Kurban dan Ancaman Krisis Pangan
Meskipun saat ini kondisi ketahanan pangan berada dalam posisi aman, namun kita masih tidak tahu situasi ke depan mengingat pandemi yang belum berakhir. Karena itu kurban seharusnya bisa menjadi momentum menyiapkan persediaan pangan.

MONDAYREVIEW.COM – Pandemi berhasil memporak porandakan hampir segala hal dalam kehidupan kita. Tak hanya yang bersifat duniawi seperti ekonomi dan kesehatan, hal-hal religius dan spiritual pun terkena dampaknya. Dimulai dari penutupan tempat ibadah yang sekarang sudah mulai dibuka kembali. Pembatalan ibadah haji bagi negara-negara di luar Arab Saudi. Pelaksanaan salat Idul Fitri di rumah masing-masing. Terakhir yang paling baru adalah pelaksanaan Ibadah Kurban di tengah pandemi.
Hari Raya Idul Adha tinggal satu bulan lagi. Idul Adha merupakan hari raya terbesar karena di dalamnya ada dua ritual lain yang mengiringinya, yakni kurban dan wukuf di Arafah. Yang banyak disorot di Indonesia adalah perihal kurban, bagaimana melaksanakannya di tengah pandemi? PP. Muhammadiyah mengeluarkan sebuah maklumat yang cukup penting untuk disimak. Isinya antara lain mengimbau agar umat Islam lebih mengutamakan sedekah dibanding berkurban.
Misalnya kita sudah menganggarkan 3 juta rupiah untuk membeli hewan kurban, menurut PP. Muhammadiyah uang tersebut lebih baik disedekahkan untuk tetangga atau masyarakat terdampak Covid-19. Hal ini karena pandemi membuat banyak masyarakat yang harus dibantu. Mengalihkan dana kurban untuk membantu penyintas Covid-19 merupakan perbuatan mulia. Tentu saja PP. Muhammadiyah tetap mempersilahkan bagi umat Islam yang tetap ingin menyembelih hewan.
Ada beberapa protokol penyembelihan yang harus diperhatikan umat Islam selama pandemi. Jika biasanya penyembelihan hewan kurban dilaksanakan di masjid secara gotong royong, pandemi membuat tidak boleh ada kerumunan selama penyelenggaraan kurban. PP. Muhammadiyah menginstruksikan agar pemotongan hewan kurban dilaksanakan di Rumah Pemotongan Hewan (RPH). Jika tidak memungkinkan, maka dipotong di rumah masing-masing.
Alternatif paling mudah adalah menyerahkan dana kepada Lembaga Amil Zakat Infak dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU) untuk dibelikan hewan kurban dan dijadikan kornet. Pembagian hewan kurban pun tidak boleh dilakukan secara berkerumun. Daging kurban yang sudah dibungkus harus dibagikan ke rumah-rumah warga oleh panitia. Pelaksanaan kurban di tengah pandemi memang lebih rumit, ini mesti dilakukan guna mencegah penyebaran Covid-19.
Yang perlu dipikirkan juga adalah bagaimana menjadikan momentum kurban bisa menguatkan ketahanan pangan kita. Meskipun saat ini kondisi ketahanan pangan berada dalam posisi aman, namun kita masih tidak tahu situasi ke depan mengingat pandemi yang belum berakhir. Karena itu kurban seharusnya bisa menjadi momentum menyiapkan persediaan pangan. Hal ini tidak bisa dilakukan jika kita berkurban seperti biasa. Namun kurban bisa menjadi lumbung cadangan pangan jika daging sembelihan diolah terlebih dahulu menjadi kornet.
Kornetisasi hewan kurban sudah lama dilakukan oleh lembaga zakat seperti Rumah Zakat dan LAZISMU. Daging kurban yang berbentuk kornet tersebut disalurkan ke daerah-daerah bencana dan daerah konflik seperti Palestina. Kita perlu belajar dari Nabi Yusuf yang mempunyai manajemen krisis yang hebat. Yusuf bisa memprediksi krisis yang akan terjadi kemudian menyiapkan persediaan pangan dalam menghadapi krisis tersebut. Akhirnya bangsa Mesir bisa melewati krisis dengan selamat berkat Yusuf.