Kelompok Partisan Bagai Ikan Lele Berkubang di Air Keruh

MONITORDAY.COM - Mengail di air keruh. Ungkapan itu menunjuk pada sikap atau tindakan seseorang atau suatu kelompok yang mengambil keuntungan dari suasana yang kalut. Mengambil keuntungan dan memanfaatkan kesempatan sudah menjadi tabiat manusia. Yang menjadi soal adalah niat dan caranya. Dalam setiap tindakan manusia melekat tuntutan moral dan etika.
Mengambil keuntungan di atas penderitaan banyak orang jelas tak dapat dibenarkan. Apalagi sengaja menciptakan dan mendorong situasi sosial politik menjadi tidak kondusif. Mengadu domba dan memecah belah. Membenturkan elemen masyarakat yang satu dengan yang lainnya.
Jika ikan lele harus dibawa-bawa dalam urusan perilaku buruk politikus tak lebih karena ia mewakili jenis ikan yang dapat bertahan di air keruh. Boleh dikata ikan lele memang menikmati hidup di air keruh sebagai habitat favoritnya. Bahkan ikan lele bisa hidup pada air yang tercemar, misalkan di got-got dan selokan pembuangan.
Ikan lele dapat bertahan hidup di tempat berlumpur karena ikan lele memiliki labirin yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan 02 sehingga ikan tahan pada kondisi yang kekurangan 02.
Istilah Politikus Ikan Lele yang pernah diungkapkan Ahmad Syafii Maarif pun diangkat kembali oleh Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti. Menurut Mu’ti istilah ini menunjuk pada politisi yang digambarkannya sebagai ‘semakin keruh airnya akan semakin menikmati kehidupannya dan banyak orang yang tidak sekadar memancing di air keruh tapi juga memperkeruh suasana.’
"Bangsa yang sakit secara sosial itu adalah bangsa yang masyarakatnya tidak percaya satu dengan yang lainnya. Di mana masyarakatnya saling mencurigai satu dengan yang lainnya dan itu kita juga melihat tanda-tandanya sebagian ada yang berusaha memancing-mancing dan kemudian menumbuhkan rasa saling tidak percaya," kata Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah ini.
Salah satu kata kunci dalam pernyataan Mu’ti adalah kelompok partisan. Diantara para politisi ikan lele ada yang memang secara formal berstatus kader partai politik ada pula kelompok partisan yang tak secara resmi terkait dengan parpol. Para politisi jenis ini selalu mempolitisasi setiap masalah. Semua isu ditarik ke ranah politik, semua masalah dianalisis dari aspek politik.
Termasuk dalam kategori politisi ikan lele ini adalah para pendengung atau buzzer yang ada di dua kutub politik yang berseberangan.
Pernyataan yang cenderung memperkeruh suasana sangat melelahkan bagi rakyat yang tengah berhadapan dengan beragam kesulitan. Alih-alih mencari solusi, politisi ikan lele bahkan sering membangun argumennya pada teori konspirasi.
Kalangan politisi menyambut pernyataan Mu’ti. Wakil Ketua Ketua Komisi VIII Ace Hasan Syadzily menegaskan bahwa ungkapan itu harus menjadi bahan introspeksi bagi semua politikus.
“Ini bagian dari seruan moral agar kita memiliki sikap yang rasional, obyektif, dan tulus dalam menangani pandemi COVID-19 kita jangan memanfaatkannya untuk kepentingan politik semata” kata politikus Partai Golkar ini.