Asa Pembelajaran Tatap Muka

MONITORDAY.COM - Pandemi Covid-19 belum memberikan isyarat kapan akan reda. Sedih, gelisah, putus asa masih setia menghantui dan mengganggu pikiran para orangtua terutama mengenai masa depan anaknya tanpa pembelajaran tatap muka (PTM).
Selama pandemi hampir tidak ada sekolah yang berani mengambil resiko untuk melaksanakan PTM. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) melalui panduan pembelajaran jarak jauh (PJJ) di masa pandemi Covid-19 telah memberikan 3 (tiga) alternatif pembelajaran, yaitu: Moda Daring (dalam jaringan) pembelajaran dengan memanfaatkan jaringan internet, Luring (luar jaringan) pembelajaran melalui tatap muka, dan Blended (Perpaduan daring dan luring).
Mengingat, rata-rata sekolah belum dapat sepenuhnya memenuhi protokol kesehatan (prokes) yang memadai baik infrastruktur maupun kultur, moda “daring” menjadi pilihan utama.
Menurut prespektif epidemologi, “moda daring” dalam pembelajaran di masa pandemi covid-19 adalah pilihan rasional. Pengendalian penyebaran virus corona di masa pandemi covid-19 terkendali walaupun dalam lingkungan yang terbatas: sekolah. Persoalannya, tanpa terjadinya interaksi langsung antara pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik bagaimana dengan semangat yang menggelora dan komitmen yang telah dicanangkan dalam kebijakan gerakan revolusi mental melalui penguatan pendidikan karakter untuk menyiapkan generasi emas 2045?
“Tentu saja keahlian adalah perlu, tetapi keahlian saja tanpa dilandaskan pada jiwa yang besar tidak akan dapat mungkin akan mencapai tujuannya; inilah perlunya, sekali lagi mutlak perlunya nation character building” demikian pernyataan Bung Karno.
Pernyataan Bung Karno menjadi isyarat penting bahwa pendidikan karakter merupakan kriteria utama dalam mewujudkan generasi emas 2045. Generasi emas hakekatnya merupakan perwujudan profil pelajar pancasila dengan indikator: beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa serta berakhlak mulya, berkebhinekaan global, bergotong royong, kreatif, bernalar kritis, dan mandiri. Generasi emas adalah gereasi yang “cerdas, berkarakter, dan kompetitif”.
Sejauah ini persepsi tentang pembelajaran “moda daring” hanya ideal dalam konteks transfer knowledge mungkin ada benarnya. Mengingat dari sejumlah persoalan yang dihadapi dalam pemebelajaran “moda daring” salah satunya adalah betapa sulitnya guru memastikan apakah indikator-indikator profil pelajar pancasila sudah muncul atau belum pada diri peserta didik. Padahal kemunculan indikator profil pelajar pancasila pada peserta didik merupakan salah satu signal kuat bagi terwujudnya generasi emas.
Asa agar sekolah kembali melaksanakan PTM sebagai wahana untuk menyiapkan generasi emas muncul saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan proses belajar mengajar bisa kembali normal atau dapat dilaksanakan secara tatap muka pada semester kedua tahun pelajaran 2021. Sebagai pembantu Presiden para menteri berupaya untuk merealisasikan keinginan Presiden tersebut.
Berpedoman pada sejumlah informasi dan data dari berbagai sumber yang relevan baik dari para akademisi, para epideminolgi, lembaga-lembaga terkait, dan kondisi eksisting mengenai perkembangan kondisi pandemi Covid-19 pada hari selasa 30 Maret 2021 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Menteri Kesehatan Budi Gunadi, dan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian telah menandatangani Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 (empat) Menteri tentang panduan penyelenggaraan pembelajaran setelah vaksinasi covid-19.
Hal yang substantif dari SKB 4 menteri tersebut, terkait dengan kebijakan pelaksanaan PTM terbatas. Kriteria sekolah dapat melaksanakan PTM terbatas antara lain semua Guru dan Tenaga Kependidikan semuanya telah selesai di vaksin, infrasturktur prokes sudah memadai, idzin orang tua, dan pemerintah daerah telah terpenuhi dan siap melaksanakan PTM secara bertahap.
PTM pasca vaksinasi Guru dan Tenaga Kependidikan merupakan pembelajaran tatap muka dengan paradigma baru yang berbeda dengan PTM sebelum Pandemi Covid-19. Ketika peserta didik berangkat ke sekolah tanpa prokes, berkendaraan umum dengan bebas, dan berinteraksi tanpa social distancing. Bagaimana memastikan komitmen, konsistensi, dan kontinuitas peserta didik, para guru, tenaga kependidikan, dan orangtua dalam mengimplementasikan prokes sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan melalui kebijakan Meteri Kesehatan.
Eforia PTM mungkin saja terjadi, paradigma lama pembelajaran tatap muka boleh jadi sangat dominan sehingga kultur lama dalam menjalani aktivitas pembelajaran tidak dapat dihindarkan. Merealisakan prilaku hidup gotong royong dan bernalar kritis adalah alternatif yang dapat menjadi pilihan utama. Pandemi covid-19 hadir dalam kehidupan manusia adalah keniscayaan. Virologi mengungkapkan bawa pola penyebaran melalui droplet ketika berbicara dan bersin atau batuk. Menghindari kerumunan atau melakukan sosioal Distancing dalam berinteraksi, melaksanakan pola hidup bersih dan sehat merupakan konsekwensi logis menghindari penyebaran virus corona.
Salah satu hal yang tidak dapat dinapikan adalah bagaimana menjamin pemahaman orangtua dan memberikan bantuan ekonomi bagi para orang tua siswa dari kalangan yang tidak mampu agar dapat menjamin anaknya berangkat sekolah untuk mengikuti PTM dengan tetap dalam keadaan aman, malaksanakan protokol kesehatan secara konsisten dalam kendaraan, dan dilingkungan sekolah, serta saat pulang dari sekolah.
Para peserta didik belum menjalani vaksinasi kerentanan tertular virus corona berbeda dengan guru dan tenaga kependidik yang sudah menjalani vaksinasi. Bbetapa pentingnya,meningkatkan sinergitas, kolaborasi, intensitas frekwensi sosialisasi dengan memanfatakan media secara masif dalam meningkatkan kesadaran, kepedulian, pemahaman masyarakat bahwa PTM terbatas ini adalah PTM dengan paradigma baru yaitu PTM dalam kondisi “anomali” yang sangat berbeda dengan PTM di masa “normal”.