungkan karena berada di selatan Pasifik, harus menghadapi gelombang berikutnya yang belum selesai sampai sekarang.
Negara-negara lain di Eropa, Amerika Serikat, serta India mengalami beberapa kali gelombang dengan strategi buka-tutup, lockdown berkali-kali. Gelombang protes menolak lockdown terjadi di penjuru kota, disertai kuatnya gerakan anti-vaksin dan keengganan menggunakan masker.
Sejak awal, pemerintah Indonesia memilih untuk menyeimbangkan antara masalah kesehatan dengan dampak sosial-ekonomi yang ditimbulkan oleh pandemi. Mulai dari strategi PSBB, new normal, PPKM mikro, hingga yang terbaru adalah PPKM level 1-4.
Penerapan lockdown diyakini tidak efektif, mengingat besarnya jumlah usaha sektor informal yang bakal terdampak. Berbeda dengan krisis ekonomi 1998, di mana sektor informal justru menjadi katup penyelamat ketika usaha-usaha besar terpukul.
Hasilnya, meskipun pertumbuhan sempat melorot tajam pada kuartal II/2020, pelan-pelan Indonesia berhasil bangkit dari resesi dan keluar dari zona minus. Pada kuartal II/2021 pertumbuhan melesat hingga mencapai 7,07% (y-o-y).
Ujian Para Pemimpin
Selain itu, dampak sosial-politiknya menjadi ujian kepemimpinan negara di seluruh dunia. Ungkapan dari para tokoh bangsa, Leiden is lijden! Memimpin adalah Menderita, bisa jadi tolak ukur tingkat kepuasan publik terhadap pengorbanan sang pemimpin.
Misalnya, jika melihat data secara global, survei Political Intelligence: Global Leader Approval Rating 2022_ menunjukkan tingkat kepuasan terhadap pemimpin di negara-negara demokratis di dunia sebagian besar berada di bawah 50%.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeo hanya memperoleh tingkat kepuasan masing-masing sebesar 43%. Selain itu ada nama Presiden Prancis Emmanuel Macron (35%) dan PM Inggris Boris Johnson (34%).
Tingkat kepuasan tertinggi diraih PM India Narendra Modi (72%), disusul oleh Presiden Meksiko Andrés Manuel López Obrador (67%), PM Italia Mario Draghi (59%), dan PM Jepang Fumio Kishida (51%).
Presiden Jokowi Memimpin
Tngkat kepuasan terhadap kinerja Presiden Jokowi cenderung turun sepanjang pandemi. Survei Indikator menunjukkan kepuasan turun di bawah 70% sejak Mei 2020, dengan titik terendah 59% pada Juli 2021, dan baru kembali pulih menjadi 72% pada akhir 2021.
Pola turunnya kepuasan juga tampak pada survei Charta Politika, disertai penurunan tajam pada setiap gelombang pandemi. Kepuasan turun ke titik terendah 58,8% pada Meil 2020 saat gelombang pertama melanda, dan 62,4% pada Juli 2021 saat gelombang kedua.
Survei SMRC memberi penilaian yang lebih optimistis, di mana penurunan tingkat kepuasan terhadap Jokowi tidak sampai di bawah 60%. Tingkat kepuasan terendah tetap terjaga pada kisaran 68%, bahkan sempat mencapai 77% pada awal 2021.
Angka lebih tinggi dicatat oleh survei Index Research, di mana kepuasan terhadap Jokowi mencapai 82,1%, di antaranya 7,5% merasa sangat puas. Survei lain yang dilakukan TBRC merekam kepuasan publik secara umum terhadap pemerintahan Jokowi-Ma’ruf mencapai 88,2%.
Sebagai catatan, Indonesia di bawah kepemimpinan Jokowi kini memimpin Presidensi G20, forum negara-negara besar yang menguasai 80% PDB dunia.
Artinya, peran Indonesia semakin strategis di tingkat internasional, di tengah-tengah upaya pemulihan ekonomi global dari pandemi