Proyeksi 2030 Indonesia Panen Bonus Demografi. Ini Penjelasannya!

MONITORDAY.COM - Jumlah penduduk Indonesia nomor 4 dunia. Setelah Tiongkok, India dan Amerika Serikat. Di satu sisi pertumbuhan jumlah penduduk menjadi tantangan tersendiri terutama dalam penyediaan lapangan kerja. Di sisi lain ini menjadi berkah tersendiri. Sementara jumlah penduduk Indonesia masih terus tumbuh, di Tiongkok sudah mulai melambat. Juga di Amerika Serikat dan negara-negara Barat, kalaupun tumbuh lebih karena migrasi. Struktur dan komposisi demografis di beberapa negara maju menunjukkan bahwa lebih banyak lansia dalam populasi mereka.
Dari sinilah kita memahami istilah bonus demografi. Pada 2030 hingga 2045 Indonesia diproyeksikan panen bonus demografi. Anak yang lahir pada tahun 2010, misalnya, akan berusia 20 tahun. Sedang berada di puncak produktivitasnya. Dan jumlah mereka cukup banyak.
Secara demografis struktur ekonominya menunjukkan bahwa semakin banyak penduduk usia produktif. Usia produktif ada pada kisaran 15 hingga 65 tahun. Pada usia 15 tahun seseorang masih duduk di bangku SMP. produktif belajar dan menyiapkan diri untuk melanjutkan sekolah ke jenjang berikut. Ada yang kemudian masuk SMU ada yang masuk SMK. Banyak karya yang sudah dapat diciptakan oleh seseorang pada usia muda.
Apalagi di era digital. Banyak anak usia SMP yang sudah menunjukkan bakat dan kreativitasnya. Bahkan sebagian dari mereka sudah mampu meringankan beban orangtuanya. Setidaknya dalam rentang usia ini secara langsung maupun tidak langsung seorang individu sudah memberikan kontribusinya bagi masyarakat.
Sementara itu pada usia 65 tahun sudah memasuki masa pensiun. Meski jumlahnya besar namun masih kalah jauh dengan jumlah penduduk usia produktif. Dengan demikian kehidupan para lansia masih dapat ditopang oleh mereka yang bekerja secara produktif. Jika di suatu negara lebih banyak lansia-nya tentu tak dapat mengharapkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi bahkan mungkin akan cenderung menurun. Belum lagi dibutuhkan perawat, tunjangan pensiun, tunjangan kesehatan, dan dukungan dari mereka yang produktif
Dengan proyeksi demografi semacam itulah Tiongkok mengubah kebijakannya yang selama ini menekankan agar satu keluarga hanya boleh memiliki satu anak. Kini Pemerintah Xi Jinping menjanjikan bonus bagi setiap anak yang lahir. Namun hal itu terhambat kultur atau nilai yang terlanjur tertanam di benak penduduknya. Mereka sudah tidak terbiasa dengan banyak anak. Biaya perawatan dan pendidikan yang tinggi dianggap membebani ekonomi keluarga.
Lain lagi dengan Israel. Riset Universitas Ben Gurion sampai pada satu titik pencapaian penting dalam memperpanjang usia harapan hidup sekaligus rentang usia produktif makhluk hidup. Jika hasil riset ini bisa diterapkan pada penduduk mereka maka bukan tidak mungkin penduduk Israel akan tetap produktif di usia 100 tahun dengan harapan hidup hingga 130 tahun.