Kedermawanan di Masa Pandemi

Kedermawanan di Masa Pandemi
ilustrasi/net

MONITORDAY.COM - Kehidupan masyarakat terasa sulit di masa pandemi. Setidaknya dalam satu setengah tahun terakhir banyak usaha tak bisa jalan. Mata pencaharian rakyat Indonesia yang lebih banyak di sektor informal dan usaha kecil ibarat kran yang mampet. Mobilitas yang terbatas dan dibatasi sangat mempengaruhi ekonomi yang bertumpu pada sektor konsumsi. Utamanya konsumsi rumah tangga.  

Di tengah berbagai kesulitan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) menjadi salah satu instrumen pengungkit ekonomi. Belanja Pemerintah dan subsidi sangat penting fungsinya. Meski demikian sudah menjadi kewajiban sesama untuk saling membantu. Memberi dan berbagi menjadi bagian dari keseharian manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain kedermawanan perlu digelorakan. 

Salah satu istilah yang dekat dengan kedermawanan adalah filantropi. Makna asal dari filantropi adalah cinta pada sesama manusia dalam artian peduli pada kondisi manusia lainnya. Jika kedermawanan tumbuh dengan baik maka akan semakin banyak orang yang terbantu. Ada yang membutuhkan makan, ada yang membutuhkan pakaian layak, ada yang membutuhkan biaya sekolah, ada yang membutuhkan modal untuk berusaha. Dan tak hanya hubungan ekonomi yang mengikat antar anggota manusia, ada ikatan sosial yang dapat menjadi modal untuk berinteraksi dalam konteks saling membantu dan menguatkan. 

Sementara itu Filantropi Perusahaan memiliki cakupan yang lebih sempit dan lebih terbatas daripada CSR. CSR, di sisi lain memiliki cakupan yang lebih luas karena menangani keseluruhan sikap organisasi terhadap karyawan, pelanggan, lingkungan sekitar perusahaan, komunitas lokal, dan masyarakat luas.

Terkait dengan hal tersebut filantropi memberikan akses kepada warga masyarakat yang memerlukan sumberdaya agar mereka dapat meningkatkan kemandirian mereka dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. 

Filantropi yang dilaksanakan memperhatikan kebutuhan dan kecenderungan gender yang berbeda dan menempatkannya dalam perspektif kesetaraan. Makna Filantropi tradisional yang dikenal dengan sikap kedermawanan karitas (belas kasihan) sudah mulai dikembangkan pengertiannya.  

Filantropi Modern lebih diartikan dengan kedermawanan untuk melakukan perubahan dan keadilan sosial secara struktural berkaitan dengan kemiskinan, hak asasi  manusia, pendidikan, kesehatan, gender, lingkungan hidup dan masalah sosial budaya dalam arti luas. 

Karena kedekatannya makna asli filantropi dengan nilai-nilai kemanusiaan dan sosial maka dalam kajian ini Filantropi Modern dikaitkan relevansinya dengan masalah kemiskinan, pendidikan, kesehatan, sosial budaya, hukum, gender, dsb. 

Yang ditampilkan sebagai contoh Filantropi Modern di Indonesia ada 4 (empat) yayasan dengan pertimbangan metodologis, yaitu dengan kriteria yayasan yang berbasis Indonesia dengan sumber dana dalam negeri atau sumber dana luar negeri tapi dikelola sepenuhnya oleh putra/putri Indonesia. 

Filantropi tradisional yang membudaya di Indonesia bersumber dari Agama baik Kristen maupun Islam dengan spirit keagamaan. 

Seiring dengan perkembangan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) pada dekade 70-an maka perkembangan Filantropi tradisional yang bercirikan pelayanan amal berkembang secara lebih luas menangani masalah-masalah kemiskinan, perburuhan, lingkungan, gender, hak asasi manusia, demokratisasi, ketunaan sosial, narkoba, dan HIV/ AIDS. 
Filantropi modern membawakan suara organisasi masyarakat sipil yang tidak hanya menyediakan pelayanan, tetapi juga advokasi.